Reco terbangun dari tidurnya, badannya kini terasa lebih relaks dari sebelumnya. Setelah ia meninggalkan apart hanna, pikirannya selalu bertanya tanya tentang kondisi yang di alami hanna. Ia bangkit dan berjalan ke dapur membuka lemari pendingin dan meraih botol air mineral, lalu berjalan menuju jendela menatap langit pagi yang di penuhi awan dan sesekali menenggak minuman yang ia pegang. Setelah beberapa saat ia menutup wajahnya dan menarik nafas panjang seakan melepaskan semua yang sedang memenuhi pikirannya saat ini.
.
.
.
"Akhh leher ku" hanna terbangun sambil memegangi lehernya yang terasa sakit. ia mencoba untuk duduk dan memperhatikan sekitarnya dengan tatapan kosong, hanna melamun sampai ia terkejut dengan dering ponsel di sampingnya.
"Halo!" hanna menjawabnya dengan suara lirih.
"Kamu kenapa lagi han?" Tanya eci.
"Ahhh, aku.. aku tidak apa-apa ko" jawab hanna.
"Jangan bohong han, apa luka mu kembali mengeluarkan darah?" tanya eci gelisah.
"Tidak ko, hanya sedikit" jawab hanna.
"Kamu bilang tidak tapi kamu juga bilang hanya sedikit, kamu mau tutupin sesuatu dari aku yahh" ujar eci.
Mendengar jawaban eci hanna hanya memijat dahinya, dan berjalan ke arah dapur untuk minum.
"Aku akan ke apart mu, jangan kemana-mana tunggu aku disana" kata eci yang langsung menutup telpon dan pergi ke apartemen hanna.
Hanna meletakkan ponsel nya di atas meja, ia kembali minum dengan menutup mata, tapi tiba-tiba saja ia tersedak air yang ia minum, mata nya seketika melebar seakan ingin keluar dari tempatnya. kejadian semalam tiba-tiba melintas di pikiran hanna.
"Omg,," hanna meletakkan cangkir yang ia genggam dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Apa reco yang membawa aku ke sini?.. ohh tuhan kenapa ini harus terjadi padaku" hanna menghela nafas nya merasa dirinya sangat sial karena orang lain sampai melihat dirinya seperti itu.
"Aku tidak perduli jika dia menganggapku aneh, asal dia tidak mengetahui kondisi ku" hanna langsung melihat cincin yang melingkar di jarinya.
"Kau tidak mengeluarkan apapun kan, bahaya jika dia sampai melihat mu mengeluarkan cahaya aneh mu atau aroma mu itu... ya tuhan apa yang akan aku katakan jika reco melihat cincin ini berulah" hanna berharap apa yang ia pikirkan itu tidak benar-benar terjadi karena jika itu terjadi hanna pasti akan di bilang wanita gila karena apa yang ia alami sekarang semuanya berasal dari mimpi nya.
.
.
.
Suasana pagi yang sejuk di hari minggu sungguh cocok untuk di nikmati sambil berolahraga di taman, itulah yang kini akan di lakukan reco, ia bersiap untuk turun dan berolahraga di taman bawah, karena biasanya dia berolahraga di taman yang berada di atap tapi kini ia ingin sedikit berbaur dengan penguhuni apart yang lain, ia pun berjalan menuju lift. Saat pintu lift terbuka di sana berdiri seorang wanita cantik berambut coklat panjang yang sedang membawa beberapa barang di tangannya, reco masuk dan berdiri di belakang wanita itu, yang ternyata itu adalah eci sahabat hanna.
Eci menoleh ke arah reco dan tersenyum untuk menyapa reco, eci adalah wanita yang sangat ramah dan mudah bergaul dengan orang baru,, reco melihat eci yang sepertinya begitu kesulitan untuk memegang barang yang ia bawa, reco pun menawarkan bantuan kepada eci.
"Maaf sepertinya kamu cukup kesulitan membawa barang-barang itu, mau saya bantu?" ujar reco yang mencoba menawarkan bantuan kepada eci.
"Ehhh...ahhh tidak terimakasih, aku tidak ingin merepotkan orang lain." Eci menolak lembut tawaran reco.
"Ahhh baiklah kalau begitu" jawab reco yang membalas senyum eci. Ponsel di saku eci tiba-tiba berdering namun saat ia akan mengambil ponselnya ternyata tangannya begitu licin akibat keringat, sampai ponselnya terlepas dari genggamannya untung saja reco langsung menangkap ponsel itu sebelum jatuh menyentuh lantai lift. Reco yang tidak sengaja membalik ponsel itu pun langsung terdiam ketika ia menatap nama yang tertera pada layar ponsel yang ia genggam.
"Hanna!?" Batin reco. reco yang masih berada di posisi berjongkok pun lupa jika ponsel yang sedang ia pegang itu adalah milik wanita di sampinya, eci menatap bingung pria di hadapannya yang menatap ponselnya tanpa berkedip. Seketika pintu lift pun terbuka.
"Maaf ponselku?" eci menyadarkan reco yang masih terdiam.
"Ahh yaa m-maaf,.. ini" jawab reco yang langsung berdiri dan memberikan ponsel milik eci.
"Terimakasih, aku duluan ya" eci tersenyum pada reco dan meninggalkan reco yang masih terdiam.
Saat pintu lift akan tertutup kembali reco langsung menahan pintu lift dan berlari keluar untuk mencari eci, namun eci sudah menghilang.
"Kemana wanita itu.. apa yang tadi menghubunginya adalah hanna yang sama dengan hanna si wanita burung yang baru aku kenal?" Batin reco.
"Akhhh reco kau kenapa sih, kenapa tadi malah diam bukan bertanya langsung, sekarang wanita itu sudah menghilang" reco menyesali kebodohannya itu.
.
.
.
Suara pintu terbuka terdengar di unit hanna dengan suara riang yang mengisi ruangan yang tampak begitu sunyi, eci meletakkan barang yang ia bawa dan berlari ke arah hanna yang tengah menonton televisi, eci langsung duduk di samping hanna dan memeluk sahabatnya itu, namun saat memeluk hanna eci melihat perban yang melingkar di leher hanna sudah basah oleh darah yang hampir menyebar ke seluruh perban.
"Han lehermu!" eci begitu panik dan langsung mencari kotak P3K, hanna sendiri tidak menyaadari jika lehernya mengeluarkan darah lagi, eci membuka kotak P3K mencari perban namun perbannya habis, eci pun menarik hanna untuk mengikutinya.
Hanna mengikuti langkah eci yang memegang erat tangannya, hanna tahu betul kemana eci akan membawa nya itulah mengapa hanna tidak mengatakan apapun dan hanya diam mengikuti sahabatnya itu.
.
.
"Silahkan du-- ehhh kalian!" ujar dokter. dokter itu terkejut ternyata pasien di hadapannya adalah dua wanita yang pernah ia tolong waktu itu, eci dan hanna pun sama terkejutnya ternyata dunia begitu kecil sehingga mereka bisa bertemu lagi tanpa sengaja. seorang dokter muda yang sering di sebut dengan sebutan dokter tampan oleh para pasiennya karena kulit nya yang putih, memiliki warna bola mata yang hitam pekat, rambut hitam yang tertata rapih ia bernama Raffano Nalendra.
"Ko anda ada di sini dok?..bukannya--" tanya eci.
"Ahh saya memang bekerja di rumah sakit ini, waktu itu saya hanya membantu teman saya" jawab si dokter yang tersenyum ke arah hanna namun hanna tak mengetahui jika sang dokter menatapnya sejak tadi dan berharap hanna membalas senyumnya.
"Apakah luka hanna kembali mengeluarkan darah?" tanya si dokter pada eci.
"Ehhh dokter masih ingat nama hanna?" tanya eci bingung.
"Hahaha tentu saja, dia kan pernah menjadi pasien saya" dokter menjawab pertanyaan eci dengan sangat santai. sedangkan hanna hanya diam seakan tak perduli situasi di hadapannya.
"Baiklah mari saya periksa lukanya" dokter bangun dari kursinya dan mengarahkan hanna ke tempat pemeriksaan, hanna pun bangkit mengikuti dokter dan duduk di tempat yang telah di sediakan.
"Han aku tinggal sebentar yah, sepertinya ponselku tertinggal di mobil" kata eci dan hanna hanya mengangguk, eci pun pergi meningalkan dokter dan hanna berdua.
.
.