BAB 3: My Flatmates

Adelia memasukkan seluruh barang belanjaannya kekamarnya, bahkan segala bahan makanan fresh yang seharusnya sudah ia masukkan ke dalam kulkas bersama. Nanti. Tunggu dulu. Adelia butuh waktu beberapa saat untuk mempersiapkan dirinya mengenal teman-temannya. Ia akan menunggu setidaknya ketika hampir makan malam untuk menunjukkan wajahnya sambil perkenalan. Ia tau, sepertinya pada saat itu, pasti semua penghuni flat itu akan berkumpul di ruang tengah atau common room untuk memasak, makan dan menonton tivi bersama.

Ketika Adelia merasa waktunya sudah tepat, ia keluar sambil membawa barang belanjaan yang akan ia tata di dapur. Ia menyusuri lorong yang agak panjang itu dan bersiap-siap membelok ke arah common room. Tiba-tiba...

"Kyyaaaa!!!", Adelia berteriak karena terkejut. Didalam common room cuma ada 1 cowok yang sedang memandang ke dalam kulkas sambil menggigit sebuah apel. Cowok bule berambut pirang itu tingginya sekitar 185 cm dan luar biasa tampan. Tapi masalahnya, ia hanya mengenakan sebuah kaos dalam putih dan celana boxer yang luar biasa pendek. Bukannya itu biasanya yang dipakai mereka sebagai celana dalam?

Sang cowok melotot karena kaget. Bukan karena di pergoki hanya berpakaian minim, tapi karena ada cewek asing yang baru saja berteriak dan menjatuhkan seluruh barang belanjaannya. Adelia menutup kedua matanya dengan tangan kecilnya."Oh hi, you must the new girl from room 2? I'm Pat from room 6", katanya.

Adelia mengangguk dengan senyum penuh kengerian. Apakah Lien lupa memberi tahu bahwa ini adalah flat mahasiswa campuran? Apakah ia akan tinggal bersama cowok disini selama 2 tahun? Apakah ia harus menyaksikan pemandangan ini setiap hari? Oh wow sepertinya seru hahahahah. Adelia langsung menghapus muka kengeriannya, dan menggantinya dengan tampang penasaran. Hohoho

"Ting nonggg, ting nonggg", tiba-tiba seseorang memencet bel flat mereka. Tampang seorang cowok yang tidak terlalu tinggi berkulit kecoklatan berdiri di depan pintu flat mereka. Cowok itu sekilas mirip actor-aktor film India.

"Hi everyone, I'm Ravi, and I will be your Resident Assistant (RA) this year. Please get everyone in the common room, now. We will have a short meeting", perintahnya pada Pat. Pat langsung paham dan mulai menggedor pintu-pintu. Ravi langsung mengambil posisi di salah satu kursi meja makan, dan mempersilahkan Adelia duduk. Tidak berapa lama, seluruh isi flat itu sudah berkumpul dan duduk mengelilingi meja makan. Mereka saling memperkenalkan diri.

"Hi, everyone, I'm Ravi, I'm 22 from India. I'm a postgrad student majoring in Mechanical Engineering. I will be assisting you through this campus dorm (asrama). You can ask me anything, and I will be supervising and telling you, what you can and can't do, while living in this flat. I live downstair, in flat 26. Knock me anytime. Ok? Introduce yourself!", perintahnya sambil menaikkan bagian tengah kacamatanya ke posisi yang lebih nyaman.

"Hi everyone, I'm Pat, I'm 18, and I'm an exchange student from Swiss. I'm majoring in engineering. I will only be here for 1 semester. I'm here to do a little bit of study, and lot of travelling hehehe. I hope we can get along together", katanya penuh canda. Hemm sepertinya dia cowok yang menyenangkan.

"Hi, everyone, I'm Marvin, I'm 17, I'm from Zimbabwe, I'm majoring in Finance and accounting", jelas cowok berkulit hitam tinggi besar itu. Sepertinya ia cowok yang sangat menyenangkan juga. Memperkankan diri saja sambil tertawa dan memperlihatkan giginya yang sangaaaattt putih. Agak kontras dengan kulitnya yang gelap dan tubuhnya yang sangat tegap. Ia dengan pedenya mengenakan kaos basket tanpa lengan dan celana pendek, memperlihatkan sekumpulan otot-otot mengkilap di lengan dan keteknya.

"Hi everyone, I'm Diva, I'm 20 I'm from Singapore. I'm majoring Marketing. I love to cook and eat", kata gadis mungil yang sepertinya seorang gadis keturunan India. Ia tersenyum sedikit menggoda ke arah Ravi. Oh ya ampun. Gadis ini centil juga ya. Wajahnya mirip artis-artis bollywood sebenarnya. Cuma kulitnya agak gelap dan tubuhnya tidak terlalu tinggi. Rambutnya pendek sebahu dan sangat curly.

"Hey guys, I'm Polly from United state. I'm 19 majoring in sport science. Like Pat, I'm just going to be here for 1 semester. I'm an exchange student. Nice to know you", katanya tegas. Cewek dengan tinggi 170cm itu memiliki tubuh yang besar seperti atlit rugby. Mukanya agak tembam dan tidak ramah. Rambut pirangnya tipis dan diikat satu dengan asal. Ia menatap mereka semua dengan tatapan tajam. Kalau di film-film remaja, dia tipikal tukang bully. Hiiiiiii, batin Adelia.

"Hi everyone, I'm Adelia from Indonesia. I'm 22 years old, and I'm also a postgrad student majoring in Public relations. I bought these cupcakes at Coles. Please enjoy", kata Adelia menyodorkan sekotak kue berisi 12 cupcakes aneka topping itu. Kontan mata RA dan teman-temannya itu berbinar dan tanpa segan menyomot cupcakes itu. "Ok go on", kata sang RA menunjuk teman serumah Adelia yang terakhir.

Seorang gadis asia yang berambut sepunggung tertunduk malu. Tubuhnya kira-kira sama dengan Adelia, memakai sweater yang coraknya begitu meriah, dan celana panjang. Kedua tangannya ia luruskan dan memegang lututnya, sepertinya menghilangkan groginya. Ia menatap sekilas ke seluruh teman-temannya. "Hi, I'm Kotoko from Japan. I'm 23, I study nurse", katanya sepelan dan selembut mungkin. "But now, I will study english first. Bridging program", katanya.

Adelia langsung bersorak gembira. "Same with meeee!", katanya langsung menyambar salah satu tangan Kotoko dan siap-siap hendak memeluk tubuh gadis itu. Namun sang gadis jepang tersenyum sumringah sedetik, kemudian kembali menunduk. Oh tidak dia sungguh pemalu. Adelia menurunkan gesture pelukannya. Ga jadi deh.

Sang RA langsung menjelaskan tata cara tinggal di asrama mahasiswa yang baik dan benar. Akan ada inspeksi kebersihan setiap minggu oleh petugas kebersihan, dan setiap orang akan diberi tugas untuk membersihkan kamar dan kamar mandi mereka dengan benar, serta bergantian membersihkan area dapur, ruang tivi, 2 buah kulkas ukuran besar, kompor dan lain-lain. Jadwal sudah di tempel di papan pengumuman.

Ia juga menjelaskan akan ada newsletter, dan makan malam bersama untuk setiap penghuni asrama setiap 2 bulan. Selain itu akan ada kegiatan tamasya bersama untuk anak-anak asrama setiap bulan. Kalau mau join, harus bayar, tapi cukup murah. Tidak hanya itu, ia juga menjelaskan rentetan TIDAK BOLEH yang harus mereka patuhi, termasuk mengadakan pesta di dalam flat, keributan, sampai teman yang menginap.

Adelia mendengarkan secara seksama. Ia benar-benar tidak sabar dengan kehidupan mahasiswanya yang akan dia lalui. Apalagi ketika sang RA menjelaskan bahwa malam ini akan diadakan makan malam penyambutan, dimana ada gratis burger dan aneka minuman cola. "If you want to drink alcohol, bring your own beers", jelasnya. Adelia melihat Pat dan Marvin bersorak girang. "It's party babeeee!", teriak Marvin. Adelia kegirangan. Party = Boys!

---

Yang Adelia tidak mengerti adalah, konsep party saat ini hanyalah sebuah perkumpulan seluruh penghuni asrama di sebuah common room besar di tengah-tengan gedung asrama. Ada 3 orang koki sedang memanggang ratusan burger di luar hall, dimana kita harus menukarkan kupon untuk mengambilnya. Aneka minuman soda yang bisa mereka tukarkan dengan kupon minuman berjejer rapi. Tapi sepertinya itu tidak begitu laku, Adelia dapat melihat masing-masing cowok membawa minuman alkohol mereka sendiri hahahaha.

"This is the right moment if you want to find for cute boys", kata Diva. Ia telah tinggal di asrama yang sama selama setahun. Ia menceritakan sisi tinggal di asrama yang tidak dijelaskan oleh RA tadi. Dan sepertinya cukup menyenangkan hahahaha. Mereka berdua langsung menjadi cepat akrab dan mulai berbicara tentang apa saja. Ia memperkenalkan Adelia dengan beberapa teman asrama dari flat lain. Sekumpulan cewek-cewek beraneka ras memasuki gedung hall. "They must be Japan's girl", katanya.

Adelia tidak paham. Bukannya harusnya Japanese girl? Begitupun, Segerombolan cewek itu sepertinya beraneka ras, bukan dari Jepang semua. Karena memasang muka kebingungan, Diva tertawa. "What I mean is, they are girls from the Japan house. It's the building next to ours. They are the only girls dorm in here", jelasnya. Oooo gitu toh. Adelia melihat salah satu cewek yang tampang dan gayanya cukup familiar. Hey, sepertinya, gayanya kayak orang Indonesia, selidik Adelia.

Diva dan Adelia akan memakan burger yang telah disediakan, sampai akhirnya Diva menyampaikan fakta yang semacam penting tapi, tidak penting, tapi membuatnya mual. "This Kanggooroo burger is the best!", katanya. Adelia lemas. Burger kangguru? Really? Ia langsung membayangkan seekor bayi kangguru yang menggulung di kantong ibunya. Burger ini, isinya anaknya atau ibunya ya?

"Eat it! I cannot eat beef because I'm Indian, so this is fine with me. Try it", ajaknya. Adelia mencobanya. Bibirnya bergetar dan matanya tertutup. Ia membayangkan, selama 2 tahun ke depan, ia tidak hanya akan mengalami culture shock, studying shock, friendship shock, tapi ada shock yang lain. Food shock, dan ia harus mulai membiasakannya. Ternyata, burger kangguru ini enak! Ia makan dengan lahap. Ini adalah makanan layak pertama hari ini. Ia benar-benar lupa untuk makan siang tadi, karena terlalu sibuk berbelanja dan membereskan kamarnya.

Ruangan common room itu riuh oleh musik dari DJ. Lagu-lagu top 40 yang konon sedang hits di Australia, berkumandang meriah dengan speaker ala kadarnya. Beberapa penghuni asrama turun dan berdansa, beberapa sedang sibuk makan dan minum beer, dan sebagian seperti saling berkenalan, bergerombol mencari teman-teman serumpun. Adelia benar-benar takjub dengan suasananya. Ia tidak bisa menghitung ada berapa kewarganegaraan yang berkumpul dalam satu ruangan, tapi sepertinya semua akur dan mencoba untuk saling bertoleransi dan saling mengenal. Luar biasa!

Diva menceritakan tips dan trick bila ingin memulai kehidupan percintaan kampus yang memorable. Adelia fokus menyimak. Ini penting. Ia menceritakan dimana para cowok-cowok ganteng biasa berkumpul, tergantung ras mana yang sedang diincar. Diva bilang ia menyukai cowok-cowok dari negara India, atau dari Mauritiaus yang keturunan India.

"You can also try the Tavern, it's the only place in campus who sells alcohol. Mostly hot guys will be there after their classes", katanya tergelak. Adelia langsung bertepuk tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. I like this girl, batinnya hahahahha.

"Every Wednesday, all of KV (asrama mereka) mates will go to Waterford, it's a bar next to coles. We will have a Karaoke night and cheap drinks!", jelasnya. Adelia tidak memahami bila bisa memasukkan ratusan orang dalam 1 ruangan karaoke keluarga, tapi ya sudahlah. Nanti itu bisa kita pelajari. Sepertinya menyenangkan. Mereka terus saja bercerita sambil sesekali Diva menyapa atau mengedikkan matanya kepada cowok-cowok yang meliriknya.

"Hey Adelia, I think you got a fan", kata Diva. Gadis itu menunjukkan seorang cowok dengan dagu lancipnya. Seorang cowok yang sepertinya dari Indonesia. Ganteng. Yes... lumayan. Tingginya 175cm, dengan badan langsing. Tidak kekar, tidak kurus. Ia memiliki janggut pendek yang biasa disebut goaty. Ia mengenakan hoodie putih polos, celana jeans agak gombrong, dan rambutnya tersisir rapi ke belakang. Dengan sepatu skate, ia seperti tipical skaterboy atau anak hip hop.

Ia berjalan mendekati Adelia. Diva langsung pamit sambil tersenyum nakal. Sebenarnya Adelia ingin mencoba mendekati cowok dari Negara lain sih, tapi ya okelah ini aja dulu. Itung-itung latihan, pikirnya nakal.

"Hi, dari Indonesia ya",tanya Adelia ramah. Cowok itu tersenyum ramah dan memperlihatkan bahwa ia lebih ganteng bila dilihat dari dekat.

"Nope. I'm from KL, Malaysia. You from Jakarta?" I'm Hisyam, katanya ramah. Adelia berbinar. Woowww. Dia belum pernah punya temen orang Melayu.

"Oh wow, I'm Adelia from Jakarta, you can call me Adellll", katanya sedikit manja dan mengundang. Cowok itu tersenyum. Beberapa saat kemudian, ia dan Hisyam larut dalam pembicaraan basa - basi dan saling menggoda atau flirt fllirt tipis. Beruntung sekali tadi ia dan Diva dengan sigap berganti pakaian yang cukup stylish. Adelia mengenakan gaun selutut berwarna merah dan longcoat yang panjangnya sama dengan gaunnya. Ia mengenakan flatshoes hitam. Hanya saja ia menyesal tidak mengenakan legging tipisnya ata stocking. Karena ternyata udara cukup dingin.

"If you want, I can show you around Perth sometimes. I have a car. I'm from flat 25 over there", kata Hisyam sambil menunjuk sebuah gedung di sebelah gedung flat Adelia. Gadis itu mengangguk sambil memelintir rambutnya dengan manja dan senyum malu-malu. My first flirt in Perth, pikirnya. Mereka melanjutkan cerita dan sang cowok memberikan tips-tips tempat makan dengan sentuhan lidah melayu di sekitar Bentley, dan juga City. Itu julukan mereka untuk pusat kota.

Ketika mereka masih saling flirt, Adelia terpana melihat sebuah sosok yang baru saja lewat di depannya. Cowok itu mengenakan kaos putih, celana jeans hitam dan jaket kulit andalannya. Seperti biasa poni panjangnya dibiarkan menutup sebagian dahi dan matanya. Tangannya ia masukkan ke dalam kantong celananya, ketika ia jalannya terhenti menatap Adelia.

"Bastian! Kamu ngapain disini?", tanya Adelia panik. Cowok itu tersenyum...mimpi apa dia bisa ketemu kloningan Ariana Grande. Ia memandang cewek dengan tinggi 160 yang rambutnya diikat 1 tinggi di atas, sok ngartis banget.

"Memangnya kamu aja yang bisa tinggal di Asrama ini?", tanyanya dengan senyum jahil...