BAB 2: Welcome to Perth, Western Australia

Adelia melihat pemandangan dari jendela pesawat. Pramugari telah memberi informasi bahwa pesawat akan mendarat sekitar 15 menit lagi, penumpang diharapkan bersiap-siap. Perth merupakan sebuah kota yang berasa di sisi barat benua Australia. Letaknya tentu saja jauh dari Sydney dan Melbourne, kota yang selama ini ingin Adelia datangi. Tadinya ia ingin sekali kuliah disana, tapi sang mama tidak setuju. "Terlalu rame", katanya. Tapi tidak mengapa, yang penting ia bebasss

Sebuah gerakan di sisi kanannya seakan mengingatkan bahwa ia mungkin tidak akan sebebas merpati. Sepertinya Bastian baru saja bangun dari tidurnya. Adelia sudah berusaha sebisa mungkin untuk melarikan diri dari kursi itu, tapi ia gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk cepat-cepat memakan kudapan yang disediakan oleh sang pramugari, dan meminta sang wanita bule untuk memberinya 2 gelas wine. Ia cepat-cepat menegaknya dan tidur....hampir sepanjang penerbangan.

"Tadi kamu tuh ngorok kenceng amat tau gakkk! Iler kamu kemana-mana", bisik Bastian dengan muka jahil. Adelia kontan mendongak tajam ke arah cowok itu, dan mengerjap matanya berkali-kali. "Bodooo amat, mau iler kek, mau ular kek, urusan guwe. Situ juga tadi tidurnya ngorok ya", jawab Adelia. Hadeeehh cepetlah turun kau pesawatttt...

---

Ketika akhirnya Adelia mendapatkan semua koper-kopernya, ia berusaha mencari sesosok konsultan yang katanya akan menjemputnya hari ini dan mengantarkannya ke asrama. Ia berjalan keluar gedung tanpa memperdulikan Bastian. Bodo amat, anak itu mending naik bus ato jalan aja sekalian, batinnya. Ia kemudian melihat sebuah papan nama bertuliskan: ADELIA & BASTIAN.

Semacam mimpi buruk melihatnya! Biasanya papan pengumuman seperti itu di tempelkan dibagian bawah janur kuning, yang biasa di pakai pada perayaan pernikahan. Papan yang digunakan untuk memastikan para tamu undangan tidak memasuki pesta pernikahan yang salah. Adelia ingin sekali merampas papan itu dan menghancurkannya. Tapi terlambat, Bastian sudah menemukannya juga.

Seaneh apa ternyata Bastian dan ia ternyata memiliki konsultan pendidikan yang sama? Bukan kebetulan donk kalo mereka akhirnya di jemput oleh orang yang sama juga. Oohhh semoga hanya ini persamaan Adelia dan Bastian, ia tidak perlu kebetulan-kebetulan yang lain. Wanita asia itu sepertinya sadar bahwa para tamunya sudah berkumpul.

"You Bastina? You Adelia? Wow good good, welcome to Perth. My name is Lien. Come Adelia, I will take you to your flat, and then after that I will take Bastina to his flat. Come... come", ajaknya ramah. Ia menuntun Adelia dan Bastin ke dalam sebuah Pick up double cabin merek Holden berwarna jingga. Ia memastikan 2 koper besar Adelia dan sebuah koper besar Bastian aman di bak pick-up tersebut.

Sepanjang perjalanan, ia terus bercerita dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah tentang bagaimana cara memulai kehidupan kampus di kota Perth. Ia menjelaskan tentang proses belajar anak-anak yang mandiri, harus rajin bertanya, melihat papan pengumuman, dan terus memantau pengumuman online yang resmi dari sekolah maupun yang dibuat mendiri oleh para mahasiswa. Intinya adalah, ia memberi tahu bahwa mahasiswa Indonesia yang biasanya manja, kadang suka kaget bila kuliah di Australia. Jadi Adelia dan Bastian harus mematahkan stigma itu. Baiklah...

Akhirnya mereka memasuki area Bentley, dimana kampus Curtin University yang terbesar berada. Adelia sangat terkesima dengan pemandangan yang terhampar di hadapannya ketika mereka memasuki kompleks universitas itu. Sangat asri, rapi dan indah. Ada beberapa mahasiswa yang sedang berjalan, duduk di hamparan rumput yang rapi, atau sedang bersepeda. Mata Adelia langsung berbinar membayangkan masa-masa yang akan ia jalani nanti disitu.

Mobil berbelok ke arah sebuah komplek cluster bernama Kurrajong Village. Ternyata itu adalah kompleks asrama yang terdiri dari beberapa gedung flat atau apartemen dengan berbagai ukuran kamar. "Here got many flat. That is George James house, 1 flat got 6 rooms and 3 bathrooms. Don Watts Got 6 rooms and 1 bathroom, while Japan house got 20 rooms and 20 small bath inside. Over there, is Erica Underwood, got 6 rooms and 2 bathrooms", jelasnya sambil menunjuk beberapa gedung dalam 1 kompleks yang terpisah sebuah jalan raya dari Kurrajong Village.

"Adelia will stay at George James house flat 27 here", katanya sambil menunjuk sebuah gedung 2 lantai dan memarkir mobilnya di depan sebuah kantor penyelia asrama Kurrajong Village (KV) itu.

"Bastian, you stay here first. After this, I will take you to your home", perintahnya. Bastian mengangguk dan tetap duduk di dalam mobil. Adelia lega. Fiuhhh makhuk itu tidak tinggal di asrama yang sama. Yeaay akhirnya bebas dari cecunguk!

Lien membantu Adelia untuk mengangkat semua barang-barangnya ke lantai 2 gedung George James House flat 27. Kalau Bastian seorang cowok sejati, bukankah seharusnya ia berinisiatif membantu? Hah sudahlah, Adelia justru lega. Ia tidak mau berhutang pada cowok itu.

Mereka menaiki tangga ke lantai 2 menuju flat 27. Pintu flat terdiri dari sebuah kaca tempered glass seperti yang biasa terdapat pada kantor. Pintu itu hanya bisa terbuka oleh sebuah kartu akses yang terbuat dari logam tebal. Ketika pintu itu terbuka, terdapat sebuah lorong panjang seperti di sebuah hotel, dimana kamar-kamar saling berhadap-hadapan.

Ketika Adelia membuat 1 langkah, ia dapat melihat sebuah ruangan yang biasa disebut common room yang dipisah fungsinya oleh sebuah karpet. Ruangan yang terpasang karpet merupakan ruang tamu yang terdiri dari beberapa buah sofa, tivi jadul, meja kopi dan ada sebuah papan pengumuman besar.

Bagian yang tidak ditutupi karpet merupakan dapur dan ruang makan. Terdapat sebuah meja berbentuk U yang sangat luas, dimana bagian atas dan bawah terdapat banyak sekali ruang penyimpanan. Disampingnya, terdapat 2 buah kulkas raksasa yang sepertinya dipakai secara bersama.

Ketika mereka memasuki flat itu, suasana sangat sepi. Mereka langsung masuk ke dalam kamar bernomor 2 dan meletakkan barang-barang Adelia. Lien menjelaskan bahwa di dalam kamar tidak ada bantal, jadi ia harus membelinya. Ia menjelaskan Adelia dapat berjalan menuju Erica Underwood, sehingga ia bisa menemukan supermarket dengan merek Coles yang menjual segala keperluan Adelia.

Adelia paham. Ia sudah mempelajari tips dan trick tinggal di kota Perth. Ia juga paham bahwa guling merupakan benda yang sangat langka di negara ini, sehingga mama sengaja memasukkan sebuah guling ke dalam kopernya. Mana bisa ia hidup tanpa benda itu.

Ia memandang sekeliling kamar barunya itu. Kamar yang lebih kecil dari kamarnya, namun penataannya sangat fantastis. Sebuah lemari 3 pintu yang sangat luas dan setinggi langit-langit, sebuah tempat tidur besi minimalis berwarna putih, dan sebuah meja belajar berbentuk L yang sangat luas. Di bahagian atas meja belajar itu terdapat rak-rak besar yang terbagi menjadi 6 bagian, sementara di bawah meja belajar itu sendiri terdapat laci-laci dengan kunci. Benar-benar kamar yang diperuntukkan untuk mahasiswa. Ia mulai stress membayangkan proses kuliahnya.

Setelah Lien pamit, Adelia membutuhkan waktu 5 menit untuk duduk dan memandang kamar dengan perabotan serba putih itu. Ia melepaskan sepatu dan kaos kakinya, dan menyentuh karpet kamar itu dengan kakinya yang halus. Dinding bercat putih dengan tekstur popcorn itu seperti mengintimidasi. Seperti aneka peraturan yang sempat dibagikan bagi para penghuni asrama itu: No nailing on the wall, do not paint, no plants and pet allowed, no smoking, no this no that no this no that... siap tidak siap, ia sudah memutuskan.

Setelah puas menangis selama 5 menit lamanya, ia mulai menepuk-nepuk pipi tirusnya. Time to wake up. No time to be sad, it's party time! Pikirnya. Ia kemudian membongkar barang-barang dari semua koper-kopernya. ia melipat baju-baju yang dapat ia masukkan ke dalam lemari dan menghitung baju-baju yang harus ia pasangi hanger. Ia harus membelinya.

Ia memasang seprei yang telah di persiapkan mama, dan menata piring gelas di meja belajarnya. Lien menjelaskan ada loker untuk masing-masing penghuni yang ada di lorong untuk menyimpan sepatu dan koper-kopernya. Adelia mencatat keperluannya: Hanger, toiletries, wajan, pisau, talenan, bahan makanan, dan vitamin.

Ia berjalan cepat meninggalkan flat. Ia belum siap untuk bertemu dengan penghuni flat lainnya. Ia mengarah ke gedung Erica Underwood seperti kata Lien, dan benar saja, ia menemukan sebuah kompleks kawasan retail disitu. Tidak hanya supermarket Coles, bahkan beberapa cafe, restoran, bar, sampai bandar judi olahraga juga ada disitu! Wow! Adelia kemudian memasuki Gedung supermarket itu, yang ternyata di dalamnya terdiri dari lebih banyak toko-toko yang menarik dan sangat berguna untuk para mahasiswa. Great!

Ia menghitung dollar Australia yang ada di dompetnya. Hemmm 1000 dollar. Kata mama cukup untuk memulai kehidupan disana. Ia mengeluarkan daftar belanjaanya. Tidak hanya itu, ia juga sudah menyusun daftar belanjaan makanan yang harus ia beli sebagai koki pemula. Setidaknya daftar itu akan membuat ia kenyang selama seminggu tanpa ribet. Pasta, telur, susu, butter, jamur, smoke beef, fillet dada ayam, bombay, saus BBQ, daging giling, beras 2kg, roti gandum, brokoli, wortel, buah, saus sambel buatan Indonesia. Siappp.

Setelah memenuhi semua kebutuhannya dalam sebuah trolley belanjaan, termasuk bantal dan hanger, ia mengantri untuk membayar. Ia tidak memutuskan untuk berbelanja hal-hal lain nanti saja, berhubung ia harus membawa seluruh barang belanjaan ini sendiri sepanjang satu kilometer huaaaa

Ketika ia akan membayar…

"Owww rich girl", kata sang kasir. Adelia kontan menoleh kea rah sang kasir. Mungkin usianya sekitar 19 sampai 21 tahun. Luarrrr biasa tampannn. Luarrr biasa. Seperti di film-film luar negeri. Oh waittt. Ia memang sedang berada di luar negeri!

"You're paying with 100 dollar bill. Rich girl", katanya sambil menahan tawa, seakan sedang menggoda Adelia. Adelia menggeleng dan tertawa, sambil mengibas-ngibaskan tangannya dengan malu. "Noo…no..noo… I just got this from ATM, jelasnya.

Seketika Adelia melihat sekelilingnya. Gedung itu dipenuhi oleh terlalu banyaaakkk cowok-cowok yang ganteng! Ada bule, ada latin, ada kulit hitam, ada oriental, ada asia lainnya. Kok semua ganteng-ganteng? Kemana saja dia selama ini? Huaaa…ia merasa sedang ada di sebuah syuting film.

Adelia tidak sabar untuk petualangan lain di Negara ini. Seperti tekadnya selain lulus tepat waktu di kampus ini: Berkencan dengan sebanyak mungkin cowok. Yipiiiiiii…

1st mission: Get a date!