BAB 4. SALAH PAHAM

Kanaya memasukkan coklat yang diberikan Putra ke dalam kulkas. Menurutnya, semua pemberian Putra adalah hasil dari jerih payahnya dalam bekerja paruh waktu dan itu wajib dihargai. Kanaya masuk ke dalam kamar, lalu merebahkan badannya ke atas kasur empuknya.

"Aah… Nyamannya.. Ohiya Salsa itu siapa ya? Aku jadi penasaran" Ujar Kanaya pada dirinya.

Kanaya membuka ponselnya dan mencari nama salsa pada followers kekasihnya.

"Yes, dapet. Kanaya gitu loh" ujar Kanaya dengan bangganya.

Terlihat hanya ada dua foto yang terpampang pada akun instagramnya.

"Cantik juga" Gumam Kanaya lalu beranjak tidur.

Putra tak bisa tidur, karena ia sangat khawatir kekasihnya marah. Sebenarnya ia tidak berniat untuk tak bercerita, namun secara tiba-tiba teman kecilnya sekaligus cinta pertamanya mengiriminya pesan. Perasaannya sangat kacau dan berantakkan. Sudah jelas penyebabnya apa, salsa merupakkan cinta pertamanya sampai beberapa bulan lalu saat ia menemukkan gadis lain yaitu Kanaya. Meskipun waktu yang cukup singkat dengan Kanaya, namun Kanaya bukanlah pelampiasan, entah mengapa hatinya sangat cepat beralih pada Kanaya. mungkin daya tarik pada gadis itu cukup kuat sehingga dapat mengikat kuat hatinya. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Tampak notifikasi instagram dari Salsa.

@SALSABILS

'Aku mau mati. Pokoknya aku mau mati'

@PUTRAAF

'Hah ?? Kamu dimana, sal?'

@SALSABILS

'Aku gatau mau kemana, aku sekarang di Solo. Tadi aku asal aja pake travel dari semarang ke Solo, mau ke Jogja tapi aku udah terlanjur beli tiket yang ke Solo dengan alamat universitas yang aku search di google. Dan aku gatau lagi, aku kacau.'

@PUTRAAF

'Kamu dimana ini posisinya? Udah malem loh! jangan aneh-aneh. Aku kesitu, kamu cari tempat penginapan disitu atau cari tempat makan yang deket situ. Aku butuh waktu satu setengah sampai dua jam buat sampai kesitu'

@SALSABILS

'Kamu mau ke sini? Gausah… aku gapapa kok..'

@PUTRAAF

'Otw'

Putra bergegas memakai jaket dan membawa dua helm serta hodie miliknya. Ia cepat – cepat menaikki sepeda motornya dan beranjak menuju tempat Salsa. Salsa mencari tempat makan yang tak jauh dari situ, ternyata ada warmindo yang buka 24 jam, karena merupakan wilayah kampus sehingga cukup ramai mahasiswa yang sedang mengerjakan Tugas ataupun sekedar nongkrong. Salsa duduk di depan warmindo tanpa memesan apapun, membuat salah satu pegawai warmindo bertanya.

" Mbak mau pesan apa?" Tanya pegawai warmindo.

" Mabok kali… keliatan itu, udah lemes banget gitu.. gimana nih?" Sahut pegawai lainnya.

" Ngawure… dia nangis kayaknya" Ujar Pegawai warmindo.

" Saya pesan kopi susu satu, dan jangan ganggu saya" Ujar Salsa tiba-tiba dan mengagetkan semua pegawai yang berada disitu. Semua pegawai pun bubar dan membuatkan pesanan Salsa.

Keadaan Salsa yang begitu kacau membuat dirinya banyak melamun sambil menyeruput kopinya sedikit demi sedikit untuk menghangatkan tubuhnya. Rupanya ada segerombolan laki-laki yang memandanginya dari jauh. Mungkin saja mahasiswa kampus dekat situ. Sekitar satu jam hingga akhirnya Salsa tertidur, segerombolan laki-laki itu duduk mengitari meja Salsa. Salsa pun terbangun.

" Ada apa?" Tanya Salsa.

" Sedang apa sendirian disini nona manis?" Tanya pria berambut ikal.

" Apa urusanmu?" Tanya Salsa dingin.

" Menemani gadis yang kesepian disini" Ujar pria berambut cepak sambil memegang dagu Salsa diikuti tawa teman-temannya. Pegawai warmindo tidak bisa berbuat apa-apa, karena gerombolan itu terkenal sadis di wilayah itu.

" Jangan lancang!" Tegas Salsa.

Dari kejauhan tampak laki-laki yang sedang kebingungan menatap ke arah warmindo, itu adalah Putra. Putra yang sadar bahwa sahabatnya diganggu oleh segerombolan laki-laki mesum pun langsung menancapkan gasnya.

" Jauh-jauh dari gadis itu" seru Putra sambil menatap datar

" weittss… apa-apaan nih? Gak usah sok kayak sinetron deh.. kita gak ngapa-ngapain kok" Ujar pria berambut ikal.

Salsa melepaskan diri dari cengkraman pria beramput cepak dan berlari ke arah Putra. Namun, kakinya dicekal , dan ia hampir terjatuh. Untunglah Putra memeluk Salsa sehingga ia tidak terjatuh. Putra menggandeng Salsa dan membayar pesanan sahabatnya itu. Setelahnya, ia menggiring salsa untuk menaiki motornya.

" Pegangan " Ujar Putra singkat.

Salsa memposisikan tangannya memeluk Putra dari belakang, ia sudah merasa tenang, namun masih menangis kencang seperti laju motor Putra.

Akhirnya sampai juga di Jogja, Salsa dibawa ke kost Putra. Barang – barang Salsa diletakkan di dalam lemari, dan gadis itu merebahkan diri di atas kasur Putra. Putra duduk dibawah lantai.

" Apa gak ada niatan cerita kalau aku gak tanya?" ujar Putra.

" Bukan gitu, aku bingung harus cerita dari mana" jawab Salsa.

" Tenangin diri dulu. Terus tidur. Sini bantal satu, aku butuh tenaga buat besok kuliah sama kerja, dah ya" Ujar Putra diiringi lemparan bantal dari Salsa. Dan mereka pun tidur. Malam beranjak menunggu terbitnya fajar.

Keesokkan harinya, Putra bangun dari tidur bersiap-siap mandi, ia melihat Salsa masih tertidur dengan mata bengkaknya. Kakinya membawanya ke kamar mandi. Putra menggosok tubuhnya dan mengguyur seluruh tubuh dengan campuran rebusan air panas dan dinginnya air bak mandi menciptakan kehangatan yang menjalar pada tubuhnya. Salsa masih tertidur pulas dengan posisi yang sama seperti yang dilihat oleh Putra. Tiba- tiba ponsel Putra bordering berkali-kali. Salsa mengangkat teleponnya tanpa membaca dulu siapa yang menelepon.

" Halo?" Ujar Salsa.

Tak ada jawaban.

"Halo? Ini Salsa, Putranya lagi mandi, nanti kalau udah selesai, Salsa sampein ke Putra… soalnya ini.." Belum selesai Salsa menjelaskan, teleponnya mati.

" Sialan Putra gak nge-cas HP-nya jadi mati deh" Ujar Salsa sambil men – charger ponsel Putra.

Di tempat lain, Kanaya tercekat saat mendengar suara wanita bernama Salsa mengangkat ponsel Putra pagi-pagi buta. Siapa cewe itu? Kanaya bertanya-tanya dan menerka –nerka kejadian tadi. Rasanya sungguh sesak, bisa-bisanya kekasihnya membawa perempuan lain ke kostnya. Kanaya sudah tahu bahwa Putra hidup sendirian dan jauh dari keluarganya, Namun, ia tak tahu banyak persoalan itu. Karena setiap ditanya soal keluarga, Putra mengelak dan selalu mengalihkan pembicaraan. Kanaya sangat kacau, ia merasa sakit jika ada perempuan lain yang lebih mengetahui tentang kekasihnya dari pada dirinya. Putra sangat enggan untuk menceritakan apa yang ia rasakan, tampak kepedihan yang tertutupi oleh riangnya seorang Putra.

"aku tidak suka ada perempuan lain yang tahu banyak tentang kekasihku! " Ujar Kanaya kesal.

"Kenapa banyak hal yang tak aku ketahui tentang Putra? Apa sebegitu enggannya Putra percaya pada diriku? Apa sebegitu mencurigakannya aku sehingga Putra tak mau menceritakan semuanya? Sebenarnya ada apa ini? Siapa Salsa? Dan apa yang terjadi diantara mereka? Ah.. Pusing, sakit.. kepalaku sakit" Kicau Kanaya.

-Ku Bawa Cinta Ke Jepang-