Roy dan Vera berhasil menuju Desa dengan selamat, mereka langsung menuju tenda besar tempat kepala Desa berada untuk melapor.
Vera membuka tenda. "Tuan putri! Kepala Desa! ada banyak monster yang bermunculan mengelilingi hutan!"
"Monter-monster itu hampir mengejar kita sampai ke Desa tetapi Danis berhasil memancing mereka! kita harus cepat menolong Danis!" sambung Roy.
Tak lama kemudian muncul kabar baru dari seorang prajurit.
"Kepala Desa! ini gawat! pasukan kita diserang bandit saat berpatroli di hutan!"
"Sebaiknya kita harus cepat membuat rencana sebelum hal buruk akan terjadi!" kata Basta.
"Kapten Erine dan Vera akan menyusuri hutan mencari Danis di hutan." Tatap Feria.
"Aku ikut!" Teriak Roy.
Feria langsung menolak permintaan Roy. "Tidak, kamu pasti kelelahan dan tidak bisa mengeluarkan kekuatanmu sampai Danis memancing para monster itu."
"... Itu benar tapi!"
Akhirnya Basta memberi ide. "Tuan Putri biarkan aku akan membawanya ikut berpatroli denganku ke hutan untuk mengurus para bandit itu."
"Ide bagus siapkan 2 regu untuk berpatroli dan jangan sampai ada monster atau bandit yang masuk ke desa ini apalagi sampai menambah korban!."
"Siap!" Hormat Basta.
"T-Terima kasih." Roy menundukkan kepala.
"Tidak usah sungkan, bawalah perbekalan untuk berpatroli ... oh ya namaku Basta." Memberi salam ke Roy.
"Namaku Roy! salam kenal!" Memberi salam ke Basta.
"Tuan putri dan aku akan memanggil tuan Orvin supaya dia bisa membantu kita semua," kata Pak Goto.
"Setuju," ucap Feria.
Mereka akhirnya melaksanakan rencana yang telah dibuat dan menuju ke tempat masing-masing. Di gerbang Desa Roy menyiapkan perbekalan bersama Basta serta pasukannya.
"Bolehkah aku bertanya kenapa kamu ingin membawaku berpatroli?" tanya Roy.
"Aku hanya teringat dengan diriku yang dulu, meskipun aku hampir kehabisan tenaga tapi aku tetap memaksakan diri untuk melaksanakan tugas ... seperti dirimu," ucap Basta.
"Aku tidak ingin menjadi beban kalian."
"Tidak, disini kita saling membantu sama lain. Makanlah beberapa buah sebelum kita berangkat, mengisi tenaga adalah hal utama sebelum pergi bertugas." Basta memberi buah kepada Roy.
"T-Terima kasih banyak." Roy menerima buah.
Kemudian datanglah Vera dan Kapten Erine beserta pasukannya menuju gerbang Desa untuk memulai mencari Danis.
"Basta, sebaiknya kita menyelesaikan tugas ini secepatnya karena kita tidak tau kapan Unicorus akan bangun."
"Aku mengerti, kalian berhati-hatilah karena malam ini banyak monster yang berkeliaran di dekat sini."
"Vera ... tolong selamatkan Danis."
"Serahkan padaku."
Malam semakin gelap, lentera dan obor sudah menyala menerangi setiap sudut Desa. Para penjaga Desa mengarahkan pandangan mereka ke arah hutan, mereka tidak bisa melihat berapa banyak monster di dalam sana tetapi mereka bisa mendengar langkah kaki Monster yang berkeliaran mengintai dibalik kegelapan.
Warga Desa terlihat resah malam itu, mereka tidak banyak membuat suara gaduh agar tidak menarik para Monster itu untuk mendekati Desa.Roy dan Basta beserta pasukannya berpatroli menyusuri jalan dengan menyalakan lentera yang sudah disiapkan di sepanjang jalan.
"Apa kita tidak kekurangan pasukan?" tanya Roy.
"Tentu saja tidak, membawa banyak pasukan berpatroli saat malam di hutan hanya akan menjadi sasaran empuk bagi Monster. Sebaiknya kita tidak membuat suara gaduh, jika kamu melihat sesuatu yang aneh katakan saja padaku," ucap Basta
"Siap."
Saat mereka sampai di persimpangan jalan kedua pasukan Basta mencium bau sasuatu.
"Kapten aku mencium sesuatu dari arah kiri, itu pasti bandit yang kita cari." Menunjuk arah.
"Kapten aku juga mencium bau mencurigakan dari arah kanan, bagaimana ini?" tanya Prajurit.
"Hmm pasti para bandit itu sudah menyiapkan jebakan, perhatikan langkahmu dan ikuti aku." ucap Basta yang berjalan ke arah kiri.
Saat bau itu terium semakin dekat Basta mulai mengatur strategi bersama pasukannya.
"Aku melihat para bandit itu bersembunyi dibalik pohon dan tempat ini terlalu luas untuk menangkap mereka, aku yakin disini mereka memasang perangkap." ucap Basta sambil mengawasi sekitar.
"Kapten, kami tidak melihat adanya benda mencurigakan disekitar sini," ucap Prajurit yang melihat sekitar.
"Tunggu dulu,aku merasakan ada lubang yang tertutup di depan sana mungkin luasnya sekitar 4 meter," ucap Roy.
"Hei bagaimana kamu tau?" tanya Prajurit.
"Aku adalah pengendali tanah dan sepertinya kekuatanku mulai pulih." Roy melihat tangannya.
Basta mengacungkan jempolnya. "Kerja bagus Tuan Roy!"
Basta seketika langsung menerjang berlari kemudian melompat tinggi menghindari jebakan tersebut dan akhirnya menangkap sesuatu yang bersembunyi dari balik pohon, tak disangka itu adalah anak buahnya yang tertutup oleh jubah bandit dengan tangan terikat dan mulut tertutup rapat.
"Ini bukan bandit, mereka adalah teman kita yang terserang oleh bandit! awasi sekitar kalian!" teriak Basta.
"Apa?!" para pasukan terkejut.
Di balik pohon terdengar suara langkah kaki dan itu adalah bandit yang sebenarnya yang ingin melarikan diri. Para prajurit yang mendengar itu langsung berbalik mengejar bandit dan Roy langsung mengeluarkan kekuatannya untuk membuat lubang di tanah. Bandit yang berusaha melarikan diri itu terperosok kedalam tanah yang dibuat oleh Roy.
"AAAA!!!" Teriak bandit.
"Itu sangat membantu sekali Tuan Roy!"
Malam itu terasa sunyi dan beberapa penjaga mulai bergantian untuk melanjutkan tugas mengawasi sekitar. Tak disangka terdapat orang yang mencurigakan namun para penjaga tidak mengetahui, kedua orang tersebut adalah bandit yang menyamar menjadi penjaga yang melapor ada serangan bandit tadi sore.
Kedua bandit yang menyamar itu menawarkan diri mereka untuk menjaga sebuah tempat teleport menuju ke Dungeon Reruntuhan Menara Putih.Tentu saja tawaran mereka diterima karena prajurit penjaga sudah terlihat lelah.Saat prajurit penjaga itu sudah memasuki tenda, para bandit yang menyamar itu mulai melakukan aksi mereka.
Sebelum membongkar penyamaran mereka, datanglah Tuan Putri beserta Kepala Desa Pak Goto yang terlihat memegang punggung saat berjalan.
"Aghh punggungku!" menahan rasa sakit.
"Jangan memaksakan diri Pak." ucap Feria.
"B-Benar juga ... maafkan aku Tuan Putri, Hei penjaga!" Pak Goto memanggil.
Bandit yang menyamar itu terkejut. "Si-Siap!"
Bandit satunya hanya terdiam kaku. "... Ini gawat!!! apa yang harus kita lakukan?!" ucapnya dalam hati sambil menyenggol-nyenggol temannya.
"..." hanya terdiam kaku sambil menyembunyikan wajahnya.
"Jaga Tuan Putri dan jangan sampai terjadi kesalahan sedikit pun! mengerti?!" ucap Pak Goto.
Bandit yang menyamar itu memberi hormat kepada Pak Goto kemudian mengikuti Feria ke tempat teleport .
Tak lama kemudian Pak Goto merasa curiga dengan penjaga itu. "Hmm apa aku pernah melihatmu sebelumnya?"
"S-Saya baru disini!" jawab Bandit yang menyamar.
"Ohh pasti dari rombongan Tuan Putri tadi." ucap Pak Goto.
"B-Benar!" ucapnya sambil berkeringat.
Di sisi lain Vera, Kapten Erine beserta pasukannya menyusuri area hutan dengan penuh waspada. Vera yang sudah terlatih menjadi pemburu menggunakan skillnya untuk mencari keberadaan Danis. Mereka menyusuri jalan kembali saat dikejar oleh para Monster dan untungnya malam itu penyusuran mereka disertai dengan perlengkapan lengkap sehingga para Monster tidak berani mendekat.
Tak lama kemudian Vera menemukan sebuah bulu Monster Cockatrice.
"Hmm ... bulu ini masih terasa hangat, apa ini bulu dari anak Cockatrice yang di pegang oleh Danis itu ya?"
Sambil menyusuri jalan Vera menemukan kembali bulu Monster Cockatrice.
"Sekarang aku yakin, pasti Danis menyebarkan bulu ini saat dia dikejar. Kapten ke arah sini!"
Akhirnya mereka mengikuti petunjuk itu dan tibalah di suatu reruntuhan.
"Kita berada di reruntuhan Hutan Ferontire tapi sepertinya aku tidak melihat Danis di sekitar sini." ucap Erine.
"Dia pasti ada disekitar sini sebelumnya, hmm bukankah ini adalah tempat teleport?" tanya Vera dengan memegang ukiran.
"Benar, tempat ini sebelumnya adalah tempat teleport menuju Dungeon Reruntuhan Menara Putih karena batu teleportnya rusak akhirnya tempat ini ditinggalkan."
"Rusak bagaimana?"
"Kau tau ... seperti teleport yang tidak berfungsi dan terkadang bisa membawamu ke tempat Dungeon itu yang paling dalam."
"Itu berarti Danis ... oh tidak" ucap Vera dan Erine sambil memandang Dungeon yang ada di atas."
Di sisi lain Feria dan Bandit yang menyamar itu berada ditempat masuk Dungeon, Bandit itu tampak sedih saat melihat disekitar nya.
"K-kemana bunga-bunga disini?" tanya Bandit dengan lirih.
"Kenapa kamu bertanya? bunga-bunga disini sudah digunakan untuk obat warga Desa bukan?"
"B-benar aku pikir masih ada yang tersisa." ucap bandit sambil mengusap kepala.
"Mungkin kita akan menemukan sebagian di dalam Dungeon ini jika kamu menginginkannya."
Bandit itu langsung semangat dengan membuka pintu Dungeon. Di sepanjang lorong, Bandit yang menyamar itu berjalan di depan Feria dengan menatap sana-sini untuk mencari bunga dan seketika Feria menatap curiga.
"Hei kamu." ucap Feria.
"I-Iya!" Bandit terkejut.
"Kamu perempuan bukan?" Feria menatap dengan penasaran.
Sedikit lega bandit itu berkata. "B-Benar ... kenapa?"
"Aku hanya penasaran kenapa kamu memakai seragam prajurit laki-laki?" tanya Feria.
Bandit itu baru sadar. "Ah! I-Itu karena seragamku rusak setelah diserang Monster."
"Oh kuharap kamu tidak luka parah dari serangan itu." ucap Feria.
"T-Tidak apa-apa Tuan Putri, terima kasih atas perhatiannya." Menundukkan kepala.
"Tidak usah formal, panggil saja aku Feria dan siapa namamu?"
"N-Namaku Tia, nona Feria." Membuka helm.
"Wanita kucing? Kenapa kamu terlihat gugup?"
"I-Ini pertama kalinya aku bertemu dengan Tuan Putri." aslinya Tia tidak ingin kedok Banditnya terbongkar dan untungnya Feria tidak tau.
Di sepanjang perjalanan Feria dan Tia saling berbincang, akhirnya Tia mulai sedikit terbuka dan rasa gugupnya mulai hilang. Sesampainya ditempat luas Feria melihat sesuatu dibalik tembok reruntuhan dan wujudnya seperti manusia.
"Hmm apa itu? ... oh itu!" mulut Feria terbungkam.
"Sstt Nona Feria, disini banyak sekali Golem yang berkeliaran." ucap Tia sambil membungkan mulut Feria.
Malam semakin larut, namun di dalam Dungeon itu tampak bercahaya akibat genangan air yang mengandung sihir di sepanjang jalannya. Danis yang masih berada di dalam Dungeon itu hanya duduk diam disebuah puing bangunan di depan Unicorus yang masih tertidur.
"Sudah berapa lama aku disini? mungkin sekarang sudah larut malam." Danis turun ke bawah.
"Sebaiknya aku mencari jalan keluar sendiri."
Danis mendekati Unicorus yang tertidur dan mengelus kepalanya.
"Selamat tinggal kawan, mungkin kita bisa bertemu lagi dilain waktu kalau kamu ingat denganku.. hahaha padahal dari tadi kamu masih tertidur."
Danis mulai melangkahkan kakinya menuju ke sebuah lorong tapi sebelum dia keluar dari tempat itu tiba-tiba perutnya berbunyi karena kelaparan "Krrruuukk!!".
Danis memegang perutnya. "Ahh bisakah kamu bertahan sedikit? aku tidak ingin suara perutku didengar oleh kawanku yang tertidur disana."
Saat Danis menoleh, Unicorus sudah terbangun dengan matanya yang terihat mengeluarkan cahaya dengan percikan listrik dan menatap Danis.
"Eee.. wadu." Danis ketakutan.
Merasakan kekuatan Unicorus yang bangkit, Orvin terkejut karena seharusnya Unicorus akan terbangun saat matahari berada di atas kepala.
"U-Unicorus sudah bangun?!, pasti ada penyusup!"
Bersambung.