"Terima."
"Terima."
"Terima."
"Terima."
Banyak sorakan yang begitu keras, membuat Amel malu.
Amel berada ditengah lapangan bersama Revan yang dikelilingi oleh banyak murid.
Revan jongkok tepat dihadapan Amel dan sambil menunjukan sebuket bunga.
"Mel, mereka ini adalah saksi bahwa aku mencintaimu."
"Terima."
"Terima."
Amel begitu kaget bukan main, harus jawab apa? ia begitu bingung.
"Aku butuh jawaban Mel, tolong jawab."
Amel menatap mata Revan mencari-cari apakah ia berbohong atau ia tulus mencintainya.
Dan jawabnya yang Amel lihat Revan begitu tulus dan tidak berbohong.
"M-maaf ka, a-aku butuh waktu."
Amel pergi meninggalkan Revan, ia tidak tahu harus jawab apa. Lebih baik ia berpikir kembali dari pada salah langkah.
"Aku bakal tunggu jawabannya Mel" teriak Revan.
Jujur hati ini dag dig dug ser bukan main.
Apa Amel mencintai Revan?
*****
Dua orang pria berada di ruangan yang begitu gelap, hanya dengan bantuan penerang tapi tidak terlalu terang.
"Gimana rencana? bakal lancarkan?" ucap seorang pria
"pasti lancar bos."
"Bagus."
"Tunggu pembalasan gue!" batin pria tadi dengan senyum devil-nya.
*****
Hati ini akan terang bila ada yang meneranginya, hati ini akan tenang bila tak ada yang mengganggunya dan hati ini akan bahagia bila ada yang membahagiakannya, begitupun sebaliknya.
Sulit rasanya untuk meyakinkan.
Hati ini terluka, apa ini semua akan baik-baik saja?
Ku rasa tidak.
Bahagia itu sederhana dan juga simpel.
Tapi mengapa dengan ku itu sulit? orang itu adalah Amel.
Sudah beribu-ribu kali Amel meyakinkan bahwa ia bukan lah penyebab kematian Andre, tapi kenapa mereka tidak yakin?
"Mah itu tuh bukan salahku!"
"Bukan salahmu? orang jelas-jelas salah kamu!"
"Mah, sudah Amel bilang berkali-kali itu bukan salah Amel mah, itu murni kecelakaan."
Amel sudah tidak tahan. Buru-buru ia pergi meninggalkan Mira dan langsung pergi menuju sekolah.
Selama jalan di koridor sekolah Amel tidak ada semangat, ia begitu malas untuk ke sekolah karena percuma jika ia ke sekolah pasti yang ada akan mendapatkan bully-an.
Kapan semua ini akan berakhir?
Tapi Amel tidak mau bermalas-malasan lagi ia akan semangat demi meraih cita-citanya.
Amel duduk di kursinya melihat-lihat teman-temannya yang ada dikelas. Mereka kelihatan begitu asik saat berkumpul dan berbincang-bincang, entah apa yang dibicarakan mereka.
Bel sekolah berbunyi pertanda jam belajar akan dimulai dan guru pun masuk ke kelas untuk mengajar.
"Pagi anak-anak." ucap Bu Rara.
"Pagi Bu" jawab kompak seisi kelas.
"Hari ini kita akan kedatangan murid baru. Ayo perkenalkan diri kamu."
"Hai, kenalin gue Dila gue pindahan dari Surabaya dan semoga kita semua jadi teman baik."
"Baik anak-anak semuanya jika ada yang ingin ditanyakan bisa nanti jam istirahat."
"Iya Bu."
"Silahkan Dila kamu duduk di sebelah kursi Amel dan kebetulan Amel duduk sendiri. Yang namanya Amel ayo angkat tangannya." perintah Bu Rara.
Amel pun mengangkat tangannya.
Dan kemudian Dila menghampiri duduknya.
"Hai aku Amel" ucap Amel sambil mengulurkan tangannya.
Dila menerima uluran Amel dan tersenyum "Dila."
Bel istirahat telah tiba, akhirnya semua murid berhamburan pergi menuju kantin sekolah.
Amel membuka tas dan mengambil bekal yang tadi ia bawa di rumah.
"Mel, gue gak tau kantin dimana?"
Amel baru sadar kalau ia sekarang tidak duduk sendiri.
"Ehhh iya maaf ya Dil" cengengesan Amel.
Amel menutup bekalnya dan bangkit dari duduk, kemudian menarik tangan Dila lembut.
"Yuk aku Anter."
Sesampainya di kantin banyak murid bahkan kursi pun sudah penuh.
"Duduk dimana yah?"
"Amel."
Amel merasa dipanggil ia mencari-cari siapa yang memanggilnya.
"Amel" panggilnya.
Amel terus mencari-cari dan matanya tertuju pada meja pojok.
"Sini."
Ia ragu untuk menghampirinya
"Sini Mel" ulang Beta.
Amel dan Dila menghampiri Beta, di sana bukan hanya Beta tetapi ada Revan, Farel dan temen yang lainnya.
"Sini" Revan menarik tangan Amel untuk duduk disebelahnya dan Dila ikut duduk disebelah Amel.
Ia begitu canggung.
"Mau pesan apa?" tanya Revan.
"Aku bawa bekal ka, aku kesini cuman nganter Dila."
"Dil, mau pesan apa?" tanya Amel pada Dila.
"Bakso aja."
"Bet bungkus." perintah Revan pada Beta.
Beta langsung pergi memesan makanan untuk Revan dan yang lainnya.
"Gimana Mel" bisik Revan ditelinga Amel.
Amel kaget.
Mengapa harus sekarang?
"Pesanan datang" teriak Beta sambil menaruh pesanan di meja.
Untung Beta sudah datang, jadi Amel tidak harus menjawab sekarang.
Revan mengambil makanannya dan langsung menarik Amel.
Dila ingin hendak pergi menyusul Amel tapi ditahan oleh Farel.
"Sini aja, temenin gue."
Dila kembali duduk dan langsung makanannya dan ia juga tidak mau ikut campur.
Cantik.
*****
Revan terus menggenggam tangan Amel dan sudah berkali-kali Amel bertanya tapi tidak ada jawaban dari Revan.
Belum sempat Amel bertanya lagi tetapi langkah kakinya menuju kelas. Revan membawa Amel ke kelas.
Banyak pasang mata menatap Revan dan Amel tapi Revan hiraukan itu.
"Sekarang ambil bekalnya, cepat!"
Mendengar ucapan Revan yang tidak seperti biasanya, langsung Amel mengambil bekalnya.
Revan langsung menarik tangan Amel dan langsung membawanya entah kemana.
Amel lebih memilih bisu tidak ingin bertanya ia akan di bawa kemana, karena melihat awura wajah Revan begitu dingin.
Tidak seperti biasanya.
Langkah kakinya berhenti dan melihat sekeliling ternyata ia di bawa ke roofdof sekolah.
Indah, itu yang dilihat oleh Amel karena baru pertama kali Amel ke sini.
Senyuman yang terukir membuat hati Revan hangat, melihat senyumannya.
Revan langsung menarik Amel untuk duduk yang telah disediakan di sana dan langsung membukakan bekal Amel.
Amel masih menatap kekaguman yang diciptakan oleh sang pencipta, betapa indahnya pemandangan ini.
"Ayo buka mulutnya."
Sendok sudah ada didekat mulut.
"A-aku bisa sendiri"
Saat hendak mengambil sendok yang ada ditangan Revan. Revan langsung menjauhkan dari Amel.
"Biar aku aja."
"Ayo buka mulutnya."
Melihat raut wajah Revan dingin, langsung Amel membuka mulut menerima suapan dari Revan.
"Gimana Mel aku udah nunggu dari tadi" ucap Revan sambil menutup bekal yang telah habis tadi.
"G-gimana apanya ka?"
"oke aku ulangi"
Revan langsung mendekat menatap Amel lebih dekat.
"Jadi pacar aku. Sekarang!" bisik Revan ditelinga Amel, ucap Revan dengan tegas dan ini perintah.
Deg!
"A-aku butuh waktu ka."
Revan menatap Amel dalam "Aku udah kasih waktu. Tapi, kamu selalu ngehindar Mel. Aku juga butuh jawaban."
Amel ragu untuk menjawab.
Jujur perasaan ini tidak bisa dihindari, ia telah jatuh cinta.
"A-aku....iya aku mau" ucap Amel langsung memalingkan wajahnya dari hadapan Revan.
Ia begitu malu.
Tangan Revan langsung menyentuh tangan Amel refleks Amel langsung menoleh kepadanya.
Revan begitu senang mendengar ucapan dari bibir Amel.
langsung Revan memeluk Amel erat.
"Akhirnya kamu jawab Mel, aku senang banget."
Amel hanya tersenyum.
Revan langsung menggenggam tangan Amel lembut untuk pergi dari tempat ini dan langsung mengantar Amel ke kelas.
Kelas begitu berisi dan hening ketika Amel datang.
Semua yang ada dikelas melihat Amel dan Revan.
"Langsung masuk, inget jangan deket-deket cowo. Nanti pulang bareng" ucap Revan sambil mengelus rambut Amel.
Amel hanya mengangguk dan tersenyum.
Satu kata untuk Revan Possessive.
Amel masuk dan menunduk kepala, ia begitu malu dilihat seperti itu.
"Jangan lupa gue traktir, oke." bisik Dila yang sudah datang dari tadi.
Amel hanya cengengesan.