Ralisya terdiam untuk sesaat, masih tak percaya jika saat ini Demian tengah melamarnya. Demian bukan pria yang banyak bicara, dia tak pernah menjanjikan apapun pada Ralisya, apalagi perihal pernikahan. Selama 2 tahun menjalin hubungan, mereka hanya menjalani bagaimana selayaknya hubungan pasangan dewasa. Mereka menjalani sesuai arus membawa mereka menuju mana. Saling mengerti satu sama lain, itulah yang keduanya lakukan demi menjaga hubungan mereka tetap terjalin dengan baik.
Demian mengusap lembut punggung tangan Ralisya dengan ibu jarinya, membuat Ralisya tersentak dari lamunannya.
Ralisya melepaskan tangan yang berada di genggaman Demian dan menyodorkan jari manisnya ke hadapan Demian.
"Aku mau," jawab Ralisya.
Seketika senyuman lebar tersungging di bibir Demian. Bahagia karena kekasih pujaannya itu mau menerima lamarannya.
Demian mengambil cincin tersebut dan menyematkan di jari manis Ralisya.
Demian mengecup cukup lama punggung tangan Ralisya yang jari manisnya baru saja tersemat cincin emas putih berlian dari Demian. Setelah itu Demian memeluk Ralisya.
"Terimakasih, sudah menerimaku. Aku akan membawa kedua Orangtuaku untuk menemui Orangtuamu, aku akan melamar mu secara resmi, Sya," ucap Demian.
Ralisya mengangguk, dia memeluk Demian.
Keduanya saling melepaskan diri dari pelukan itu dan Ralisya melihat kembali cincin yang kini ada di jari manisnya.
"Kamu suka?" tanya Demian.
"Ya," jawab Ralisya tersenyum.
Siapa yang tak suka, ketika kekasih yang dia sayangi melamarnya? Semua wanita akan menyukai hal itu. Pernikahan adalah bukti kesungguhan seorang pria terhadap wanita. Demian tipe pria dewasa yang tak perlu Ralisya bicara tetapi dia mengerti apa yang Ralisya inginkan. Di mata Ralisya, Demian adalah sosok penyabar, penyayang, pengertian, dan sifatnya benar-benar dewasa. Karena itu Ralisya tak ragu menerima lamaran Demian.
Mereka melanjutkan makan malam.
Setelah makan malam selesai, Demian pamit pada Ralisya. Dia pergi dari apartemen Ralisya.
Ralisya pergi ke kamarnya, dia menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Dia terus teringat ketika Demian menyematkan cincin di jari manisnya. Senyuman tak lepas tersungging di bibir mungilnya.
Selesai membersihkan tubuhnya, Ralisya kembali ke kamar. Dia memakai piyama tidurnya dan duduk di tempat tidur. Sekali lagi dia melihat cincin emas putih bermatakan berlian kecil di jarinya, lagi-lagi dia tersenyum.
Ralisya mengambil ponselnya, mengetik sebuah pesan selamat istirahat untuk Demian. Ponsel Demian tak aktif, terlihat pesan itu hanya ceklis satu. Ralisya mengepalkan jari-jarinya. Dia memotret tepat di cincin yang tersemat di jari manisnya. Setelah itu, Ralisya membagikan postingannya di instastory miliknya. Di sana ada sebuah tanda love yang Ralisya berikan.
Ralisya beralih memeriksa follow yang masuk ke media sosialnya. Seharian dia tak membuka media sosialnya. Di media sosialnya, Ralisya selalu memberikan tips-tips seputar dunia kesehatan. Dia senang melakukan itu, dia juga membuka kesempatan bagi teman-teman media sosialnya untuk menanyakan seputar dunia kesehatan. Biasanya, Ralisya akan menjawabnya ketika dia sedang luang di tengah sibuknya menjadi Dokter.
Ralisya melihat satu persatu nama dari akun-akun tersebut. Pandangannya tertuju pada salah satu nama akun yang rasanya dia mengenalnya.
Ralisya mengklik nama akun tersebut, akun tersebut tak terkunci. Ralisya melihat satu persatu postingan di akun itu, entah mengapa dia merasa penasaran.
Tak ada satupun foto seorang wanita tengah sendiri di sana. Hanya ada foto-foto pemilik akun itu bersama teman-temannya tengah berkumpul. Selebihnya hanya foto-foto pemilik akun itu tengah sendirian dan foto-foto seperti tempat-tempat liburan.
Ralisya melihat postingan paling atas, di mana itu postingan yang belum lama ini di upload. Postingan itu di upload beberapa hari lalu. Di sana tampak foto sayap pesawat yang tengah terbang di udara. Terlihat langit biru di hiasai awan-awan putih. Tertulis sebuah caption di sana.
'Germany, is a witness to my happiness and my pain.'
'Jerman, menjadi saksi kebahagiaanku dan rasa sakitku.'
Ralisya mengerutkan dahinya membaca caption itu. Dia merasa pemilik akun itu, yang tak lain adalah Raydan. Ya, Raydan mantan kekasihnya dulu. Ralisya merasa Raydan tengah patah hati, tetapi Ralisya tak peduli dengan itu.
Ralisya teringat ketika Raydan memblokir akun media sosialnya. Dia tersenyum. Semua masa lalu, lukanya perlahan sembuh semenjak kehadiran Demian. Meski belum sepenuhnya, karena luka itu adalah luka pertama bagi Ralisya ketika untuk pertama kalinya dia jatuh cinta pada seseorang.
Tak ada yang tahu, bagaimana perasaan Ralisya, ketika untuk pertama kalinya setelah bertahu-tahun lamanya kembali bertemu dengan seseorang yang pernah begitu dia puja, sekaligus seseorang yang membuatnya patah hati karena cinta pertamanya.
Ralisya menerima follow akun Raydan. Biarlah, semua yang terjadi di masa lalu akan tetap menjadi masa lalu dan kini dia sudah merasa jauh lebih baik karena kehadiran Demian dan karena pekerjaannya.
Ralisya menyimpan ponselnya. Dia merebahkan tubuhnya dan terlelap.
***
Di sebuah Resto-Bar, tempat di mana menjadi tempat yang sama ketika acara reuni Sekolah Negeri elit di Jakarta pada malam pergantian tahun, Raydan duduk di outdoor dari Resto-Bar tersebut. Di sana ada Gerry yang juga duduk bersamanya. Kolam renang yang di dasarnya terdapat lukisan artistik dan terdapat pencahayaan di sana membuat tempat itu semakin menarik. Semenjak kembali ke Indonesia, itulah tempat favorit bagi Raydan.
"Ray!"
"Hm ..."
Raydan tengah menyesap minumannya. Hanya minuman bersoda, malam itu meski tengah patah hati Raydan tak tertarik untuk minum alkohol.
"Bagaimana dengan kekasihmu yang di Jerman. Kalian masih berhubungan?" tanya Gerry.
"Tidak!" jawab Raydan.
"Benarkah? Sejak kapan? Bukankah dia wanita yang bersama mu ketika kamu bersama Ralisya dulu?" tanya Gerry.
Raydan mengangguk.
"Kenapa hubungan kalian berakhir?" tanya Gerry.
Raydan mengerutkan dahinya. Temannya itu sudah seperti wartawan saja. Banyak sekali pertanyaannya dan semua tentang Clarie. Membuat Raydan merasa kesal.
"Yang jelas, kita tak lagi berhubungan!" tegas Raydan.
"Ya, baiklah jika tak ingin memberitahu," ucap Gerry pasrah. Dia memang memiliki sifat selalu ingin tahu. Tingkat rasa keingintahuannya di atas-atas rata-rata.
Malam semakin larut, Raydan dan Gerry kembali ke kediaman masing-masing.
Kini Raydan sudah berada di apartemennya. Dia baru selesai memakai pakaiannya setelah membersihkan tubuhnya sebelumnya.
Raydan melihat ponselnya, ada notifikasi dari media sosialnya. Di mana di sana tampak Ralisya sudah menerima permintaan follownya. Begitupun Ralisya, dia tampak memfollow Raydan kembali. Kini mereka berteman kembali di media sosisal setelah 6 tahun lamanya tak berteman.
Raydan kini dapat melihat postingan Ralisya. Raydan menscroll postingan Ralisya perlahan dan ada beberapa postingan Ralisya tengah bersama Demian. Selebihnya, hanya video tentang tips-tips kesehatan dan potret kebersamaan Ralisya bersama teman-teman kampusnya.
Raydan beralih mengklik bagian foto profil Ralisya, di sana tampak sebuah tanda yang menunjukan jika ada instastory di sana. Raydan melihat postingan di story Ralisya dengan seksama. Itu seperti jari Ralisya.
"Cincin? Apa dia akan menikah?' batin Raydan.
Raydan menelan air liurnya. Benarkah mantan kekasihnya itu akan segera menikah? Yang Raydan ingat setelah pertemuan pertama kali mereka beberapa hari lalu, Raydan tak menemukan cincin itu di jari manis Ralisya.