Chapter. 01 - Kehancuran Desa Yi San

Sebuah desa, terbentuk di antara dua gunung yang saling mengawasi. Dua gunung itu adalah gunung Yi dan gunung San. Pernah dikatakan juga bahwa dulu, tempat itu juga memiliki satu gunung lagi bernama gunung Erl. Namun, karena pertengkaran antara Dewa dengan iblis yang memicu sebuah pertarungan di sekitar lembah gunung Erl, gunung itu menjadi hilang dan hanya menyisakan dua gunung saja yaitu gunung Yi dan San. 

Dan di dalam desa yang terbangun di antara kedua gunung tersebut. Sebuah kisah tersebar mengenai akan adanya seseorang yang datang dari rakyat biasa, yang akan memecah langit dan yang akan menjadi penengah antara alam surga, alam iblis dan alam fana. Dia tidak akan memihak siapapun. Dan jika ada seseorang yang berani menantangnya, dia akan mati. 

Desa itu bernama desa Yi San. 

༺𖣘༻

"Xuan Cheng! Bisakah kau mengambilkan minum untuk ibumu?" Teriak seorang wanita paruh baya yang duduk di atas ranjang tanpa kasur, dengan pakaian lusuh dan wajah yang kusam termakan usia. 

Langkah cepat dan ringan seorang anak berumur 10 tahun, berlari ke arah sebuah rumah bobrok dengan membawa segelas wadah minuman berisikan air bersih untuk ibunya. 

Anak laki-laki dengan wajah kusam dan kotor, dipenuhi dengan lumpur dan tanah yang melekat disekitar pakaian sederhana miliknya. Anak itu bernama Xuan Cheng.

Xuan Cheng merupakan anak tanpa Ayah dan hanya memiliki seorang Ibu yang saat ini sedang sakit-sakitan. Sifatnya yang pekerja keras dan ramah pada siapapun, membuatnya sangat disukai oleh penduduk desa dan dicintai oleh penduduk desa. Mereka mengaku tidak bisa memberikan apapun pada Xuan Cheng karena mereka sendiri juga hidup dalam kemiskinan dan hanya bisa memberikannya semangkuk bubur untuk dia dan juga ibunya yang sekarang sedang sakit. 

Kembali pada keadaan Xuan Cheng yang saat ini sudah memberikan segelas air itu untuk ibunya. Wajahnya masih terlihat tersenyum kekanak-kanakan dan juga pupil matanya yang terlihat berwarna biru menyala, membuat semua orang senang ketika melihatnya termasuk ibunya. 

Wanita tua itu menaruh gelas di sampingnya sebelum dia menaruh satu tangannya di atas kepala Xuan Cheng. Dengan sangat lembutnya, dia berkata, "Xuan'er, apakah kamu tidak lelah? Setelah kamu bekerja pagi hingga malam, apakah kamu sama sekali tidak merasa lelah? Kamu tahu, jika ibu melihatmu terus bekerja keras, ibumu akan merasa tidak berguna disini." Ucapnya yang kemudian terbatuk pelan setelah mengatakannya.

Xuan Cheng masih dengan senyum kekanak-kanakannya ketika dia menjawab, "Ibu tenang saja. Aku sama sekali tidak kelelahan. Dan jika ibu merasa tidak berguna maka, ibu berusahalah untuk kembali sembuh." Ucapnya dengan lembut pada ibunya yang masih terbaring di atas ranjang. 

Wanita tua kembali terbatuk sebelum dia berkata, "Kamu anak yang baik, Xuan'er. Terima kasih telah menjaga ibu dengan baik." 

Xuan Cheng kembali menarik senyuman sebelum dia menjawab, "Jika ibu sudah baikan, aku akan menitipkan ibu pada paman Zhao selagi aku menjual kayu bakar di kota." 

Wanita tua menjawab, "Kalau begitu, pergilah. Ibu akan baik-baik saja disini." Ucapnya dengan pelan pada Xuan Cheng. 

Suasana desa Yi San masih sama seperti dulu. Ada beberapa pedagang yang saat ini sedang duduk di tempat teduh dan ada beberapa orang yang saat ini sedang saling bertemu. 

Xuan Cheng menggendong beberapa kayu bakar dan berjalan menuju kota. Sebelumnya, dia sempat disapa beberapa anak kecil yang menghampirinya hanya untuk menunjukkan bunga yang baru saja dipetik oleh mereka dan termasuk beberapa bayangan hitam, melayang di atas kepalanya.

Xuan Cheng sempat mencurigai bahwa bayangan hitam itu termasuk musuh yang akan menyerang mereka namun, tidak berlangsung lama. Hal itu mulai dilupakan olehnya. 

༺𖣘༻

Sampai di kota yang cukup ramai, beberapa orang dari keluarga bangsawan tampaknya juga sedang berkunjung ke kota. Xuan Cheng tidak bersama siapapun dan hanya ditemani dengan bayangannya saja, dia menatap langsung ke arah para pasukan berkuda yang berasal dari kerjaan Wei Hao, yang saat ini sedang menuntun putra mahkota mereka untuk menyebrangi kota yang cukup ramai.

Perlahan pandangannya terhenti dan menatap rumah pedagang kayu yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Xuan Cheng kemudian berjalan menuju rumah pedagang kayu tersebut untuk memberikan kayu hasil potongannya. 

Tidak lama setelah negosiasi yang cukup singkat. Tepat di depan rumah pedagang kayu, terdapat sebuah rumah minum dan di depan rumah itu, terdapat beberapa orang yang saling berbicara disana. 

Mereka seperti sedang membicarakan tentang laki-laki yang mereka panggil dengan sebutan Li Wu Ding. 

Kedengarannya, laki-laki itu memakai pakaian putih dengan cambuk ekor kuda yang beristirahat pada lipatan lengannya. Wajahnya dingin dengan alis pedang dan juga sebuah topeng bertanduk dengan corak tiga bulan sabit yang membentuk formasi seperti wajah. 

Xuan Cheng berpikir, Orang bodoh mana yang mempercayai cerita bohong itu? Memangnya ada manusia yang rela melakukan hal aneh untuk menjadi satu-satunya yang terkuat? 

Bersamaan dengan akhir pemikirannya, seorang laki-laki yang datang dari luar kota, berlari ke arah orang-orang yang kini sedang saling berbicara. 

Dengan tergesa-gesa dan sulit untuk mengatur nafasnya, laki-laki itu berkata, "Li Wu Ding, muncul di daerah pegunungan Yi dan San!" 

Sontak, begitu Xuan Cheng mendengar berita yang disampaikan oleh laki-laki itu, membuatnya langsung terburu-buru dan berlari menuju desa Yi San sementara laki-laki itu sedang menceritakan lebih lanjut mengenai hal yang baru saja terjadi padanya. 

Xuan Cheng melangkahkan kakinya yang sangat masih kecil itu menuju desanya yang terbentang di antara dua pegunungan yang dimaksud oleh laki-laki asing tadi. 

Tidak lama setelah seluruh tenaganya terkuras dan langkahnya yang kian melambat, sebuah cahaya merah muncul dibalik gunung Yi dan juga hawa panas yang mulai terasa ketika dia menginjakkan tanah yang lapuk akibat derasnya hujan yang saat itu terjadi. 

"Ibu? Dimana rumahku?! Kemana perginya paman Zhao?!" Ucapnya dengan lantang sambil meneriaki seluruh penduduk desa yang saat ini sudah terbaring kaku di tanah. Dan rata-rata dari seluruh penduduk itu, semuanya menghadapi kematian dalam keadaan mata yang terbuka. 

Xuan Cheng mengusap matanya yang berair karena kepulan asap yang ada dimana-mana dan juga, bergerak perlahan sambil menutupi wajah dengan satu lengannya. 

Langkahnya yang sangat pelan karena dihalangi oleh percikan api yang menyebar dimana-mana, membuatnya terhenti begitu dia melihat sesosok bayangan putih, dengan cambuk ekor kuda yang beristirahat di lipatan lengannya.

Laki-laki itu berdiri tegak, sambil membenarkan posisi topeng wajah bulan sabit yang menggantung di atas kepalanya. Bukan hanya itu saja, rambut hitam bersinarnya, berkibar bersamaan dengan datangnya angin besar yang sepertinya membuat api semakin membesar. 

Hal yang semakin membuat Xuan Cheng marah adalah, ketika dia melihat mayat ibunya dan juga mayat paman Zhao saat ini sedang berada di bawah kakinya. 

Xuan Cheng mengeraskan tinjunya dan menatap laki-laki itu dengan tatapan amarah yang semakin membesar. 

Xuan Cheng berteriak, "Kembalikan Ibuku dan juga Paman Zhao!"

Dari dalam kegelapan yang sangat mendalam, laki-laki itu melengkungkan senyuman sinis sebelum dia berkata, "Mengembalikan?" Dia berhenti sesaat dan kembali melanjutkan dengan nada menentang, "Tidakkah yang kau lihat ini hanyalah mayatnya saja? Jika kau ingin mereka kembali, temui arwah mereka yang saat ini berdiam di neraka!" Ucapnya yang kemudian mengeluarkan pedangnya yang dihunuskan ke arah Xuan Cheng tanpa rasa takut. 

Tidak ada wajah ketegangan dalam raut wajah Xuan Cheng meskipun pedang melengkung itu telah hampir menembus kulitnya. Dia merasa bahwa dia semakin kuat dan semakin kuat sehingga, membuatnya bergerak untuk mengambil sebuah batu yang seukuran telapak tangan orang dewasa dan kemudian, batu tersebut dilemparkan ke arah laki-laki yang saat ini berdiri di hadapannya. 

'Hump' laki-laki itu berkata, "Hanya dengan sebuah batu, apakah itu akan membunuhku?" Ucapnya yang langsung membelah batu yang sebelumnya telah dilempar oleh Xuan Cheng ke arahnya. 

Setelah pedangnya digunakan untuk membelah batu yang baru saja dilemparkan oleh Xuan Cheng, dan gerakan itu membuat goresan kecil pada pedang tersebut. Lantas, setelah apa yang dilakukan oleh Xuan Cheng padanya. Membuat laki-laki itu bergerak untuk membunuhnya dan berhasil menggores daging pada lengan dan perut Xuan Cheng ketika dia mencoba untuk membunuhnya. 

Cratt!

Suara percikan darah itu muncul ketika dagingnya berhasil tergores dan membuatnya harus mengeluarkan seteguk darah kotor yang telah menyangkut di tenggorokannya sejak tadi. 

Dengan darah yang terus mengalir, sementara dia tidak memiliki kekuatan apapun untuk melakukan pembalasan. Xuan Cheng bertekuk lutut di hadapan laki-laki itu tanpa melakukan hal apapun yang membuat lawannya bergerak mundur. 

Laki-laki itu kembali menyerang, menendang tubuhnya dan memberikannya beberapa cambukan yang membekas pada kulitnya.

Dalam penyerangannya, laki-laki itu kembali berkata, "Apakah kau penasaran bagaimana aku membunuh Ibumu dan juga Pamanmu?" 

Xuan Cheng terdiam sambil merasakan nyawanya yang perlahan diambil oleh orang ini. Dan tidak lama setelah dia merasakan hal itu, seombak cahaya putih mendadak menutupi penglihatannya dan karena hal itu, dengan perlahan dia kehilangan kesadarannya ketika dia memandangi mayat ibunya untuk terakhir kalinya. 

===========

Note

一 = Yī = Satu

二 = èr = Dua

三 = sān = Tiga