Rumah yang Dirindukan

Feng Sujin berdiri di dekat jendela, dia memandang halaman di luar dengan suasana hati yang cerah dan luar biasa ajaib.

Dia selalu merindukan untuk mempunyai sebuah rumah, rumah yang benar-benar miliknya, di mana dia bisa merasa lebih bebas dan tenang, di mana dia bisa beristirahat kapan pun dia mau.

Ketika berada di rumah keluarga Feng, dia akan selalu merasa lelah hati setiap kali kembali ke sana.

Di sini, dia merasa hatinya sangat tenang dan damai.

Tidak peduli apa alasan Jun Mohan ingin menikahinya, dia tetap berterima kasih kepadanya karena telah memberinya rumah, dia akan menganggap semua ini sebagai awal yang baru untuk hidupnya.

Dia juga akan menjadi istrinya yang baik.

Di sini, makan siang dan makan malamnya sangat beragam walaupun hanya disajikan untuk satu orang.

Duduk di meja makan yang begitu besar dengan makanan yang sangat beragam, Feng Sujin agak merasa aneh dan tidak nyaman, "Itu… kalian bisa kembali melanjutkan pekerjaan kalian, tidak perlu menjagaku. Lalu untuk berikutnya, jika aku makan sendiri buatlah makanan yang lebih sederhana, kalau seperti ini aku juga tidak bisa menghabiskannya."

"Baik, Nyonya Muda."

Tidak lama setelah menyelesaikan makan malamnya, Feng Sujin mendapat telepon dari Jun Mohan.

Setelah mengangkatnya, Jun Mohan bertanya dengan lembut, "Apakah kamu cukup terbiasa di rumah?"

Mendengar kata-kata ini, Feng Sujin pun sangat tersentuh, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam hidungnya. Jun Mohan menggunakan kata 'rumah' untuk memperlakukannya sebagai anggota keluarga yang sebenarnya, dan itu selalu bisa menyentuh hatinya yang paling dalam.

Feng Sujin merasa tenggorokannya sedikit tersedak karena terisak, "Ya, aku sudah terbiasa."

"Apakah makanannya tidak sesuai dengan seleramu? Kenapa meminta pelayan untuk memasak lebih sedikit?"

Feng Sujin berkata dengan suara pelan dan lembut, "Aku tidak terbiasa makan sendirian sebanyak itu, itu terlalu buang-buang makanan."

"Kamu baru saja keluar dari rumah sakit dan baru saja pulih, makanan itu adalah nutrisi untuk memulihkan tubuhmu. Makanlah lebih banyak, jika kamu tidak terbiasa makan sendiri, aku akan kembali dalam beberapa hari dan makan denganmu."

Hati Feng Sujin terasa hangat saat mendengar suara merdu Jun Mohan yang seperti alat musik itu, dia pun hanya bisa patuh dengan kata-katanya, "Baik."

"Kamu sekarang adalah istriku, jangan biarkan siapa pun menindasmu, dan juga jangan khawatir tentang apa yang ingin kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu dari belakang."

Perkataan Jun Mohan itu tiba-tiba membuat Feng Sujin bersemangat, "Tuan Jun, jika aku ingin memukul seseorang, apakah boleh?"

"Boleh!" 

Jun Mohan mengatakannya dengan tegas dan tanpa ragu-ragu, namun juga terdengar sedikit tawa dalam suaranya. Feng Sujin merasa jika Jun Mohan sangat memanjakannya.

Setelah mengakhiri panggilan telepon itu, alis Feng Sujin sampai ikut melengkung ketika dia tersenyum.

Itu adalah senyumnya yang begitu bebas dan lepas, Feng Sujin pun merasa luar biasa ketika menyadari bahwa dia sedang tersenyum.

Dia sudah lama tidak tersenyum dan tertawa seperti ini.

Di malam hari, Feng Sujin berbaring di tempat tidur besar yang empuk dan nyaman, lalu tidur dengan hati yang tenang.

Keesokan harinya, dia teringat bahwa sudah waktunya untuk menyerahkan gambar desain miliknya, dia menggunakan kata sandi untuk menyimpannya di file komputer kantor.

Perusahaan tempat dia bekerja adalah sebuah perusahaan kecil, karena dia tidak lulus dari universitas, maka dia tidak dapat mendesain sesuatu atas namanya sendiri.

Dia berubah arah dari desain arsitektur ke desain perhiasan, dan semua itu dia pelajari sendiri.

Dia menerima gaji tetap dan juga komisi, tetapi setiap hak cipta gambar desain hasil karyanya tidak bisa dikatakan sebagai miliknya.

Feng Sujin tidak keberatan dengan hal ini, dia dikeluarkan dari universitas dan tidak mudah menemukan perusahaan yang mau menggunakan desainnya.

Dia hanya ingin bertahan hidup dan tidak terlalu memikirkan soal ketenaran.

Dia juga tidak harus duduk di kantor dan cukup menyerahkan hasil desain sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Hanya saja sebelumnya dia tidak punya tempat untuk tinggal dan tidak mau kembali ke rumah keluarga Feng, jadi dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di kantor.

Setelah masuk ke gedung perusahaan, semua orang sama sekali tidak membenci dan mencemooh Feng Sujin karena berita tentangnya sebelumnya, mereka malah datang untuk menghiburnya dan mengkhawatirkannya.

Feng Sujin sangat tersentuh menatap mata semua orang yang prihatin padanya, "Terima kasih semuanya, aku baik-baik saja."

"Adik Feng, tabahlah, selama hatimu cukup kuat, orang lain tidak akan bisa menjatuhkanmu."