BAB 11: Karaoke Night at Waterford Bar

Adelia membawa seluruh barang belanjaan dari Coles ke meja makannya. Tiga plastik belanjaan yang penuh dengan bahan-bahan makanan itu akan ia olah untuk makanan setengah frozen untuk satu minggu ke depan. Aneka macam bawang, bubuk-bubuk bumbu, bumbu sachet, daging giling, ayam giling, potongan ayam, sosis, jamur, sampai ikan kaleng. Ia bahkan membeli beberapa kotak kue dan pancake premix. Saat ini premix dulu, nanti ia akan adon dari nol!

Mendownload resep dan menonton tayangan resep di youtube memang kelihatan gampang, tapi mendapat pencerahan dari orang yang benar-benar pernah memasaknya malah lebih gampang lagi. Tum dan Tam tadi memberikan tips dan trick cara berbelanja yang hemat dan ringkas untuk satu minggu.

Beli sekilo daging giling, masukkan ke 8 wadah kontainer untuk 8 kali makan. Begitu juga dengan ayam giling. Bila suka saus spageti, olah sekilo daging spageti menjadi 1,5 kilo saus spageti dengan bantuan jamur, bawang bombay, tomat pasta, dan bubuk-bubuk parsley dan oregano. Makan 1 porsi, dan simpan 10 porsi dalam kontainer kecil untuk sekali makan. Saus itu bisa dimakan dengan pasta spageti, fetucini, kentang panggang, bahkan jadi topping pizza!

Mereka juga menyarankan Adelia untuk menyimpan aneka macam keju dan butter di kulkas. Produk olahan susu buatan Australia enak dan murah! Bahkan daging sapinya sendiri enak dan lebih murah dibandingkan di Indonesia. Tadi Adelia juga membeli beberapa potong steak, dan menyimpannya dalam kontainer-kontainer untuk sekali makan.

Ia juga beruntung menemukan berbagai mi instan buatan Indonesia, begitu juga dengan kecap, saus tomat, bahkan bumbu ayam goreng sachetan. Segera Adelia merebus 1 kg potongan ayam dengan bumbu sachet itu, ia biarkan dingin dan ia bungkus per 2 potong untuk sekali makan. Masuk freezer deh semua. Bila ia ingin makan, cukup panaskan dengan microwave! Beruntung ia berbagi kulkas dengan para cowok, yang jarang sekali menggunakan bagian freezer selain menyimpan vodca dan es batu!

"Hey Adelia! Be prepare for your first Waterford!", ujar Diva yang baru saja pulang kuliah sore. Ia mengambil gelas dan mengeluarkan air ledeng dan mengisi gelas itu sampai penuh. Dan meminumnya. Adelia sampai sekarang belum terbiasa meminum air ledeng, dan masih mengeluarkan uang yang terlalu banyak untuk membeli air mineral.

"We should take a nap now, and then we all going to gave a flat dinner, and drink a little bit until we're a bit tipsy", jelasnya sambil tersenyum nakal. Adelia berfikir, ia tidak punya minuman alcohol. Ya mungkin nanti beli aja disana deh.

---

Pukul 7 malam, benar saja hampir seluruh penghuni flat kecuali Kotoko, sudah berkumpul di common room flat mereka. Bahkan Dave dan Josh pun sudah datang, berpakaian lebih rapi dari biasanya. Kemeja casual, celana jeans dan sepatu kets. Suasana jelas riuh karena mereka siap untuk berpesta.Adelia masih juga belum terbiasa melihat orang berjalan dengan sepatu di dalam rumah, bahkan menaikkan sepatunya ke atas sofa!

Masing-masing mengeluarkan makan malamnya dan meletakkannya di meja makan, seakan-akan mereka akan mengadakan jamuan makan bersama. Aneka minuman berakohol mulai dari beer, vodca spirit, vodca beneran sudah hadir di meja makan. Mereka meminum alkohol mereka masing-masing. Adelia tidak terkecuali, meletakan nasi dan ayam goreng microwavenya dan segelas jus jeruk.

"Adelia, you haven't got any alcohol yet? tanya Dave antusias. Muka cowok itu sudah memerah karena pengaruh alcohol. Ia yang sudah ramah, menjadi terrrrlalu ramah sekarang. Adelia menggeleng. Dave akhirnya memberikan ia sebuah botol berwarna putih buram berisi cairan berwarna coklat muda seperti teh manis.

"Drink this! This is our homemade beers!", katanya antusia. Ketika Adelia melihat Pat dan Josh, mereka ternyata memegang botol yang sama. Maksudnya apa homemade beers?

Marvin tertawa. "They bought this homemade-beer-kits from the supermarket. They just need to put grain, sugar, and some sort of bacteria to make beers like the old time. They keep it in a dark room for like 20 days, until they can put into bottles like that", jelas Marvin sambil menunjuk botol-botol beer dari plastik BPA free itu dan menunjuk sebuah galon berisi cairan yang sama sebanyak mungkin 20 liter.

"It's cheap, the alcohol level is quite high, but it tasted like SH*T!!!", jelas Marvin sambil tertawa terbahak-bahak diikuti oleh Polly dan Diva. Mereka mengangguk-angguk. Sepertinya mereka sudah mencicipinya dannnn kapok. Pat, Dave dan Josh menatap mereka dengan sinis dan bibir berkerut. Adelia tidak ingin membuat mereka tersinggung.

"Don't worry I will try, I will mix it will orange juice, because I don't want to be too drunk", kata Adelia ramah. Ia mencampur bir buatan itu dengan jus jeruk miliknya. Ia mencicipinya sedikit sambil tersenyum manis. Rasanya sungguh pahit, bahkan di ujung lidah. Jus jeruk tidak mampu bergabung untuk membuat harmoni rasa paripurna. Sepertinya ketiga cowok itu hanya ingin mabuk, tanpa peduli rasanya. Mereka menegak air itu cepat-cepat, berharap langsung bisa cespleng ke otak, mabuk seketika. Adelia mengikutinya.

---

Pukul delapan malam lebih, mereka mulai bersiap-siap. Adelia mengenakan kaos tanpa lengan berwarna ungu tua, dan celana jeans biru dan sepatu ugg boot berbulunya. Ia mengenakan jaket yang tidak terlalu tebal, karena ia merasa badannya cukup hangat akibat 2 botol bir buatan teman-temannya itu. Pipinya bahkan sudah memerah seperti memakai blush on tebal. Ia mengenakan lipstick pink ungu yang serasi dengan bajunya. Rambutnya ia ikat ke atas ala ala ariana Grande. Diva memberi tips, kalau mereka akan penuh keringat, dan lebih seksi menampakkan leher jenjang mereka. Baiklah...

Ketika mereka turun, sudah hampir pukul 9. Beberapa mahasiswa dari flat sebelah dan depan mereka, juga turun dan ikut jalan bergabung bersama mereka. Beberapa mahasiswa dari astama Don Watts sudah menunggu mereka dip agar akses menuju coles. Salah satu mahasiswa membuka pagar akses itu dengan kunci magnetnya. Adelia dan puluhan mahasiswa dari Kurrajong Village menyebrangi jalanan menuju kompleks komersial coles dalam keadaan setengah mabuk.

Bar Waterford terletak di samping gedung coles. Dari tampilan luar, bar itu biasa saja. Seperti sebuah tempat minum-minum para pekerja pulang kantor seperti di film-film. Tidak ada penjaga di luar yang berpakaian ala man in black, juga tidak ada antrian seperti di night club. Pada siang hari, konon ia merupakan tempat makan steak yang cukup enak, walau sedikit mahal.

Ketika mereka memasuki ruangan itu beramai-ramai, sudah banyak mahasiswa berkumpul disitu Beberapamahasiswa bermain bilyar, menari dan bernanyi di atas panggung! Oohhh jadi ini maksudnya dengan malam karaoke! Ada seorang operator dengan sebuah laptop kuno, mengoperasikan mesin karaoke. Sebuah tivi LCV terpasang di depan panggung, agar sang penyanyi dapat mencontek lagu yang mereka inginkan, dan sebuah tivi LCD dipajang diatas panggung menghadap ke penonton. Bila kita ingin bernyanyi, cukup berikan sebuah kertas bertuliskan nama kamu dan judul lagi. Sang operator akan memanggil namanu dan memutar lagu yang akan kamu nyanyikan. Ada 4 buah mic yang disediakan, jadi kita bisa malu berjamaah. Jarang sekali ada 1 orang bersolo nyanyi diatas. Biasanya minimal ada 4 penyanyi dan beberapa penari latar asal-asalan yang naik ke panggung.

Adelia segera mengambil tempat di salah satu kursi bar, dan mencoba melihat-lihat situasi. Karena ia masuk ke kelas bridging, tidak begitu banyak cowok bule yang bisa ia lihat. Saat ini, sepertinya surga bagi yang ingin flirt-flirt tipis dengan para mahasiswa bule disini. Mayoritas mereka adalah mahasiswa pertukaran pelajar dari Amerika dan Eropa. Mahasiswa lokal jarang mau tinggal di asrama. Mereka setengah mabuk dan ingin mencari seseorang untuk di peluk. Siapa saja sepertinya laku pada malam ini hahahahaha

Lagu demi lagu di nyanyikan, suasana makin panas. Teman-temannya yang sudah setengah mabuk di flat, kembali membeli minuman alkohol untuk mengisi energi mereka. Pat dan Dave bahkan sudah menarik entah mahasiswa darimana dan mulai berdansa dengan liar. Josh lebih memilih bermain bilyar bersama teman-teman dari Eropanya. Sedangkan Marvin, ia sudah bergabung dengan genk dari Afrika, berdandan ala Kanye West rapper-rapper gitu.

"Let's dance!", ajak Diva sambil menyeret Adelia ke tengah-tengah kerumunan. Lagu klasik September berkumandang, hasil kolaborasi beberapa cowok dan cewek bule bersuara sumbang dan setengah mabuk. Tapi tidak ada yang memperhatian. Semua ikut bernyanyi, melompat-lombat dan berdansa! Sebuah aktifitas suportif yang sangat aneh, unik tapi menyenangkan.

Adelia menunjukkan keahlian berdance ala kpop dan R&B yang selama ini hanya ia pertontonkan kepada kaca di kamarnya. Tubuh kecilnya meliuk-liuk, tanpa kelihatan terlalu seksi. Sejenak ia insecure tanpa dada penuh dan bokong bulat seperti Diva, tapi tidak menyusutkan semangat menarinya. Mumpung ia bisa gila-gilaan disini, lanjut aja! Beberapa mahasiswa menyorakinya dan bertepuk tangan.

Tidak lama, segerombolan cowok-cowok berwajah melayu berpakaian ala-ala skaterboy ikut mengerakkan badan di dekat Adelia dan Diva. Dansa mereka simpel, memimik para rapper-rapper bergoyang tapi cukup seksi. Adelia menatap seorang cowok yang mulai mendekatinya begitu intens. Cowok itu berdansa dan mulai berani memegang pinggul Adelia, seakan menuntunnya untuk berdansa berdua saja.

"Hisyaamm!", teriak Adelia penuh kesenangan. Adelia tidak menyangkan kalau cowok itu juga sering ke waterford! Ia kembali meliuk-liukkan badannya sesuai musik sambil menghadap Hisyam, seakan-akan mereka adalah pasangan berdansa. Diva telah larut dengan 2 teman Hisyam dan berdansa dengan hebohnya. Lagu dari Chris Brown berkumandang, dan mereka semua berteriak heboh dan kembali serentak bergerak mengikuti irama. Adelia larut dalam tariannya bersama Hisyam sambil saling menatap dan tersenyum menggoda. Ya, mereka saling menggoda.

"Cmon, I'll take you for a drink", katanya menarik tangan Adelia. Mereka duduk di kursi bar, dan Hisyam memesan 2 botol minuman. Ketika Adelia menyesapnya, rasanya mirip sebuah minuman soda yang kuat, manis dan ada rasa buahnya. Rasanya benar-benar enak! Ketika ia meneguknya cepat, efek alkohol itu baru terasa di kepalanya. Seperti ada yang mengebor kepalanya. Hisyam tertawa dan menepuk-nepuk kepala Adelia dengan lembut.

"Adelia very beuatiful today", gombalnya sambil menopang wajahnya dengan satu tangannya. Hisyam sudah setengah mabuk seperti dirinya. Sepertinya cowok itu juga sudah mengkonsumsi alkohol bersama teman-temannya sebelum ke Waterford, seperti ia dan teman-teman flatnya.

"You are so cute, I almost want to take you home", katanya lagi sambil membelai kunciran rambut Adelia. Adelia tersenyum, efek mabuk membuatnya sedikit lebih murah. Ia membiarkan dirinya disentuh.

"We live very near anyway", kata Adelia sambil tertawa dan menutup mulutnya. Mereka berbincang-bincang dengan cara mendekatkan bibir mereka ke telinga masing-masing. Suara karaoke terlalu berisik, sehingga mereka menjadi terlihat terlalu intim. Tubuh mereka sudah menempel, dan percakapan bibir-telinga itu berlangsung berbelas-belas menit. Sesekali Adelia tertawa malu, dan sesekali Hisyam menatap mata Adelia dengan penuh goda. Beberapa kali cowok itu memegang lutut Adelia.

Tepat ketika Hisyam mulai meraih tangan Adelia dan menautkan jari-jarinya di jari-jari Adelia, sesosok cowok masuk dengan celana jeans biru dan jaket kulit andalannya. Pintu masuk itu betul-betul sejajar dengan kursi bar tempat Adelia dan Hisyam duduk. Cowok itu dapat langsung melihat tiruan Ariana Grande itu sedang digoda dan menggoda seorang cowok. Ia mendekati mereka.

Ketika akhirnya Adelia menyadari bahwa Bastian mendekatinya, ia merasakan aura segan, bercampur, kesel, bercampur takut dan bercampur malu. Mau apa cowok itu disini? Melaporkannya kepada orang tuanya?

"Give me a bottle of that please!", pinta Bastian kepada bartender menunjuk minuman yang sama dengan Adelia dan Hisyam, kemudian duduk di kursi bar persis disamping Adelia. Ia membayar minuman itu dan menyesapnya pelan-pelan sambil menatap kerumunan mahasiswa yang sedang berjoget-joget tak keruan. Tangannya ia lebarkan di meja bar, seakan-akan sedang menopang tubuh tingginya sambil rebahan. Adelia merasa jengah.

"Hisyam, let's play Bilyar", ajak Adelia sambil menyeret Hisyam ke tempat 4 meja bilyar yang berjejer. Cowok itu menurut. Mereka bergabung dengan mahasiswa yang sudah setengah mabuk juga. Permainan itu menjadi setengah lawak-lawak dan diisi lebih banyak tertawa daripada memasukkan bola yang benar. Sesekali Hisyam memeluk dari belakang dan mengarahkan Adelia cara bermain bilyar yang benar. Mereka terlalu dekat, terlalu intim.

Saat ini, Bastian entah kenapa mati-matian tidak ingin menyaksikan pemandangan itu. Ia disini dalam kapasitas sebagai seorang tamu. Flatnya kosong, semua temannya kecuali Ravi sedang ada disini. Ia juga ingin mencari suasana baru dan melampiaskan kepenatannya dari kuliah yang baru selesai pukul delapan malam tadi. Beberapa cewek Asia mendekatinya namun ia melemparkan pandangannya ke arah lain. Ia sedang tidak ingin di ganggu.

Ia menatap sekilas ke arah pasangan yang sedang dimabuk alkohol dan (mungkin) cinta itu yang sedang mencoba bermain bilyar. Ada sedikit rasa iri disitu. Bukan, bukan karena ia iri cowok itu mendekati calon istrinya. Ia iri bahwa Adelia dengan santainya dapat menikmati hubungan dengan orang lain di sisa-sisa waktu menuju pernikahan mereka. Haruskah ia melakukan hal yang sama? Sepertinya menyenangkan.

Ada sebuah pepatah mengatakan, hubungan-hubungan gagal yang pernah kita jalani, adalah pelajaran berharga dan bekal ketika kita akan menjalani hubungan yang abadi. Pengalaman-pengalaman itu akan membuat kita menjadi lebih tau tentang apa yang seharusnya kita lakukan dan apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Kita bisa memperlakukan orang yang kita sayangi lebih baik lagi, berdasarkan pengalaman hubungan sebelumnya. Kita akan menjadi lebih sabar, lebih pintar dan hubungan itu akan lebih kekal.

Bastian belum pernah memiliki pacar sebelumnya. Tidak ada yang serius. Mungkin ada beberapa cewek yang ia ajak berkencan, nonton, makan, kerja kelompok, tapi tidak ada yang benar-benar terikat dalam sebuah komitmen pacar. Entah ia terlalu sibuk, atau ia melihat para perempuan-perempuan ini begitu ribet. Melihat teman-temannya yang memiliki pacar posesif, galak, centil sampai matre, membuat Bastian yang pusing kepalanya. Apa untungnya berada dalam sebuah hubungan bila kita lebih banyak berkorban dan isinya berantem aja?

Dari semua perempuan ribet yang pernah ia temui, mungkin Adelia adalah ratunya. Malangnya, ratu itu akan menjadi istrinya dalam 2 tahun lagi. Bastian tidak bisa mengelak. Mungkin sejak bayi mereka sudah dijodohkan. Kehidupan mereka setelahnya di atur sedemikian rupa agar bisa saling mengisi. Jutaan kali Bastian mendengar, "Bila nanti kamu jadi suami Adel, kalau kamu nanti sama Adel, nanti Adel begini, nanti Adel begitu", dari ia masih SD sampai ketika ia akan naik pesawat menuju Perth.

Bastian yakin Adelia tidak mampu menolak juga, dan sudah berputus asa untuk mencoba menghindari. Sekarang mungkin gadis itu hanya ingin memuaskan masamudanya sebaik-baiknya sebelum ia akan terjerat oleh tumpukan pekerjaan dan perkawinan yang tidak ia inginkan. Bastian sudah berencana untuk membuat perjanjian khusus dengan Adelia, agar hidup mereka bisa bahagia dengan cara mereka masing-masing setelah mereka menikah nanti. Apa rencana itu?