Bagian 10.

Bel sudah berbunyi pertanda waktunya pulang.

"Mel pulang bareng yuk" ajak Dila sambil memakai tas.

"Maaf Mel aku nggak bisa."

"Mel udah belum?" tanya Revan yang entah sejak kapan sudah ada di depan kelas.

"Iya sebentar" jawab Amel sambil memasukkan buku kedalam tasnya dan langsung memakai tasnya.

"Gue baru inget, ternyata temen baru gue udah ada pawang" goda Dila menoel-noel pipi Amel.

"Apa sih Dil" ucap Amel malu.

"Ya udah Mel, gue duluan ya" pamit Dila sambil melambaikan tangannya.

"Iya hati-hati Dil" ucap Amel sambil melambaikan tangannya juga.

Revan menggenggam tangan Amel lembut dan langsung menuju parkiran.

Selama diperjalanan terukir senyuman yang begitu bahagia.

Tuhan terima kasih.

Selama di dalam mobil Revan enggan untuk melepas genggamannya sesekali ia mengecup punggung tangan Amel, membuat Amel malu merona.

"Oiya Handphone kamu mana?" pinta Revan.

"B-buat apa ka?" gugup Amel.

"Iya mana dulu."

Amel langsung memberikan handphonenya.

Jari lentik Revan bergerak di handphone Amel, entah apa yang lakukan Revan.

"Nih, aku udah ubah semuanya dan aku udah hapus nomor yang gak penting" ucap sambil memberikan handphone pada Amel.

Amel mengecek handphonenya apa yang dilakukan Revan.

"Hah. Ka ko nomor-nomornya cuman sedikit? terus ini kenapa nomor ka Adit juga di hapus?!"

"Aku gak mau kamu simpan nomor cowo, aku cemburu."

"Tapi ka-."

"Syuuuut" jari telunjuk Revan menempel pada bibir Amel.

"Jangan panggil kakak aku bukan kakak kamu, aku kan pacar kamu."

"Tapi ka ehh maksudnya Revan, kenapa kamu hapus nomor ka Adit? Dia itu atasan aku!"

"Atasan?"

"Iya atasan, dia bos aku."

"Kamu kerja? ko gak bilang?"

"Sebelum aku kenal kamu, aku udah kerja."

Revan mengangguk anggukkan kepala "Kalau begitu kamu berhenti kerja."

Amel menatap Revan kaget, belum lama pacaran sudah ngatur-ngatur istilahnya Revan begitu Possessive.

Belum sempat Amel jawab akhirnya Amel sudah sampai di depan rumah dan membuka pintu mobil, sebelum keluar "Makasih udah nganter aku pulang dan satu lagi maaf Van aku nggak bisa keluar dari perkejaan ku, sekali lagi maaf." langsung Amel keluar dan langsung masuk kedalam rumah.

"Maaf Mel aku ngengkang kamu kaya gini, karena aku gak mau kehilangan kamu."

*****

Amel masuk ke dalam rumah, saat masuk betapa kagetnya ia saat melihat orang tuanya yang menatapnya tajam.

"Siapa lagi? om-om?" tanya Mira dengan tajam.

Om-om?

Amel menundukkan kepalanya "Maaf mah, itu bukan seperti apa yang mamah lihat."

Mira menata Amel sinis "Masa?"

Amel menatap Mira "Benar mah Amel nggak bohong."

"Masuk dan jangan keluar kamar sampai besok!" perintah Mira.

"sampai besok? memangnya ada apa Mah?"

"Jangan banyak tanya cepat masuk!" bukan Mira yang menjawab melainkan Gama.

Amel langsung menuju kamar, lelah sudah hari ini.

Mengapa ia harus di dalam kamar sampai besok lagi?

Tok tok tok

"Masuk aja bi pintunya nggak dikunci."

Amel sudah tahu bahwa yang mengetuk pintu kamarnya adalah bi Ana.

Papah?

Mamah?

Mala?

Mana mungkin!

Memasuki kamarnya saja mereka tidak pernah. Hanya bi Ana yang selalu masuk ke kamar Amel untuk membantu membersihkan kamarnya dan hal yang lainnya, bahkan Amel pernah meminta bi Ana untuk tidur bersamanya.

Ana masuk dan menyimpan makanan di meja dekat kasur.

Ana melangkah mendekati Amel yang sedang menyisir di meja rias.

"Biar bibi aja non" ucap Ana langsung merebut sisi yang di pegang Amel dan langsung menyisir rambut Amel.

Amel memejamkan mata menikmati sisiran dari Ana, ia begitu merindukan mereka.

"Tuhan aku kangen."

"Aku ingin merasakan kasih sayang dari mereka Tuhan."

"Kapan semuanya akan seperti dulu lagi?"

*****

Amel mendengar suara musik dan suara orang yang sedang tertawa, ia melangkah melihat dari jendela kamar.

"Jadi ini, mereka menyuruhku didalam kamar aja."

Butiran bening lolos membasahi pipi Amel, ia menangis.

"Mereka berpesta tanpa mengajakku."

Amel terus melihat orang-orang yang sedang menikmati pesta, mereka terlihat bahagia tanpa dirinya.

"Tuhan apa salahku? kenapa mereka begitu tega?"

Amel sudah tidak tahan, ia langsung menuju kasur untuk beristirahat. Matanya mulai terpejam menuju alam mimpi.

*****

Matahari telah tiba, sinarnya yang begitu terang menghangatkan di pagi hari dan kicauan burung yang begitu merdu.

Hari ini Revan begitu bahagia, akhirnya kerinduaanya sudah selesai terobati.

Revan terus menggenggam tangan Amel sampai menuju kelas.

Banyak siswa yang menatap heran.

"Jangan nunduk. Angkat kepala kamu jangan biarkan mahkotamu jatuh" ucap revan, ia tidak mau melihat Amel selalu menundukkan kepalanya.

Mendengar ucapan Revan. Amel langsung mengangkat kepalanya.

"Gitu dong, jadi tambah cantik."

Amel hanya tersenyum.

*****

"Tar malam kumpul di cafe biasa" ajak Revan

"Yuhuuuu makan kita" heboh anggota gengster.

"Emang ada apaan?" tanya Farel.

"Amel" ucap Revan singkat.

Farel menepuk bahu Revan "Akhirnya jadian juga lo."

"Asekkk, mamam gratis" heboh Beta.

Toni melempar bantal sofa "Berisik kriwil!"

"Bodo amat, tapi gue suka. Wleee" ucap Beta sambil menjulurkan lidahnya pada Toni.

"Dasar Kriwil! untung temen." kesal Toni.

"Kalau bukan temen?" tanya Beta pada Toni.

"Gue kawinin!" asal Toni.

"Mau dong di kawinin, apalagi kawin sama lo" goda Beta sambil mengedip-ngedipkan  matanya.

Yang menyaksikan hanya tertawa terbahak-bahak.

Toni menatap Beta horor, membuat yang melihatnya semakin tertawa.

"Ogah!" jutek Toni.

"Jutek amat, awas suka sama gue loh" goda Beta.

"Apasih gue masih normal ya!"

Pasti Beta dan Toni setiap kumpul berantem mulu, bagi anak gengster ini adalah hiburan.

*****

Malam ini seperti Revan janjikan, bahwa ia akan meneraktir anak gengster.

"Lo semua bebas mau pesan apa aja" ucap Revan lalu bangkit dari duduknya.

Toni mencekal tangan Revan "Mau kemana lo?"

"Toilet."

Beta mengedip-ngedip 'kan matanya kepada Toni, membuat Toni menatap Beta jijik.

"Noh cewe bening" ucap Toni pada Beta

Bata langsung berbalik mengikut arah dan ucapan Toni.

"Anjirrr. Mata lo buta ya? gak bisa bedain mana yang bening Ama yang tua apa? itu nenek-nenek TAYO!" kesal Beta.

Toni melihat raut wajah Beta, menurutnya itu lucu.

"Giliran bening aja langsung!"

"Iyalah. Emangnya lo."

"Itu bening kriwil, cocok buat Lo" ledek Toni sambil tertawa.

"Bening endas mu" kesal Beta sambil menoyor kepala Toni.

Melihat muka Beta yang begitu kesal membuat anak gengster tertawa.

"Beta Beta giliran liat cewe bening, langsung."

Setelah selesai dari toilet sepertinya Revan melihat orang yang begitu mirip dengan kekasihnya.

Apa itu Amel?

Revan menggeleng-gelengkan kepalanya, mana mungkin jam segini Amel di sini.

Tapi anehnya kenapa orang itu memakai pakaian seperti pelayan.

Apa ia kerja di sini?

Revan menghampiri orang yang begitu mirip dengan Amel, kekasihnya.

"Amel."