BAB 23: A Date in Fremantle

Tidak butuh waktu banyak untuk Justin melesat ke parkiran Coles. Sesuai instruksi, mereka akan bertemu di area parkiran supermarket itu. Adelia tidak ingin baik Hisyam atau Lisa memergoki mereka. Karena pada saat ini, entah mengapa yang akan mereka lakukan adalah salah. Ada sedikit perasaan bersalah di hati Adelia untuk Lisa, tapi seperti kata Justin tadi malam, mereka belum pacaran kok. Saat ini tidak ada perasaan bersalah kepada Hisyam. Justru cowok itu berhutang rentetan penjelasan kepada Adelia!

Seperti tadi malam, Justin tidak ingin mendesak agar Adelia menceritakan apa yang ada di kepalanya. Tapi ia bisa menebak, antara tadi malam sampai siang ini, pasti ada fakta yang menyakitkan sehingga gadis ini minta di culik lagi. Tapi entah apapun itu, Justin merasa bahagia. Mungkin ini adalah sebuah kesempatan agar ia bisa benar-benar bisa bersama dengan Adelia. Ia menatap Adelia. Gadis itu memandang pemandangan dengan bahagia sambil bernyanyi-nyanyi. Baru kali ini Justin mengetahui bahwa Adelia sesungguhnya memiliki suara yang halus dan indah. Ia tersenyum bahagia.

Justin memarkir mobilnya di salah satu restoran pinggir pantai. Hembusan angin yang kesannya tidak terkekang oleh ruang, menerpa Wajah Adelia yang mulai tenang. Suara laut membuatnya lebih relaks. Restoran berlantai dua itu memiliki balkon di lantai atas dengan pemandangan laut yang tak terbatas. Hidangan laut dan coktail yang enak, membuatnya sepertinya popular di kalangan masyarakat lokal. Sepertinya fish and chip disini sangat terkenal. Setiap meja terisi bersama kerang-kerang yang menggoda dan wine putih.

"Jarang orang Indo kesini. Ga tau kenapa. Padahal tempatnya asik dan makanannya enak banget! Cobain deh", ajak Justin sambil menuntun Adelia ke salah satu meja di balkon lantai 2. Balkon itu sepi, sepertinya lebih banyak tamu yang duduk di bagian dalam restoran. Suara musik instrumen membuat suasana lebih tentram. Ketika Adelia membuka menu, ia paham sekali kenapa orang Indo jarang kesini. Harganya mahal!

Justin memesankan makanan yang menjadi favoritnya. Ia bercerita bahkan restoran ini adalah tempat yang selalu di kunjungi ia dan keluarganya untuk acara-acara khusus. Ulang tahun salah satu dari mereka, wisuda, promosi, atau hal-hal yang patut dirayakan. Sejak orangtuanya pindah, ia hanya akan mengunjungi restoran itu ketika orangtuanya datang ke Perth saja. Dan itu sangat jarang terjadi.

"Terakhir aku kesini tuh, mungkin sekitar 2 tahun yang lalu. Malik aja belon pernah aku ajak kesini. Aku... cuma mau ngajak orang yang benar-benar spesial kesini", katanya sambil menatap Adelia. Adelia tersipu. Jadi maksudnya, selama 2 tahun terakhir ini, Justin tidak memiliki orang yang benar-benar spesial? Hati Adelia kembali menggelora. Padahal baru beberapa jam yang lalu ia menangis meraung-raung karena mengetahui bahwa Hisyam mungkin mengkhianatinya.

Mereka menikmati makan sore itu dengan tenang. Aneka kerang, Fish and chip serta wine putih sengaja mereka nikmati dengan lambat-lambat. Mereka berdua tidak ingin waktu ini terlalu cepat berlalu, mereka ingin menghabiskan lebih banyak waktu untuk sekedar ngobrol atau berpegangan tangan. Ketika makanan telah habis, Justin pindah untuk duduk persis di sebelah Adelia. Ia memegang salah satu tangan Adelia dan mencium punggung tangannya. Adelia terkejut. Ia kira, hanya Hisyam yang sanggup melakukannya.

"Thank you for calling me today, Adelia. I know you may think I helped you. Tapi sebenarnya... aku disini yang beruntung", katanya lagi sambil mencium punggung tangan Adelia. Gadis itu tersenyum. Saat ini di pikirannya ada kata-kata masa bodoh. Masa bodoh dengan Hisyam, masa bodoh dengan Lisa, masa bodoh dengan semuanya. Ia menarik kerah cowok itu dan mendekatkan wajahnya ke wajah Adelia. Mereka berciuman, lembut dan lama. Masa bodoh dengan orang yang mungkin melihat mereka. Sukurlah mereka berada di balkon yang sepi ini. Mungkin hanya ombak-ombak dan matahari sore yang menyaksikannya?

Ketika mereka tiba di pusat kota Fremantle, tempat itu sudah bersiap-siap menutup Sunday Market-nya. Justin dan Adelia menikmati berjalan-jalan di area yang mulai sepi itu. Kemungkinan mereka akan bertemu dengan orang yang mengenal mereka adalah ZERO. Sudah beberapa kali mereka berempat mengunjungi Fremantle, tapi jujur, ini adalah perjalanan teromantis dan terindah yang pernah dialami Adelia, bahkan Justin.

Mereka membeli sebuah es krim dan memakannya berdua. Mereka berfoto di setiap landmark yang selama ini enggan mereka lakukan. Entah berapa selfie yang mereka lakukan. Sambil duduk, berdiri, di belakang sebuah monument, toko, atau meminta orang lain memotret mereka berdua. Mereka memasuki toko-toko yang unik, dan membeli beberapa barang yang tidak penting. Adelia ingin mengingat hari ini dengan baik.

Mereka memasuki sebuah toko yang menjual produk-produk kecantikan homemade. Mereka menjual sabun-sabun yang terbuat dari susu domba, berbagai aromaterapi, sampai parfum yang terbuat dari bahan-bahan organik. Adelia meminta Justin untuk mencium parfum-parfum itu, dan meminta cowok itu untuk memilih 1 untuk Adelia.

"Kamu udah harum tanpa harus pakai parfum apapun", bisik Justin sambil menghirup wangi kepala Adelia. Gadis itu terkikik, tapi ia ingin Justin untuk memilihnya. Mereka mencoba satu persatu parfum-parfum itu, dan memberi komentar-komentar lucu yang membuat mereka terkikik. Padahal aroma parfum itu benar-benar enak.

"Hello, if you are interested, we have a couple edition", salah satu pemilik toko mendekati Adelia dan Justin. Ia menunjukkan 2 botol parfum dengan bentuk yang berbeda. Botol yang satu bentuknya lebih feminine berbentuk bulat, sedangkan botol lainnya bentuk kotak dan lebih maskulin. Tidak ada merek yang tertera di botol itu, yang membuat tampilannya benar-benar vintage.

Sang pemilik yang ternyata adalah orang yang meracik parfum itu menjelaskan, bila sebenarnya kedua parfum tersebut di ramu dengan bahan-bahan yang nyaris identik. Namun ia menyadari bahwa hormon dan zat kimia yang dihasilkan laki-laki dan perempuan berbeda, sehingga ada bahan-bahan yang harus di modifikasi. Namun ketika pasangan ini memakainya, akan nada reaksi kimia yang terjadi. Semacam, love potion. Sang laki-laki akan mabuk dan lebih tertarik kepada sang perempuan yang memakai parfum couple itu, dan juga sebaliknya. Intinya, mereka akan semakin di mabuk asmara dan tarik menarik! Hahahahaha

Justin dan Adelia tidak mampu menahan tawa mereka, sampai sang peramu parfum pun ikut tertawa geli. Tapi ia serius. Ia menjelaskan beberapa brand terkenal juga pernah mengeluarkan parfum untuk SHE dan He, dan cukup sukses. Coba bayangkan bila pasangan memakai parfum yang benar-benar berbeda. Sehingga ketika mereka bersama dan berdekatan, wangi mereka justru bertabrakan. Hemmm, bener juga sih. Justin memutuskan untuk membeli parfum couple itu dan memberikan bagian SHE kepada Adelia.

Adelia menatap botol parfum imut itu. Bila benar, si peramu berkata parfum itu akan cukup sampai 3-4 bulan pemakaian. Ya, mungkin ia akan membuang parfum aroma mawar itu. Ia akan memulai sebuah halaman baru. Sekilas ia mengingat malam ketika ia dan Hisyam berada di mobil cowok itu. Parfum mawar, bunga mawar merah. Semua terasa palsu dan menyakitkan sekarang.

"Justin, ketika 3 sampai 4 bulan nanti, parfum ini habis, mau gak kita kesini lagi dan membelinya?", tanya Adelia manja. Justin tersenyum.

"Sure, honey. Anything for you, katanya lembut sambil mengecup puncak kepala Adelia.

Mereka menghabiskan waktu melihat matahari tenggelam di salah satu café, masih di Fremantle. Masih berpegangan tangan. Justin masih belum ingin kembali ke kota, dan mengajak Adelia menikmati makan malam larut di salah satu restoran Italia. Mereka memesan pasta dan memakannya dengan pelan sambil mengobrol tentang apa saja. Seakan-akan mereka ingin waktu berjalan lebih lambat hari ini. Kencan pertama mereka.

Justin mengantarkan Adelia langsung ke pintu flat gadis itu, karena ia tidak ingin Adelia membawa seluruh barang belanjaan yang tadi mereka beli di Fremantle. Sayur, buku, parfum, dan aneka barang-barang tidak penting lainnya. Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, dan Adelia meminta Justin agar segera pulang. Sukurlah tidak ada teman flat atau Hisyam atau Lisa yang memergoki mereka. Justin segera berlari menuju mobilnya lagi.

Tepat ketika Justin akan memasuki mobil sedan Ford-nya, sebuah mobil Mitsubishi Lancer baru saja parkir di sebelah mobilnya. Sang pengendara mobil itu keluar dan menatapnya. Kembaran yang waktu ketemu di dekat tangga! Mereka saling menatap tanpa ada rencana untuk saling berkenalan. Tapi Justin juga tak kunjung berjalan untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Justin, parfum kamu kebawa nih di belanjaan aku!", tiba-tiba Adelia muncul dan menyodorkan sekotak parfum kepada Justin. Gadis itu baru menyadari bahwa di balik tubuh Justin, ada sosok Bastian yang sedang memandang bingung kepada Justin dan dirinya. Seakan waktu berjalan slow motion di antara mereka bertiga. Adelia terkejut melihat Bastian.

"Eh, Bastian…", katanya panik. Tapi kenapa ia harus panik? Bastian membulatkan matanya. Oooh, jadi cowok yang mirip dirinya ini namanya Justin? Bastian masih terdiam sambil memandang bergantian antara Adelia dan Justin. Sementara Justin memandang Bastian dari atas sampai bawah. Ia heran, kenapa Adelia memanggil kloningan dirinya ini dengan mesra…Tian… siapa dia? Kok Adelia atau Lisa gak pernah cerita apa-apa?

"Baru pulang Tian? Kenalin, ini Justin. Dia anak Curtin juga. Jurusan Biotech, dia baru .. ehmm.. nganterin aku pulang. Nah bang Justin, ini Bastian. Dia tinggal di flat 26 situ. Dia jurusan finance. Ok, aku masuk dulu ya, udah malem. Byeee", pamit Adelia sambil melambai kepada kedua cowok itu dan berjalan secepat mungkin keluar dari situasi kikuk itu. Kenapa ia sampai bisa ketauan sama Bastian?

"Ya ampunnn Tian bakal mikir aku ini cewek apaan coba?", gumamnya lemas sambil menaiki tanggal flat. Ketika ia mengintip 2 cowok itu, Justin sudah masuk ke mobil sedangkan Bastian sudah berjalan menuju flatnya.

Adelia memasuki flatnya kembali dan memborong semua belanjaan non-sayurnya ke dalam kamar. Ketika ia membuka kamarnya, Hisyam sedang berbaring di tempat tidurnya sambil bermain dengan HP miliknya.

"My Princess Delia, where have you been? I've been calling you babe, low battery ker?", tanya Hisyam semanis dan selembut madu. Ia langsung berdiri dan menyambut Adelia dan memeluk gadis itu dengan lembut.