BAB 13: Belum Waktunya: Adelia Edition.

Tiga minggu berlalu sejak perkuliahan dimulai. Keadaan Adelia dan Bastian dari hari ke hari teratur dan monoton tanpa ada perubahan yang berarti, seakan-akan mereka ingin menyesuaikan jam biologis mereka dengan negara ini.

Adelia akan mulai memasak sarapan sekaligus makan siangnya mulai pukul 6 pagi, sementara Bastian akan memakan sarapannya sambil menatap balkon dari hari Senin sampai Kamis. Menunggu gadis itu lewat. Adelia akan bekerja 4 jam pada Kamis malam, sementara pada Hari Jumat ia akan bekerja dari pukul 2 siang sampai pukul 9 malam di Maya Masala. Rabu adalah waktunya waterford bersama teman-teman asrama, sedangkan Minggu pagi adalah waktu untuk berbelanja buah dan sayur di Subiaco bersama Lisa, Malik dan Justin.

Di hari-hari antara itu, Adelia memiliki agenda sendiri, dan ini melibatkan cowok Malaysia yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Cowok itu ternyata mahasiswa S1 jurusan Computer science tahun terakhir. Umurnya tentu saja lebih muda dari Adelia. Jadwal kuliah cowok itu lebih banyak pagi, seperti halnya Adelia. Mereka biasanya akan janjian pada sore hari untuk berkeliling dengan mobil Hisyam atau ngumpul bareng dengan teman-teman Malaysianya. Sesekali Hisyam akan mampir ke flat 27 tempat Adelia tinggal dan ngobrol bareng dengan seisi asramanya. Kebetulan sekali bukan ia tinggal bareng Dave dan Josh.

Hubungan mereka cukup akrab dan mulai intim. Belum ada kata-kata yang menyatakan mereka boyriend dan girlriend, atau kalimat-kalimat yang mengindikasikan mereka tidak boleh bertemu dengan orang lain. Sesekali cowok itu menggandeng tangannya ketika mereka berbelanja di coles, atau membelai kepala dan rambut Adelia. Beberapa kali Adelia memasakkan makanan untuk cowok itu, dan mengirimnya pesan-pesan sebelum tidur yang cukup mengandung flirt. Tapi sekali lagi, belum ada kata-kata yang membuat mereka saling mengikat.

Sabtu ini, Hisyam mengajak Adelia menghadiri pesta yang diadakan oleh teman-temannya dari Malaysia. Mereka berhenti di sebuah rumah mewah yang menjadi tempat tinggal Emir, salah satu sahabat Hisyam. Rumah megah yang terletak di Mill point itu tampak hidup dengan lagu-lagu ala DJ yang sayup-sayup. Beberapa mobil mewah telah terparkir di depan garasi dan halamannya.

Adelia berusaha tampil secantik mungkin, ia tidak mau membuat Hisyam malu akan penampilannya. Ia mendengar selentingan, bahwa cewek-cewek dari negara tetangga itu memandang cewek-cewek dari Indonesia agak sedikit gimanaa gitu. Adelia berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi entah kenapa ia hanya perlu berhati-hati dan siap. Ia mengenakan gaun pesta terbaiknya, coat putih dengan akses bulu di lehernya serta sepatu stiletto yang nyaman untuk berdansa. Coat ini adalah hadiah dari Hisyam.

"Hisyaammm, you came!", beberapa temannya menyambut mereka di pintu masuk. Ketika mereka memasuki rumah mewah itu, sudah ada puluhan teman-teman Hisyam dan Emir berkumpul disitu. Suasananya mirip flat Adelia, ada alkohol, ada musik, ada makanan, ada cowok dan cewek sedang berdansa. Hanya saja ini versi lebih mewah. Makanan lebih mewah, jejeran botol-botol alkohol yang mahal, musik yang dipandu oleh seorang DJ, dan tentu saja cowok dan cewek yang menggunakan pakaian lebih mahal. Hampir semua cowok disitu menggunakan pakaian branded atau ada unsure ala ala skater (yang mahal).

Hisyam menyapa beberapa teman sambil bersalaman ala-ala rapper. Bahkan gaya bicara Hisyam dan teman-temannya pun mirip para rapper-rapper dengan dengan sedikit sentuhan bahasa melayu. Ia memperkenalkan Adelia sebagai...teman seasrama. Flatmate. Sejenak Adelia merasa ada lubang di hatinya, dan ingin ia terperosok ke dalamnya. Setelah 3 minggu pasca waterford, cowok ini hampir setiap hari mengisi dirinya dan ia mengisi hari-harinya. Ternyata ia tidak lebih dari seorang flatmate. Walaupun mereka tinggal di flat yang berbeda. Tapi tetap saja, flatmate.

Adelia memberikan senyum yang termanis dan memperkenalkan dirinya. Ia berbincang hangat dan ramah kepada teman-teman Hisyam, terutama yang perempuan. Ia harus menunjukkan bahwa ia bukan "crazy bit**", yang akan merebut pacar-pacar mereka. Ia hanya ingin memiliki teman yang banyak. Beberapa dari mereka adalah mahasiswa PR atau marketing S1, sehingga pembicaraan mereka nyambung! Tidak disangka, cewek-cewek itu menerimanya dengan cukup ramah.

Adelia ingin menunjukkan kepada Hisyam, bahwa ia bukan seorang perempuan yang bisa ia geret sana geret sini menemaninya dan bisa ia panggil apa saja. Setelah berhari-hari mereka makan bersama, berbelanja bersama, nonton tivi bersama, ke perpustakaan bersama dan saling menempel di waterford, ia bukan miliknya. Tidak, Hisyam bukan miliknya, melainkan, Adelialah yang bukan milik Hisyam. Adelia sekarang sedang menegaskan statusnya, I'm free and ready to mingle, who needs Hisyam anyway.

setelah 3 gelas wine mahal, Adelia menjadi begitu santai dan mulai turun berdansa dengan teman-teman Hisyam. Baik cowok ataupun cewek. Musik-musik dari sang DJ benar-benar yahud dan membangkitkan suasana, puncaknya ketika sang berulang tahun mengocok sebotol champaigne dan menyemprotkannya ke segala arah. Ia menuangkannya ke gelas-gelas kaca yang indah, yang tersusun bak piramida. Emir bahkan memberikan salah satunya kepada Adelia. "My Indonesian Friend!", katanya sambil menyodorkan gelas ke Adelia. Gadis itu segera mengambilnya dan membungkuk ke arah para hadirin. Mereka bertepuk tangan dengan gemuruh dan menyoraki agar gadis itu meminum habis isinya. Adelia meminumnya sampai habis, dan kembali meliuk-liukkan tubuhnya dengan alunan musik. Mereka semua bersorak gembira.

Beberapa menit setelah pemotongan kue dan bagi-bagi champaigne itu, mereka semua kembali ke acara dansa dan berkumpul di sudut-sudut untuk sekedar ngobrol. Adelia merasa ada seseorang yang menangkap tangannya dan menuntunnya ke sebuah balkon. Balkon itu sedikit lebih luas dari balkon flatnya, namun lebih indah dengan kursi-kursi besi putih dan 2 pot tanaman mahal di kiri dan kanan. Pemandangan di balkon itu sungguh indah, sekilas terlihat swan river. Hisyam menutup pintu balkon itu, yang membuat musik-musik gaduh berhenti menendang-nendang telinga mereka sejak beberapa jam yang lalu. Suasana sekarang sedikit lebih hening.

Cowok itu tidak mempersilahkan Adelia duduk di salah satu kursi balkon itu. Alih-alih, ia menyandarkan Adelia di pintu balkon itu dengan sedikit kasar. Hisyam tidak terlalu mabuk malam ini, sepertinya ia hanya meminum segelas champaigne. Ia sadar setelah ini, ia harus menyupir pulang. Sabtu malam adalah mimpi buruk bagi para pengendara mobil, dimana polisi-polisi akan mengecek kadar alkohol para supir-supir malam Minggu. Kalau kena, denda yang sangat besar harus mereka bayarkan.

"Are you having fun?", tanyanya menggoda. Adelia mengangguk cepat sambil tersenyum manja. Ia sudah setengah mabuk oleh 3 gelas wine dan segelas champaigne. Ia menyudutkan Adelia, meletakkan kedua tangannya di pintu itu seakan mengurung Adelia di area dadanya. Untung saja tangannya agak panjang, sehingga rasanya tidak terlalu sesak di tengah-tengah itu.

"My friends said you looked hot!", katanya sambil menatap Adelia serius. Adelia hanya tertawa mengikik sambil menutup mulutnya. Ia anggap itu sebagai sebuah pujian. Ia mungkin tidak memiliki badan curvy sexy dengan dada penuh dan pinggul bak gitar spanyol. Tapi ia memiliki gaya yang keren, selera fashion yang bagus, dan cara bergaul yang sangat fleksibel. Ia kelihatan pintar dan sexy dengan caranya berbicara, caranya menatap, menyapa dan membuat lawan bicaranya tertarik dengan gayanya. Ia kelihatan seperti gadis super cute dan sedikit sexy.

"I think you looked hot too", balas Adelia sambil tersenyum. Tadinya Hisyam agak cemburu dan marah melihat teman-temannya mulai memuji Adelia dan mempertanyakan hubungan mereka yang hanya flatmate. Beberapa meminta nomor HP Adelia. Ingin rasanya ia melampiaskan marahnya kepada Adelia. Tapi kata-kata gadis itu kontan meluruhkan emosinya dan membuatnya tambah gemas dengan gadis mungil itu. Ia tersenyum nyaris tertawa, ia melapaskan "kurungan" itu dan berkacak pinggang.

"You are too cute to be true", katanya sambil menepuk kepala Adelia. Rambut gadis itu mulai lembab oleh keringat karena terus-menerus berdansa. Adelia tersenyum, ia menyampingkan kedua tangannya ke bagian punggungnya, seakan membuat kedua tangan itu menumpu tubuhnya. Fitur itu membuat ia kelihatan santai dan menantang Hisyam. Kepalanya sekarang menyandar santai pada salah satu pintu balon yang trasparan itu. Cowok itu tertantang.

Hisyam mendekatkan badannya ke arah Adelia, sehingga kedua bagian depan tubuh mereka menempel. salah satu tangan Hisyam melingkar di pinggang Adelia, sedangkan satu lagi mulai perlahan melingkar di punggung cewek itu. Wajah mereka semakin dekat dan dekat. Hisyam seperti akan melakukan sesuatu... seperti aba-apa hendak mencium bibir Adelia. Gadis itu menahan nafasnya, jantungnya berdetak lebih kencang. Walau fikirannya setengah lemah karena mabuk, tapi ia masih menyadari sesuatu... ia tidak mau ciuman pertamanya seperti ini.

"Hisyam, I'm not ready yet...", katanya pelan. Pelan dan lemah. Hisyam terdiam beberapa detik, namun sepertinya tidak mengindahkannya. Secara very very very slow motion, ia makin mendekat wajah Adelia. Adelia menegangkan wajah dan lehernya, ia siap untuk menghindar. Kali ini salah satu tangan Hisyam sudah memegang kepala Adelia, sepertinya akan terjadi pemaksaan. Adelia semakin panik. Apakah begini cara Hisyam untuk menyatakan sesuatu? Beginikah caranya mengikrarkan kalau mereka akan menjadi sepasang kekasih? Tanpa makan malam romantis, tanpa bunga dan tanpa kata-kata "will you be...", batin Adelia menggelora.

Ketika bibir mereka akan bersentuhan, pintu balkon itu terbuka! Emir dan beberapa teman yang sudah mulai sangat mabuk keluar menuju balkon. "Hey Hisyam! You're here! Tadi kita cari kauuuu", kata mereka dengan santai. Hisyam menjauhkan wajahnya dari Adelia dan menutup matanya. Pasti ada belasan kata umpatan yang mungkin ia ucapkan dalam hati. Tangannya mengepal. Sebaliknya, Adelia sangat lega, namun ia tidak ingin menunjukkan betapa leganya ia. Ia mengggenggam tangan Hisyam, dan tersenyum manis menenangkan. Cowok itu membalas senyuman Adelia dan kemudian memeluknya. Mereka berpelukan beberapa detik, sampai akhirnya Adelia menuntunnya kembali ke pesta dansa.