Sindrom Peri Gila - Part 3

Ditengah kesibukan Serikat River, Kapten Prajurit beserta Danis dan kawan-kawannya masuk dengan keadaan bau busuk seperti mayat. Bau itu dengan cepat menyebar sehingga orang-orang disekitar menutup hidung mereka dan beberapa berlarian keluar. Ketika orang-orang itu mau memprotes tapi mereka langsung terdiam karena salah satu bau itu berasal dari Kapten Prajurit yang memiliki status sosial tinggi.

"Bau busuk apa ini?! oh Kapten Terov!"

Teriak seorang pria dengan pakaian yang mencolok seperti orang kaya pada umumnya.

"Maaf Tuan Herald, ada laporan penting yang harus saya sampaikan." ucap Terov.

"Sampaikan laporanmu disini! aku tidak ingin bau ini berada di ruanganku." balas Herald.

Dengan hati yang siap, Kapten Terov berkata. "Akar itu akan sampai ke kota ini dan aku menyaksikan bersama para Prajuritku jika Iblis ada kaitannya dengan Krisis Kerajaan ini."

Melihat keseriusan Terov, akhirnya Herald mengajak mereka ke dalam ruangannya. "Ikuti aku."

Tuan Gerald adalah seorang Bangsawan sekaligus Ketua Serikat River, dia memiliki banyak aset perdagangan yang mencakup Kerajaan Nervana. Saat memeasuki ruangannya, Tuan Gerald langsung mempersilahkan Kapten Terov untuk menjelaskan secara singkat tanpa menyuruh mereka untuk duduk dulu.

Kapten Terov menjelaskan jika akar itu telah merayap di dalam tanah tanpa terdeteksi dan diperkirakan akan sampai ke kota River dalam 2 hari kemudian karena pola pergerakan akar itu tidak menentu.

"Apa ada saksi atau bukti?" tanya Herald.

"Ya mereka." jawab Kapten Terov dengan menunjuk Danis dan teman-temannya.

"Ah sebenarnya yang melihat akar itu hanya aku seorang dan teman-temanku ini membantuku saat para Iblis muncul." Danis mengangkat tangannya.

"Bisa kau ceritakan padaku apa yang terjadi?" tanya Herald.

Danis bercerita awalnya awalnya dia dan teman-temannya menjalankan misi rekomendasi untuk menginvestigasi benteng terbengkalai itu dan mereka menemukan ruangan rahasia, di dalam sana Danis menemukan banyak bercak darah dan seorang pria bertelinga runcing yang terikat dengan penuh luka.

Kemudian Danis menceritakan bahwa dia merasakan kejanggalan namun semua itu belum terjawab setelah muncul akar itu dan para Iblis. Setelah mendengarkan penjelasan Danis, mereka semua terkejut.

"Jangan bilang itu Elf?!" ucap Roy dengan menggenggam pundak Danis.

"Masuk akal, karena akar itu merespon adanya kekuatan Mana dan Elf adalah pengguna Mana terbesar." sambung Vera.

"Kalau hal ini sampai didengar oleh Raja Nervana maka akan terjadi kekacauan." ucap Feria.

Setelah mendengarkan apa perkataan Feria, raut wajah Tuan Herald dan Kapten Terov menjadi serius.

"Kau benar, menggunakan Elf sebagai tumbal untuk menghancurkan Kerajaan Elf sendiri itu adalah rencana yang sangat licik." ucap Terov.

"Kita masih tidak tau siapa pelaku dibalik semua ini tapi kalian bertemu dengan Iblis yang membuat kekacauan bukan?" sambung Herald.

"Ya, aku sempat mengambil tanduk iblis dari bangkainya." Vera menunjukkan tanduk Iblis.

"Hei Vera, apa kau gila menyimpan benda menjijikkan seperti itu?!" ucap Roy.

"Tanduk Iblis ini mahal lho kalau dijual." balas Vera

Roy kemudian mengacungkan jempol. "Oh kerja bagus."

Vera yang sedang menahan emosi. "Bikin jengkel aja."

"Bisakah kau memberikan itu padaku? aku akan membelinya sebagai bukti dan melaporkan ini kepada para petinggi di Kerajaan Nervana." ucap Herald.

"Tentu."

Tanpa pikir panjang Vera menyerahkan tanduk Iblis itu kepada Tuan Herald dan mendapatkan bayarannya sebanyak 2 keping emas. Kemudian mereka berempat pergi keluar untuk mencari udara segar dan memulai rencana mereka.

"Bagus, sekarang kita punya uang cukup untuk membeli kuda." ucap Feria.

"Hei jangan lupakan jatah kami!" saut Roy.

"Iya Iya.." balas Vera.

Tidak lama kemudian Kapten Terov datang menemui mereka dengan membawa sekantung berisi uang hadiah.

"Hei kalian, terima kasih telah menyelesaikan misi rekomendasi dariku dan sekarang aku mengerti penyebab kematian prajuritku. Terima lah ini dan aku menyarankan kalian untuk ikut pasukanku menuju kota selanjutnya."

"Ah aku tidak mengira kalau misi itu dari anda, terima ka-" ucapan vera diputus oleh Danis.

"Tidak terima kasih, bolehkan kami meminta sesuatu selain uang itu." ucap Danis.

"Hei Dan!" teriak Vera dan Roy.

Mendengar tanggapan Danis, Kapten Terov menjadi bingung karena kebanyakan orang menerima misinya memang menginginkan hadiah uang tetapi Danis tidak.

"B-Baiklah jika itu maumu."

"Bisakah kamu bekerja sama dengan Bon dan warganya ras manusia kucing untuk menuju ke kota selanjutnya?" tanya Danis.

"Apa yang kamu bicarakan?! tentu saja aku tidak bisa bekerja sama dengan para pencuri itu dan jika kamu memaksa maka beri aku alasan yang tepat." jawab Kapten Terov dengan tegas.

"Bon dan warganya terpaksa mencuri karena belum mendapatkan bantuan dari Kerajaan dan setidaknya mereka sudah mengembalikan barang curian mereka bukan?" Danis mencoba menjelaskan.

"I-Itu benar, kalau cara ini bisa membuat mereka berhenti mencuri maka aku terima alasanmu." ucap Kapten Terov.

"Baguslah." Ucap Danis

"Tapi aku hanya butuh 1 orang saja dari mereka yang bisa ku ajak." balas Kapten Terov.

"Tidak masalah."

Percakapan mereka akhirnya selesai, Kapten Terov memanggil tunggangannya seekor monster rusa untuk kembali ke benteng perbatasan bersama para pasukannya.

Setelah Kapten Terov pergi dari tempat itu Feria mulai mencurigai Danis. "Vera, Roy.. cubit telinga Danis dan seret dia ke penginapan."

Vera dan Roy membalas. "Siap!"

"Heh?! adu!ad..!duuhh!!" teriak Danis kesakitan.

Sesampainya di kamar penginapan, Danis diikat di atas kursi layaknya seorang penjahat yang akan diinterogasi.

Danis yang merasa tidak tau kenapa dia diikat akhirnya bertanya. "Ee.. apa aku punya salah?"

Dengan ekpresi curiganya Feria bertanya. "Apa yang kau sembunyikan dari kami? jawab!"

Sambil menutup matanya, Danis mencoba untuk mengingat. "Hmm oh! Roy menyuruhku untuk mencuri uang dari hasil jual tanduk Iblis jika kita tidak mendapatkan pembagian 50 persen."

Rey terkejut atas perkataan Danis. "Wo! Woi! aku masih belum memikirkan rencana itu!"

Vera bersiap memukul. "Royyy!!"

Roy langsung ketakutan. "HIII!!"

Kemudian Feria membentak Danis karena tidak serius menjawab. "Danis! katakan yang sebenarnya! aku tau kamu pasti terlibat dengan sesuatu yang tidak kami ketahui!"

Tanpa pikir panjang akhirnya Danis berkata. "Oh maksudmu konspirasi? ini masih menjadi pertanyaan untukku karena konspirasi ini masih belum terlihat jelas dan aku hanya bisa menebak ada konspirasi perbudakan di Kerajaan ini."

Roy kaget. "Apa?! yang benar saja perbudakan masih ada!"

Vera membalas. "Sayangnya itu masih ada."

Mendengar jawaban Danis, Feria merasa tidak percaya namun disisi lain dia bisa menerima itu karena sistem perbudakan masih berlaku di beberapa Kerajaan besar meskipun banyak petinggi yang mengecam sistem perbudakan. Sebelum Feria membalas perkataan Danis, terdengar suara langkah kaki yang samar-samar menuju ke tempat mereka.

"Ada 3.. tidak, ada 4 orang datang kesini." ucap Vera.

"Yang jelas itu bukan pemilik penginapan, mereka hanya akan mengejarku jadi kalian pergilah." Danis dengan mudah membebaskan dirinya yang diikat.

"Eh?!"

"Tidak, sebagai saudaramu aku akan membantumu menghadapi mereka!" teriak Roy.

"Jangan becanda! kalau kita bertarung disini nanti kita disuruh bayar ganti rugi!" balas Danis.

Mendengar keributan di balik pintu kamar, orang-orang misterius itu langsung mendobrak pintu BRAK!!. Setelah orang-orang misterius itu masuk untuk menyerang namun tak disangka ruangan itu sudah kosong dengan jendela yang terbuka lebar. Orang-orang itu kemudian mendekati jendela untuk mencari Danis dan teman-temannya namun tidak menemukan jejak ataupun petunjuk dan mengira mereka sudah pergi melarikan diri.

Dengan perlahan dinding kamar bergerak dan keluarlah Danis bersama teman-temannya untuk menyergap orang-orang misterius itu dari belakang sampai pingsan Brak! Bruk!!. Suara itu sampai terdengar oleh pemilik penginapan dan pelanggannya di lantai dasar.

"Semoga saja tidak ada barang yang rusak." ucap pemilik penginapan.

Setelah kejadian itu keempat orang misterius itupun diikat dijadikan satu.

"Untungnya dinding ini terbuat dari tanah jadi aku bisa menggunakan kekuatanku untuk bersembunyi." ucap Roy

"Ya..ya.. terima kasih untuk itu." balas Vera.

"Sekarang buka kain penutup kepala mereka." ucap Feria.

"Baik."

Saat Danis membuka penutup kepala orang itu, betapa terkejutnya mereka melihat wajah orang itu berkulit hitam dengan telinga runcing yang panjang.

"Dark Elf?!" Feria dan Vera terkejut.

"Jadi itu sebutannya, berarti pria ini saudaranya Elf dong?" tanya Danis.

"Ya iyalah, memang di dunia mu gak ada Elf?" tanya balik Vera.

"Entahlah, mereka hanya dikenal sebagai mitos atau mungkin sudah punah." balas Roy.

"S-sulit dipercaya." sambung Vera.

Melihat situasi seperti ini membuat Danis berpikir untuk mengambil langkah selanjutnya.

"Kita akan meninggalkan kota malam ini juga, sekarang waktunya berkemas." ucap Feria.

"Setuju."

Dengan cekatan mereka menyusun rencana dengan memasukkan barang-barang mereka kedalam tas dan kantung, Danis dan Roy keluar dari ruangan itu dengan melewati jendela.

Kemudian Feria dan Vera melancarkan aksi mereka dengan memecahkan vas bunga lalu berteriak "KYAA!! ada pencuri!!"

Mendegar teriakan itu, pemilik penginapan langsung bergegas membawa senjata. "Anak-anak waktunya bertugas."

Karena pelanggan di penginapan itu rata-rata anggota serikat River maka semuanya mengeluarkan senjata mereka. "OUU!"

Setelah pemilik penginapan masuk, dia melihat Feria dan Vera berakting seperti mengikat orang-orang misterius itu yang baru tersadar.

"HMM!!" orang misterius itu berusaha melarikan diri namun tangan, kaki, dan mulut mereka sudah diikat.

"AA! Vas bungaku!!" teriak pemilik penginapan.

"Kami anggota serikat dan mereka ingin mencuri barang kami dengan berpakaian serba hitam." Feria menunjukkan tanda pengenal.

"Benar juga, dari penampilan mereka sudah mencurigakan! ayo kita bawa mereka ke penjara!!"

"OUU!!"

"HMM!! HMM!!"

Setelah orang-orang itu pergi akhirnya Feria dan Vera melanjutkan perjalanan mereka ke tempat yang sudah ditetapkan yaitu diluar kota River. Satu jam telah berlalu, akhirnya Danis dan Roy muncul bersama Rom salah satu warga Bon dari ras manusia kucing.

"Kalian lama sekali! jadi siapa dia?" tanya Feria.

"Dia adalah salah satu dari ras kucing yang pernah kuceritakan kemarin." balas Danis.

"Namaku Rom, guru Tia." sambung Rom.

"T-Tia katamu?!" Feria dan Vera terkejut.

Sambil berjalan ke tujuan berikutnya, mereka banyak berbicara mengenai kejadian yang tengah melanda Kerajaan ini, desas-desus mengenai konspirasi, penyakit dengan julukan sindrom pergi gila, mengenai Tia, dan lain-lain. Tak sadar mereka telah sampai di benteng perbatasan Nervana dan waktu itu sudah larut malam.

Kedatangan mereka sudah ditunggu oleh Kapten Terov dan beberapa prajurit penjaga.

"Kapten Terov, aku sudah membawanya." ucap Danis sambil melambaikan tangannya.

"Ah ternyata kamu." ucap Kapten Terov yang sudah mengenali Rom.

"Aku sudah mengerti situasinya dari Danis, Roy, Feria, Vera ... senang mengenal kalian." Rom menundukkan dirinya.

"Penjaga, antar dia ke tenda tamu dan jaga dia." perintah Terov.

"Baik!" Para penjaga mengantar Rom menuju ke tendanya.

"Kalau dilihat-lihat disini banyak anggota serikat berkumpul daripada di kota." ucap Feria sambil melihat sekitar.

"Itu benar karena ketua serikat, tuan Herald merekomendasikan misi mengawal para pedagang sampai ke kota selanjutnya." balas Kapten Terov.

"Oh pantas saja." sambung Vera.

"Kita akan berangkat pagi-pagi jadi aku menyarankan kalian untuk istirahat." ucap Kapten Terov dengan menunjukkan tenda.

"Ah untuk itu kami akan berangkat lebih awal dari kalian karena rute yang akan kami lalui berbeda." balas Feria.

"Apa kalian becanda?! rute lain sudah tidak aman lagi dan terlalu bahaya!" bentak Terov.

"Tidak apa-apa, kami sudah memperlihatkan kemampuan kami melawan Iblis bukan?" tanya Roy.

"B-Benar..tapi." Kapten Terov mencoba untuk tidak mengalah.

"Jangan dipikirkan, sebaiknya kita istirahat lebih awal." Danis menepuk pundak Kapten Terov.

Tanpa berkata panjang lagi, Kapten Terov mempersilahkan mereka untuk beristirahat didalam tenda tamu yang sudah tersedia. Malam itu terasa ramai, meskipun mereka akan pergi besok pagi tetapi para pedagang masih sempat menjajakan barang dagangan mereka di tempat itu karena ramainya aktivitas anggota serikat.

Meskipun begitu para penjaga tetap mengawasi daerah sekitar benteng perbatasan tanpa merasa lelah sedikitpun. Di sebuah tenda dengan penjaga, Rom mencoba untuk kilas balik sebelum dia datang kesini. Rom ditugaskan Danis untuk mencari sebuah petunjuk berupa luka tangan yang dimiliki seseorang dan sebuah kandang besar dengan bau darah.

Karena salah satu petunjuk itu akan membuka jawaban sebuah konspirasi dan tentunya Bon beserta warganya beharap lebih kepada Rom agar mereka selamat. Rom tidak boleh membocorkan hal ini kepada siapapun dan dia harus bertindak dengan hati-hati, memikirkan itu membuat Rom tidak bisa tidur.

Di sisi lain di kedalaman hutan, Rad berlari menggendong Tuan Putri Casta yang pingsan setelah terjun dari ketinggian air terjun setelah pengorbanan kematian Ogred. Dengan wujud monster kucing besar hitam, Rad berlarian menyusuri kegelapan hutan dengan sedikit cahaya penerangan dari Lilia.

"Ini benar-benar gawat! Lilia! apa akar-akar itu masih mengejar?!"

"Aku tidak bisa melihatnya! awas dari bawah!!" teriak Lilia.

"GRAAA!!"

Rad dengan cepat menghindar namun tetap saja dia menerima luka goresan GRASSHH! Akar-akar itu mulai mengitari mereka sehingga Rad sulit menemukan celah untuk berlari. Tak lama kemudian terdengarlah suara dentuman keras seperti raksasa yang sedang melangkah DUM! DUM!, dari balik kegelapan hutan muncullah seekor monster raksasa seperti pohon tua tapi tidak memiliki wajah.

"G-Guardian!" teriak Lilia.

"HROO!!!" raungan Guardian membuat makhluk sekitarnya berlarian.

Waktu berlalu dengan cepat, akhirnya Feria terbangun dengan berkeringat seperti telah mengalami mimpi buruk. Dia kemudian menoleh ke arah surat yang telah ia buat tadi malam, bertuliskan untuk temanku Tuan Putri Casta. Dengan hati-hati dia menyimpan surat itu kedalam tasnya dan seketika Vera masuk ke tenda untuk membangunkan Feria.

"Ah sudah bangun ternyata, apa aku perlu membuatkan sarapan sebelum kita berangkat?" tanya Vera.

"Tidak usah, kita sebaiknya bergegas berangkat." jawab Feria.

"Hmm baiklah."

Setelah berkemas, Feria keluar dari tendanya dan dia melihat seekor rusa besar dengan tanduk bercabang-cabang.

"Bukankah seharusnya kita membeli kuda?" tanya Feria sambil melihat rusa.

"Maunya, tapi pedagang itu merekomendasikan rusa ini karena tenaganya sama seperti kuda."

Vera menceritakan saat dia awalnya ingin membeli kuda namun pedagang itu merekomendasikan rusa yang tenaganya sama seperti kuda dan ditambah lagi Danis meminta Vera dengan matanya yang berkaca-kaca untuk membeli rusa itu karena dia ingin menaikinya. Tentunya Roy mengejek Danis karena sifatnya yang agak kekanak-kanakan dan pada akhirnya Roy sendiri yang menawar harganya dengan bantuanku.

"Untunglah harganya tidak sampai 1 koin emas." ucap Vera sambil menunjukkan uang kembaliannya.

"Jadi kenapa mereka bertengkar?" tanya Feria sambil melihat Danis dan Roy bertengkar.

"Biarkan aku menungganginyaa!!" Danis mendorong muka Roy.

"Kamu kan sudah menunggangi Iblis Kelabang kemarin! sekarang gantiann!" Roy mendorong muka Danis.

"Itu bukan tunggangan bodoh!" balas Danis.

Mendengar Danis dan Roy yang berisik di pagi hari membuat Feria merasa jengkel dan akhirnya menjitak kepala mereka PLAK! PLOK!. Saat itu matahari belum terbit namun Feria dan Vera sudah bersiap di depan gerbang dengan menunggangi rusa dan disisi lain Danis dan Roy mengikuti mereka dari belakang dengan kepala benjol.

Kapten Terov dan Rom yang melihat itu cuman bisa terdiam merasa heran, beberapa menit kemudian gerbang benteng perbatasan dibuka untuk Danis dan teman-temannya. Kesan pertama yang dirasakan adalah seperti memasuki dunia baru, Kerajaan Nervana memiliki wilayah hutan dengan tanaman raksasa di dalamnya.

Setelah memandangi alam sekitar mereka, Feria membuka petanya untuk menentukan arah rute yang telah ia buat tadi malam. Di sepanjang perjalanan, matahari mulai menampakkan sinarnya yang hangat dan banyak hal yang mereka kerjakan saat itu seperti Vera mengumpulkan beberapa tanaman, Roy mengumpulkan buah-buahan yang terjatuh di sepanjang jalan, dan Danis yang mondar-mandir sambil bermain dengan beberapa monster kecil di dalam hutan.

Saat mereka sampai di sungai, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Melihat sungai yang jernih dan sejuk membuat Vera tidak bisa menahan rasa hausnya.

"Lihat Tuan Putri! air ini bisa diminum tanpa dimasak dulu!"

Gluk! Gluk! Vera meminum air itu namun saat dia melihat di ujung sungai sana, Vera melihat Danis dan Roy mandi di sungai yang ia minum. BRUSSST!! seketika Vera menyemburkan air yang tengah ia minum karena merasa jijik dan langsung memarahi Danis dan Roy.

"WOII!! kalau mau mandi disini bilang dulu dong!!"

"Lah kenapa kita harus ijin dulu saat mandi?" tanya Danis.

"BAHAHAAHAHA! dia habis minum bekas air mandi kita!!" Roy tertawa terbahak-bahak.

"GRR!!! PUSARAN AIR!!" Vera kemudian mengeluarkan senjatanya dan langsung mengarahakannya ke sungai.

Danis dan Roy lupa kalau Vera adalah pengendali air dan seketika air sungai itu langsung berputar menjadi pusaran air yang bisa menyeret Danis dan Roy kedalam air sambil berputar.

"AAAA!!!! BLURRGGHH!!" Danis dan Roy tenggelam.

Feria hanya terdiam melihat peta dengan tidak menanggapi mereka. Setelah beberapa menit kemudian Danis dan Roy muncul di permukaan sungai, Roy yang kedinginan mengambil sebuah mantel dari kantung rusa untuk menghangatkan badannya.

"D-Dan.. bisakah kamu membuat api unggun?"

"Tunggu sebentar, aku akan mencari kayu bakar dulu." Danis pergi ke dalam hutan meskipun dia sudah basah kuyup.

"K-Kenapa dia tidak merasa kedinginan sepertimu? meskipun dia pengguna elemen api seharusnya dia bisa merasakan dingin." Vera merasa aneh.

Feria juga ingin berkata sesuatu namun dia hanya terdiam melihat Danis yang masuk kedalam hutan. Tidak lama kemudian Danis kembali dengan berlari tergesa-gesa seperti dikejar sesuatu yang besar dari balik hutan.

"K-Kalian cepat LARI!!"

"HROOO!!" Gaurdian muncul dari balik hutan dengan membawa sebongkah pohon tumbang sambil mengejar Danis.

"HEEE??!!!"

Bersambung.