Setelah memeriksa luka hanna, dokter raffa kembali ke mejanya untuk mengambil sesuatu sebelum menupi luka hanna, saat melihat dokter itu meninggalkannya, hanna pun membarinkan tubuhnya, karena ia masih merasa sangat lemas. tak lama kemudia dokter itu pun kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.
"Aku ingin meng---em-balikan saputangan ini" suara dokter raffa mengecil saat melihat ternyata pasienya malah tertidur, ia pun mendekati hanna dan tersenyum.
"Apa kamu tidur hanna?" tanya sang dokter dengan suara lirih, namun hanna tak menjawabnya sepertinya hanna benar-benar sudah terlelap.
"Aku belum selesai mengobati mu tapi kamu malah tertidur, sekarang bagaimana caranya aku menutup lukamu" si dokter bingung karena posisi kepala hanna malah menghimpit lukanya, ia pun berfikir untuk menutupi luka itu tanpa membangunkan hanna, namun saat ia ingin mencoba memindahkan posisi kepala hanna, tiba-tiba hanna merubah posisi kepalanya sendiri sampai lukanya terlihat jelas, hanna seakan-akan tahu jika sang dokter sedang kebingungan untuk membalut lukanya, dokter raffa hanya tersenyum, dan langsung menutup luka hanna dengan secepatnya.
setelah menutupi luka hanna ia pun duduk di samping hanna, menatap hanna dengan tatapan lembutnya, ia ingin sekali sedikit dekat dan mengenal hanna, namun sepertinya itu sulit karena hanna yang tidak terlalu merespon dirinya, apakah mungkin hanna mempunyai kekasih? itulah yang pertama terlintas di kepala si dokter. ia bangkit dari duduknya dan memasukkan sapu tangan itu di jas nya, karena ia ingin kembali bertemu hanna dan dengan alasan sapu tangan ini ia akan bisa bertemu dengan hanna lagi. ketika ia berbalik hendak ke meja kerjanya ia terkejut dengan wajah yang berada di hadapannya.
"Wahhh.. ya ampun kau mengagetkanku saja!" dokter raffa dengan spontan memundurkan tubuhnya.
"Hehe maaf dok,, ehh apa hanna tidur?" tanya eci yang langsung menoleh ke arah hanna.
"Ya dia tertidur" jawab dokter.
"Woahh sungguh kebetulan yang luar biasa. emm dokk, apa boleh saya minta tolong?" kata eci.
"Minta tolong?.. tentu saja selagi saya bisa akan saya tolong, katakan lah" jawab si dokter dengan senyuman ramahnya.
"Tentu saja ini sangat bisa dokter lalukan,, aku tiba-tiba ada urusan sebentar di luar, karena hanna sedang tertidur saya rasa saya akan menitipkan hanna pada dokter di sini, saya hanya sebentar ko" jawab eci yang merasa sangat tidak enak hati meninggalkan sahabatnya berdua dengan seorang pria walaupun itu hanya sebentar, namun apa boleh buat dengan kondisi hanna yang seperti ini mungkin akan aman jika ia meninggalkan hanna bersama seorang dokter di rumah sakit, jadi jika terjadi sesuatu pa hanna itu akan langsung di atasi oleh sang dokter.
"Oh, baiklah tidak apa,, aku juga tidak sedang sibuk, aku akan menjaga hanna dengan baik, jadi kamu tidak usah khawatir" jawab si dokter.
"Wah terimakasih banyak dok,, oh iya tenang saja hanna sangat hebat dalam urusan tidur, hehe" kata eci dengan tawa lucunya.
"Maksudmu hanna sulit di bangunkan?" tanya dokter penasaran.
"Yupss,, ia mudah tertidur dan susah bangun maka dari itu aku berani meninggalkannya dengan dokter, aku harap dokter bisa di percaya" jawan eci.
"Tenang saja, aku akan menjaganya" jawab dokter.
"Baiklah aku pergi dulu kalau begitu" kata eci.
"Sekali lagi terimakasih dokter Raffa" ujar eci yang melirik nama di jas sang dokter, dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
.
.
.
Dokter raffa yang sedang memperhatikan hanna langsung menutup ruangan hanna menggunakan tirai saat ia mendengar ada suara langkah kaki yang masuk ke dalam ruangannya.
"Raff..helloo, dimana anak itu, katanya dia di ruangan nya" suara langkah kaki yang menyusuri ruangan kerja si dokter.
"Ada apa?" jawab dokter raffa yang muncul dari balik ruangan hanna.
"Ahh kau habis dari mana? apa sedang ada pasien?" tanya nya.
"Yaa aku sedang ada pasien" jawab raffa.
"Ngomong-ngomong ada apa kamu ke sini apa kau sakit?" tanya raffa yang mengajak sahabatnya untuk duduk.
"Ooh tidak, aku hanya kebetulan lewat dan ingin melihat sahabat ku ini" ia merangkul raffa dan meledeknya.
"Kau mau minum apa?" tanya raffa.
"Ahh tidak usah repot-repot, ice americano saja" jawabnya. raffa hanya menghela nafas mendengar jawaban sahabatnya itu dan langsung membuatkan minuman untuk nya.
"Kau bilang sedang ada pasien" tanya sahabatnya penasaran.
"Ya" jawab raffa yang berjalan membawa segelas ice americano.
"Lalu kenapa kau meninggalkannya begitu saja" tanya nya lagi.
"Karena ada yang lebih membutuhkan ku dari pada pasien ku itu" jawab raffa yang mencoba membalas sahabatnya itu.
"Maksud mu aku?" tanyanya.
"Siapa lagi?" jawab raffa yang tersenyum puas.
"Aku sungguh ingin muntah sekarang" jawab sahabatnya dengan ekspresi seperti orang yang mual.
"Silahkan toiletnya ada di sana" jawab raffa yang yang menujuk ke arah toilet.
"Wooh, lama-lama kau jadi mirip seperti ku ya,, hahaha" ujar sahabatnya.
"Tapi aku tidak segila dirimu, hahaha" jawab raffa. mereka berdua berbincang dan tertawa bersama sampai raffa tidak ingat jika di ruangan sebelahnya ada seseorang yang sedang tertidur.
tak lama kemudian setelah raffa mengantarkan sahabatnya keluar ia langsung memeriksa keadaan hanna. ketika ia membuka tirai betapa terkejutnya ia saat melihat hanna yang ternyata masih terlelap, seperti seorang bayi hanna terlihat begitu imut dan lucu, raffa pun berjalan mendekati hanna ia ingin merapikan rambut yang menutupi wajahnya, namun saat tangan nya hendak menyentuh rambut hanna, dengan tiba-tiba hanna berbalik sehingga kini wajahnya dan wajah raffa saling berhadapan sangat dekat, nafas raffa seakan tertahan, degup jantungnnya jadi tidak beraturan, entah perasaan apa ini tapi wajah hanna membuat hatinya tidak karuan, namun ia pun tersadar dari lamunannya dan menjauhkan wajahnya dari hanna.
Tangan hanna bergerak kesana kemari seakan mencari sesuatu, raffa yang melihatnya seperti tahu apa yang sedang hanna cari, raffa pun mengambil sesuatu dari mejanya dan kembali kedepan hanna lalu menempelkan sesuatu ke tangan hanna yang ternyata langsung di peluk erat oleh hanna, itu adalah bantal kecil kesayangannya. Raffa selalu membawanya kemana pun, karena itu adalah bantal pemberian sahabatnya sewaktu raffa ulang tahun.
.
.
Waktu berlalu begitu cepat namun eci tak kunjung kembali, bahkan raffa harus meminta tolong kepada dokter lainnya untuk menggantikan pekerjaannya karena ia tidak bisa meninggalkan hanna begitu saja, apalagi dengan kondisi hanna sekarang ini, memikirkan hal itu raffa kembali melihat hanna yang ternyata masih tertidur.
"Apakah kau memiliki julukan putri tidur hanna?" raffa tersenyum melihat wanita di hadapannya yang tak kunjung bangun, ia pikir hanna pingsan namun hanna sesekali menggerakkan kepalanya. melihat hanna yang sepertinya kesulitan tidur di ruangan itu akhirnya raffa pun memindahkan hanna ke ruangan satunya yang berada di samping meja kerjanya, yang ternyata itu adalah sebuah kamar yang cukup besar. ruang kerja raffa memang terlihat kecil jika hanya masuk dan duduk di depan meja kerja nya, namun ada dua pintu yang menghubungkan ruangan kerja raffa dengan ruangan lainnya. raffa membaringkan tubuh hanna di atas kasur dan menutupinya dengan selimut, lalu kembali keluar ke meja kerjanya.
Raffa menyandarkan tubuhnya pada kursi dan menutup matanya, menunggu kedatangan eci yang tak kujung kembali. beberapa saat kemudian pintu ruangan raffa di ketuk dan terdengar suara wanita yang sangat familiar.
"Maafkan aku dokter, aku terlalu lama pergi ternyata urusannya tidak semudah yang aku kira" ujar eci yang dengan tergesa-gesa menyampai kan kata-katanya.
"Tidak apa-apa ko, apa urusan mu sudah selesai?" tanya raffa.
"Belum, tapi sedikit teratasi" eci menjawab dengan mata yang menyusuri ruangan raffa karena ia tidak melihat sosok hanna di ruangan sebelumnya.
"Apa hanna sudah pergi dok?" tanya eci.
"Ohh tidak ia masih tertidur, ia ada di kamar ku" jawab raffa.
"Apaa!!! Kamaarrrr!!" eci terkejut dengan jawaban raffa.