Unicorus akhirnya terbangun dari tidur panjangnya, ia melihat di sekitarnya yang sudah banyak berubah mulai dari dinding yang roboh, tiang bangunan yang retak, dan lubang dari atas sehingga Unicorus dapat melihat cahaya bulan dari tempatnya. Unicorus memang tidak bisa bicara namun dia merasa tidak nyaman sekarang, sambil mengibaskan rambutnya dia membentangakan sayapnya.
Saat Unicorus melihat Danis, dia perlahan mendekati Danis dengan mengendus-ngendus.Danis hanya terdiam meskipun ujung tanduk Unicorus berada tepat di depan matanya. Sedikit demi sedikit Danis mengangkat tangannya dan ingin menyentuh Unicorus namun hal itu dicegah oleh Orvin yang tiba-tiba datang dari belakang Danis.
"Hentikan." Memegang tangan Danis.
"Sia-!" Mulut Danis dibungkam oleh Orvin.
"Jangan berteriak, tetaplah di belakangku dan diamlah. Kamu tersesat kesini bukan?" tanya Orvin.
"Mmm." Danis menganggukkan kepala lalu melangkah mundur ke belakang Orvin.
"Dia tidak terlihat seperti penyusup ataupun orang jahat, lantas kenapa Unicorus terbangun dari tidurnya?" gumam Orvin di dalam hati.
Unicorus mengangkat kepalanya dan seperti berbicara dengan Orvin meskipun Danis tidak mendengarkan suara sama sekali dari mulut Unicorus.
"Unicorus monster terkuat dari dataran Ferontire, kembalilah tidur karena perang belum dimulai dan jangan terlalu banyak berfikir apa yang sudah terjadi sekarang," ucap Orvin.
Unicorus menghentakkan kakinya kebawah dengan keras beberapa kali.
Orvin mencoba menenangkan Unicorus. "Aku tau kamu pasti marah, tapi biarkan aku memperbaiki kesalahan ini."
Unicorus tidak bisa menahan amarahnya dan akhirnya mengibaskan sayapnya lalu terbang ke atas langit sambil meringik dengan keras. "HHHIIIIKKK!!!!"
"Unicorus!!" teriak Orvin.
Danis yang terkejut. "Apa yang terjadi?!"
"Tidak ada cara lain, kamu harus membantuku membuat Unicorus tertidur." Menatap Danis.
"Apa?!"
Di dalam Dungeon, Feria dan Tia menemui Golem yang sepertinya sedang berjaga dengan mengawasi sekitar. Feria yang ingin mendekati Golem tersebut langsung dihentikan oleh Tia.
"T-Tuan Putri jangan kesana, disana ada banyak Golem!" Teriak lirih Tia.
"Tentu saja aku tau, Golem itu adalah monster milik kakek Orvin," ucap Feria.
Tia akhirnya menurunkan kewaspadaannya. "Baiklah kalau Tuan Putri bilang begitu."
"Tetaplah di belakangku. "Feria berjalan duluan dengan Tia yang mengikuti dari belakang.
Saat menemui Golem itu Feria berkata. "Wahai Golem penjaga, ini aku Feria Hermonia. Bisakah aku menemui kakek Orvin?"
Seketika muncullah sebuah gempa yang menggetarkan seisi Dungeon dan tak lama kemudian gempa tersebut reda.
"Apa-apa'an itu tadi? gempa?" Feria melihat di sekitarnya.
Tia yang merasakan aura aneh mulai panik. "Tuan Putri sebaiknya kita keluar dari sini dengan cepat."
"Jangan terburu-buru, itu pasti ulah kakek Orvin." Feria mencoba tenang.
"Awas Tuan Putri!"
Tia menangkis serangan Golem yang tiba-tiba menyerang dengan mata yang menyala merah.
"K-kenapa Golem itu menyerang?! ini pasti ada yang tidak beres!" ucap Feria.
"Mata mereka menjadi merah setelah gampa tadi!"
Feria dan Tia saling membelakangi disaat mereka tau posisi mereka sekarang terkepung oleh banyak Golem lalu mereka memulai pertarungan. Tia dengan lincahnya melindungi Feria dari serangan Golem menggunakan senjata cakarnya. Dengan cepat panah Feria menancap ke semua mata Golem dari kejauhan.
"H-hebat." Tia merasa kagum.
"Jangan melamun! sebaiknya kita pergi menemui Orvin secepatnya."
Tak disangka para Golem mulai mengeluarkan skill tersembunyi mereka yaitu bergabung menjadi Golem raksasa dan mulai mengejar. "RRAAA!!"
"AAAA..!!!" Feria dan Tia berteriak sambil berlarian menyusuri reruntuhan.
Sesekali Feria mencoba menyerang mata Golem raksasa itu meskipun hancur tetapi bisa kembali utuh lagi.
"Ini gawat!"
Tia menunjukkan arah. "Tuan Putri kita melewati celah itu!"
Feria dan Tia melompat melewati lubang dinding dan terjatuh di tempat yang luas, tak disangka mereka berada di tempat Danis bersama Orvin.
Orvin terkejut. "T-Tuan Putri Feria?!"
"Feria? mana?" Danis menoleh sana-sini.
Golem raksasa tiba ditempat yang sama dengan menjebol dinding yang bercelah itu.
"M-Monster lagi?!" ucap Danis.
Orvin yang tak percaya. "G-Golemku terkena dampak kemarahan Unicorus?"
"Tuan Putri! kamu dimana?!" Teriak Tia.
"Aku disini!" Feria melambaikan tangannya.
Golem raksasa itu berada di belakang Feria, saat ingin menyerang Golem itu dihentikan oleh Orvin dengan sihirnya.
Orvin menemui Feria. "Untunglah Tuan Putri tidak apa-apa." Menyembuhkan luka gores Feria dengan sihir.
Feria yang akhirnya bertemu tampak senang. "Kakek Orvin!"
"Yo." sapa Danis.
Feria seketika marah. "Danish juga disini?! kenapa?! semua orang mencarimu tau!"
"Ceritanya cukup panjang, maaf." Danis merasa bersalah.
"Tuan Putri saya meminta maaf karena tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik. Aku harap Tuan Putri bersama kalian bersedia membantuku."
Orvin menghentakkan tongkatnya kebawah dan Golem raksasa itupun hancur berkeping-keping.
Di sisi lain sebelum Unicorus terbang ke atas, Roy, Basta beserta pasukannya berlarian sambil membawa bandit, mereka dikejar oleh segerombolan Monster yang tiba-tiba mengamuk dengan tatapan mata mereka yang merah.
"AAA!! bagaimana ini bisa terjadi?!" teriak Roy.
"Aku tidak tau! seharusnya mereka tidak menyerang secara bersamaan seperti ini!" ucap Basta.
"Kapten!! kita kesusahan berlari sambil membawa bandit ini dan teman kita yang pingsan!"
Bandit yang ingin berteriak tapi mulutnya terbungkam. "Hmm!!"
Tanpa pikir panjang akhirnya Basta memutuskan. "Baiklah! kalian boleh berubah! Roy naiklah ke punggungku!"
"Apa?!" tanya Roy.
Basta menarik Roy ke atas punggungnya dan seketika Basta bersama kedua pasukannya berubah menjadi monster Serigala berbadan besar.
"Jangan sampai terjatuh!"
"B-Baik!" Roy menggenggam baju Basta.
Selama pelarian itu mereka berpapasan dengan Vera dan Kapten Erine yang bernasib sama dikejar oleh segerombolan Monster.
"Hei apa yang sudah terjadi?!" tanya Basta.
"Aku tidak mengerti! semua Monster tiba-tiba mengamuk!" jawab Erine.
"Danish! Danish dimana?!" Roy melihat sana-sini.
"D-Dia tersesat di atas sana!" Vera menunjuk ke Dungeon.
"Hah?!! Bagaimana bisa?!" Roy merasa tidak percaya.
"Nanti akan kujelaskan! sekarang sebaiknya kita pergi ke Desa dulu!" ucap Vera.
"Setuju! Roy bersabarlah!" sambung Basta.
"Ya."
Tak lama kemudian muncullah kilat putih dari atas dungeon dan itu adalah Monster Unicorus yang terbang keluar dari tempat persinggahannya.
"Semuanya lihat diatas sana!"
"U-Unicorus!!"
Keadaan Desa saat ini menjadi kacau akibat serangan banyak Monster dari berbagai arah, untungnya Desa itu memiliki pertahanan pagar kayu yang kokoh. Meskipun begitu Monster yang bisa terbang bisa memasuki Desa itu dengan mudah. Sesampainya di Desa Kapten Erine dan Basta mengatur sebuah rencana bersama Pak Goto Kepala Desa.
"Monster-monster itu marah.. aku bisa merasakan kemarahan mereka akibat hutan yang terbakar."
"Tidak salah lagi dan sumber kemarahan itu adalah Unicorus yang bangkit." ucap Erine.
Basta yang merasa resah. "Apa yang harus kita lakukan?!"
"Unicorus adalah Monster berelemen petir jadi kita membutuhkan seorang dengan elemen tanah." ucap Pak Goto.
Basta dan Vera menoleh menatap Roy.
"Hei-hei apa kalian serius?" Roy merasa terpojok.
"Kapten Erine, bantu aku menyiapkan benda tempur itu." ucap Basta.
"Hah?"
Beberapa menit kemudian ketapel tempur sudah disiapkan dan Roy berada diatasnya untuk siap ditembakkan ke arah Unicorus yang terbang.
"T-Tunggu dulu! apa yang akan kalian lakukan? kalian tidak akan melemparku ke Monster itu kan?!" Roy ketakutan.
Erine berusaha memberi semangat Roy. "Aku tidak menyangka kamu adalah pengendali tanah, serahkan padaku karena aku tembakanku tidak pernah meleset."
Tapi Roy yang masih ketakutan. "Setidaknya beri aku pengaman!"
"Tenang saja, elemen tanah bisa menetralisir elemen petir ... mungkin." ucap ragu Basta.
"Jangan membuatku tambah ketakutan!" Teriak Roy.
"Danis mungkin terlibat dengan Monster itu karena dia sekarang ada di atas Dungeon sana." kata Vera.
Roy yang masih tidak mengerti. "Apa maksudmu? kenapa bisa?"
"Aa aku mengerti, pasti dia tersesat kesana karena tempat teleport yang rusak itu. Kurasa dia bersama Orvin sekarang karena hanya dia yang menggunakan tempat teleport rusak itu." ucap Pak Goto.
"Kalau itu benar maka akan ku ikuti rencana kalian."
Kapten Erine menjelaskan kalau dia akan melemparkan Roy menuju ke Unicorus menggunakan ketapel tempur dan saat Roy melewati tebing batu maka dia harus mencegah Unicorus untuk membuat badai ataupun terbang ke atas langit yang tinggi.
Pak Goto juga menjelaskan bahwa energi elemen petir Unicorus terkumpul di setiap tanduknya dan Roy juga harus melapisi tanduk Unicorus dengan kekuatan elemen tanahnya.
"Orvin akan mengurus sisanya, bertahanlah sebisa mungkin."
"Unicorus! dia datang!"
"Sekarang!"
"AAAA!!!"
Unicorus terbang menuju ke Desa dan saat akan menembakkan petir, Roy memukul tanduk Unicorus sehingga hilang kendali dan serangan petir itu mengenai Monster yang ada diluar gerbang Desa. Roy kemudian berpegang erat pada rambut Unicorus, ketika Unicorus sadar kalau ada yang menaikinya dia akhirnya terbang ke atas langit.
Di atas Dungeon Reruntuhan Menara Putih, Danis, Feria, Tia, dan Orvin mengatur rencana mereka.
Feria berkata. "Kakek Orvin, biarkan aku yang melawan Unicorus itu. Aku bisa melompat di atas udara dan menyerangnya secara langsung."
"Tidak Tuan Putri, karena elemen angin tidak akan mempan kepadanya." ucap Orvin.
Danis yang merasa percaya diri. "Biar aku saja, meskipun kekuatanku belum pulih tapi aku bisa menangani kuda liar."
"Tidak sopan sekali! Unicorus adalah Monster terkuat dari dataran Ferontire!." bentak Feria.
"Ya.. ya.." Danis mencoba menghiraukan Feria.
Di saat mereka berdebat, terdengar suara teriakan Roy dari kejauhan. "Danisss!!! tolong aku!!!!"
mendegar suara teriakan itu Danis terkejut melihat Roy berada di atas Unicorus. "Roy?!! Roy!!!"
"Kenapa dia ada disana?!" Feria terkejut.
"Ini pasti ulah Desa, apa pemuda itu pengendali elemen tanah?" tanya Orvin.
"Ya! tolong cepat bantu aku!" jawab Danis.
"Baik, apa kalian membawa tali?"
"Ah aku membawa tali." Tia memberikan talinya.
Rencana Orvin sekarang bisa dilaksanakan. "Bagus, berikan ini kepadanya. Tuan Putri Feria, lempar pemuda ini ke atas Unicorus."
"Hah?" Feria yang masih tidak mengerti.
Akhirnya Orvin menjelaskan rencananya. "Berusahalah untuk menahan Unicorus agar tidak terbang terlalu tinggi dan saat sihirku sudah siap, secepatnya tinggalkan Unicorus sejauh mungkin dan Feria akan menyelamatkan kalian."
"Feria, aku mengandalkanmu dan terima kasih talinya." Danis menatap Feria dan Tia.
"S-sama-sama." ucap Tia.
"Hmm baiklah." Feria menganggukkan kepala.
Kemudian Feria mengeluarkan elemen angin dibagian kaki Danis. "Bersiap! HAAAA!!"
Danis terlempar jauh ke atas langit menuju Unicorus yang berusaha menjatuhkan Roy. Disaat yang tepat Danis melempar talinya dan mengikat tepat di tanduk kepala Unicorus.
"Roy! apa yang kamu lakukan disini?!"
"Seharusnya aku yang tanya karena kamu tidak kembali dari hutan!"
"Aku tersesat dan tak kusangka aku membangunkan Monster ini!!"
"Hah! yang benar saja?! orang-orang di Desa saat ini menjadi korban akibat Monster ini!"
Mereka berbincang disaat Unicorus berusaha menjatuhkan mereka dengan terbang secara menukik kemudian berputar-putar dan sesekali menabrakkan tubuhnya di tebing namun Danis dan Roy masih berada diatas badan Unicorus.
"Sekarang bukan waktunya untuk bicara lebar, katakan rencanamu!" teriak Danis.
"Bantu aku untuk melapisi tanduk-tanduk itu dengan elemen tanahku!" jawab Roy.
"Aku mengerti! peganglah tanganku!"
Danis memegang tangan kiri Roy dengan erat dan Roy menggunakan tangan kanannya untuk mengeluarkan kekuatan elemen tanahnya. Selama mereka berusaha, Orvin tengah merapalkan mantra sihirnya dengan Feria dan Tia melindungi Orvin dari serangan Monster bersayap.
Unicorus menyerah untuk mencoba menjatuhkan Danis dan Roy, akhirnya Unicorus mencoba pergi ke atas langit untuk menyatu dengan petir di awan dan membuat badai.
"Bagaimana ini?! Padahal aku sudah hampir menghalangi sumber elemen petirnya!"
"Tidak ada waktu lagi! Roy cepat gunakan kekuatanmu sebagai pelindung!!"
Menyadari hal itu Roy langsung mengarahkan seluruh kekuatannya untuk membuat pelindung tanah untuk menahan petir yang dibuat oleh Unicorus. Petir itu langsung menyatu dengan Unicorus dengan Roy dan Danis menahan sengatan listrik karena pelindung Roy sedikit demi sedikit mulai hancur.
"AAA!!!"
Roy yang tidak kuat lagi menahan rasa sakit itu akhirnya mulai kehilangan kekuatannya dan akhirnya Danis melepaskan genggaman Roy.
"FERIA!!!"
"DANIS JANGANN!!"
Mendengar teriakan Danis, Feria meluncur dengan cepat di atas udara untuk menyelamatkan Roy.
Orvin yang melihat itu mencoba menghentikan Danis. "Pemuda!! jangan paksakan dirimu!!!"
"Aku tidak akan berhenti!!"
Danis masih bertahan menunggangi Unicorus sampai ke atas langit, dengan kekuatan yang tersisa Danis mencoba menarik tanduk kepala Unicorus yang teraliri energi listrik.
"BERHENTI!!!"
Danis menghiraukan rasa sakit sengatan listrik demi menghentikan Unicorus yang berusaha terbang lebih tinggi lagi. Awan hitam mulai berkumpul dan membentuk sebuah hujan badai disertai sambaran petir yang menggelegar. Warga Desa hanya bisa melihat dan Berdo'a demi keselamatan bersama.
Roy yang terselamatkan hanya bisa memandangi langit dengan pandangan yang mulai rabun. Feria tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan hanya terdiam melihat kejadian itu. Tia berjuang sendirian untuk melindungi Orvin merapalkan mantranya dan Orvin mulai menununjukkan sihirnya.
Di atas langit, di dalam awan badai yang hitam muncullah sebuah cahaya. Danis melihat itu dan dia mengerti itu adalah sebuah tanda batasnya, dengan kekuatan yang tersisa akhirnya Danis berjuang sendirian menahan Unicorus.
"HAAAAAA!!!!" tiba-tiba kekuatan elemen api muncul di telapak kaki Danis dan mendorong Unicorus ke bawah.
"TIDAK AKAN KUBIARKAN!!" Danis mendorong Unicorus dengan sekuat tenaga dan akhirnya sihir Orvin tiba.
"Sihir suci! MELODI SURGA!!"
Cahaya terang memancar dibalik badai dengan alunan melodi yang terdengar sampai ke kerajaan Ferontire. Unicorus yang terkena sihir itu akhirnya meneteskan air mata dan terjatuh dari atas langit. Air mata Unicorus mengenai Danis dan ingatan Unicorus mulai mangalir di pikiran Danis.
Unicorus adalah kuda perang yang berasal dari atas langit dan dia tertinggal sendirian di tanah ini akibat perang bersejarah yang sudah terjadi, akhirnya dia melakukan tidur panjang supaya bisa menemui teman-temannya di alam mimpi sana.
Hanya kenangan itu yang membuat Unicorus bertahan sampai sekarang di dataran Ferontire yang dia anggap sebagai tempat terakhir baginya. Dari kejauhan sampai di ruang tahta Raja, melodi dari sihir Orvin terdengar sampai ke telinga Raja Troya yang sudah menyiapkan para prajuritnya.
"Sihir yang indah sekali."
"Raja Troya, laporan dari Desa Hutan Ferontire." Herman menyerahkan surat.
"Sudah selesai kah? kerja bagus paman Orvin." ucap Raja Troya.
Matahari mulai menampakkan cahayanya yang hangat dan para Monster yang sembuh akhirnya kembali ke dalam hutan tempat mereka. Para prajurit mendapatkan tugas mereka untuk membangun kembali bangunan yang rusak dan mengobati mereka yang terluka.
Bandit yang menyamar menjadi prajurit itu berusaha menyelamatkan temannya yang terikat dan tak disangka datanglah Feria bersama Tia.
"Tia!! syukurlah kamu kembali dengan selamat!" Teriak bandit yang menyamar.
Lalu Tia tersadar. "Ahh aku lupa mendapatkan bunga dari tempat itu!"
"Tenang saja, aku akan memberi tau Kepala Desa untuk menyisahkan beberapa untukmu." ucap Feria.
"S-Sungguh?! Terima kasih banyak Tuan Putri!!" Tia dan teman banditnya menundukkan kepala.
"Oh tepat sekali, Kepala Desa kemarilah!" Feria melambaikan tangannya.
Pak Goto pun menghampirinya. "Oh! Tuan Putri Feria!! Terima kasih!! Terima kasih banyak sudah menolong Desa ini sekali lagi!! Kami sungguh berhutang banyak dengan Kerajaan!"
"Tidak usah dipikirkan, aku ingin memberi hadiah kepadanya karena sudah membantuku disana." Feria menunjuk Tia.
Pak Goto menundukkan kepalanya. "Apapun untuk Tuan Putri dan Prajurit pemberaninya."
"Prajurit? dia bukan prajuritku." ucap Feria yang kebingungan.
"Huh lantas.." Pak Goto juga bingung.
Tia dan teman banditnya seketika terdiam kaku mengeluarkan banyak keringat karena sangkin takutnya ketahuan.
"Pasukan yang kubawa kesini hanya Centaur dan beberapa Manusia saja, bukan Manusia Kucing." Feria berkata sambil memandang Tia yang tampak ketakutan.
"B-Basta!!" Teriak Pak Goto.
Tia dan teman-temannya berusaha kabur namun Basta dan pasukannya sudah menghadang. "Jangan harap kalian bisa keluar dari sini! Bandit!!"
"MIAAAWW!!!" Teriak Tia bersama teman-temannya saat dikejar.
Di salah satu tenda, Roy akhirnya terbangun dari pingsannya dengan badan yang sudah terikat oleh perban dan obat.
"Daniss!! dimana kau?!!" Teriak Roy.
"Jangan banyak bergerak!! kamu tidak boleh bangun dari sini!!" Vera marah-marah sambil memasang perban ke Roy.
"Danis bersama Kakek Orvin, tenang saja." ucap Erine.
"Tidak!! aku ingin bertemu dengannya!" Roy meronta-ronta.
"Sudah kubilang jangan banyak bergerak!!" Vera memasukkan obat ke mulut Roy hingga pingsan.
"HGFFF!!!" Roy pingsan.
Di dalam hutan yang rindang Danis melihat Unicorus terbaring diantara semak-semak, Danis hanya terdiam dengan Orvin yang ada dibelakang Danis.
"Apa dia akan mati?" tanya Danis.
"Tidak, sekarang dia mulai lemas dan akan tertidur untuk 20 tahun kedepan." jawab Orvin.
Danis menggenggam tangannya. "Kasihan, aku melihat sebagian ingatannya saat air matanya mengenaiku."
"Hanya ini yang bisa ku lakukan, Perang itu sudah merenggut semuanya dari Unicorus dan aku satu-satunya yang dia kenal karena pemilik Unicorus adalah temanku." ucap Orvin dengan menahan sedih.
"Jadi begitu, syukurlah kalau Unicorus masih memiliki teman. Semoga mimpi indah kawan."
Unicorus mulai memejamkan matanya dan sedikit menggerakkan mulutnya.
"Dia berkata terima kasih kepadamu." ucap Orvin.
"Tentu." Danis juga mulai terlihat melemah.
"Terima kasih pemuda." Orvin menjulurkan tangannya untuk memberi sihir penyembuh kepada Danis.
Saat sihir Orvin keluar tiba-tiba sihir itu pecah dan menghilang, Danis yang tak bisa lagi menahan tubuhnya akhirnya tergeletak pingsan.
"A-Anti sihir?!"
Bersambung.