Di sebuah ruangan yang dipenuhi bunga yang indah berwarna-warni, terlihat seorang anak kecil Elf yang duduk di atas kursi roda sedang memegang tangan Casta yang masih belum membuka matanya. Anak kecil Elf itu tampak sangat khawatir, sambil mengusap kepala Casta dia memejamkan matanya untuk berdo'a agar Casta cepat pulih.
Tak lama kemudian Anak kecil Elf itu merasakan tangan Casta yang bergerak sedikit demi sedikit dan kemudian Casta membuka matanya. Tanpa pikir panjang anak kecil Elf itu kemudian memeluk Casta yang masih terbaring dengan meneteskan air mata.
"Sister!"
"N-Nevi?"
Casta masih bingung dengan keadannya, kemudian dia bangun dari tempat tidurnya dengan melihat sekitarnya.
"Bukankah ini kamarku? tapi kurasa aku masih bertugas di gunung Ner, Oh Ogred! dimana dia?"
"Sister.., Ogred.. sudah meniggal." jawab Nevi.
"No.." dengan menangis, Casta memeluk adiknya dan tangisan itu terdengar oleh Rad yang berjaga di depan kamar Tuan Putri.
Kematian Ogred membawa duka baginya dan kelompok kurcaci lainnya, Tuan Putri Casta beserta Rad di minta menghadap ke ruang tahta Raja. Di ruangan tahta Raja sudah banyak orang berkumpul mulai dari Ras Elf, Ras manusia setengah kucing, dan Ras kurcaci. Mereka semua menunggu laporan apa yang Tuan Putri alami dan rekannya saat pergi untuk ekspedisi di gunung Ner.
Saat Tuan Putri Casta bersama Rad memasuki ruangan itu, dia menatap ke arah Raja bersama para petinggi lainnya sedangkan Nevi hanya bisa melihat kakaknya dari samping Raja.
"Panjang umur untuk Baginda Raja Vrandar." Casta dan Rad menundukkan diri.
"Casta, apa laporanmu siap?" tanya Raja Vrandar.
"Ya, Raja."
Casta menceritakan awal sebelum dia dan rekan-rekannya memasuki perut gunung Ner, dia memerintahkan Rad untuk pergi ke kampung halamannya Desa Klun namun disana sudah terkena sindrom peri gila dan tidak ada yang selamat. Mendengar perkataan itu petinggi manusia kucing beserta kelompoknya berusaha manahan sedih, kemudia Casta melanjutkan laporannya sampai mereka masuk ke perut gunung Ner.
Di dalam sana mereka melalui banyak rintangan dan singkat cerita mereka berjalan melewati dungeon reruntuhan kota tua Kurcaci. Monster-monster di dalam sana juga ikut mati akibat sindrom ini dan akhirnya mereka sampai di ujung jembatan dengan Bunga raksasa yang belum mekar. Kemudian Casta menceritakan bagaimana Ogred meninggal tertusuk akar yang tiba-tiba muncul dari belakang dengan suara yang terdengar samar-samar muncul saat itu.
"Setelah aku pingsan, aku tidak tau apa yang terjadi setelah itu.. aku.. turut berduka atas kematian Ogred dan aku minta maaf atas kelemahanku." ucap Casta dengan menatap petinggi kurcaci Rolig.
"Ogred.., dia sahabat terbaikku dan sudah ku anggap sebagai saudaraku sendiri.. aku tidak menyangka dia akan mati berkorban demi Tuan Putri."
"Kita semua disini merasakan kehilangan.. Rolig, musuh kita tidak memilih mangsanya untuk dibunuh." sambung Raja Vrandar.
"Rad, silahkan lanjutkan apa yang terjadi saat Tuan Putri Casta pingsan." ucap Mimies petinggi manusia kucing.
"Sebelum itu aku turut berduka atas kematian Ogred, dia menyuruhku untuk membawa Tuan Putri pergi dari tempat itu."
Rad menceritakan saat dia membawa Tuan Putri Casta yang pingsan menyusuri hutan yang gelap dengan bantuan Lilia, akar itu terus mengejar mereka hingga berhasil membuat mereka tersudut dan disaat itulah muncul makhluk yang berasal dari Hutan Suci yang disebut Guardian. Saat mendengar kata Guardian, para petinggi termasuk Raja terkejut dan langsung beranjak berdiri dari kursi tahta mereka.
Di sisi lain, Danis di kejar oleh Guardian yang membawa sebuah pohon tumbang sebagai senjata untuk memukul Danis.
Jlemm!! Danis menghindari serangan itu dan menuju ke teman-temannya.
"AAA!! Awas ada Monster raksasa!!!"
"Hroo!!" Guardian meraung.
"I-Itu Guardian!! kalian semua tutup telinga kalian!!" teriak Vera.
"APA?!!" Saat Guardian mulai menyerang Danis, seketika Guardian itu menghentikan serangannya saat Danis menutup telinganya.
"Fiuhh, terima kasih banyak Vera." ucap Danis.
"M-Monster apa-apa'an itu?!" tanya Roy yang ketakutan.
"Dia adalah Guardian si penjaga hutan, dulu hutan ini dilarang dimasuki oleh Manusia dan setelah perang bersejarah selesai Manusia boleh memasuki hutan ini dengan syarat telinga mereka harus ditutup karena manusia tidak memiliki telinga panjang seperti Elf." ucap Vera.
"Aku sarankan kalian jangan pernah melawan Guardian karena itu sama saja menyatakan perang dengan Kerajaan ini dan jangan sampai kalian tertangkap." sambung Feria.
"Lebih baik aku melarikan diri daripada berurusan dengan Monster itu." balas Roy.
"Tapi.., bukankah Guardian itu berada di Hutan Suci? jangan-jangan.. oh aku mempunyai firasat buruk." ucap Feria sambil menggenggam tangannya.
Tiba-tiba suara hentakan kaki terdengar keras dari arah yang berlawanan Jlemm! Jlemm!
"Awas di belakang kalian!!" teriak Danis.
"HROO!!"
Suara hentakan itu berasal dari Guardian lain yang tiba-tiba meloncat melewati Danis dan teman-temannya ke arah Guardian satunya dengan menyerang sampai keduanya ambruk hingga menggetarkan tanah hutan JLEMM!! Tentunya serangan mendadak itu membuat Danis dan teman-temannya menjadi panik dan tak lama kemudian kedua Guardian itu saling bertarung.
"Apa yang sudah terjadi?!" Roy panik.
"Lihat! Guardian itu dililit oleh akar Yggdrasil dan sepertinya sudah berubah!" teriak Vera.
"Ini pertanda buruk! sebaiknya kita pergi dari sini!" Feria menunjukkan jalannya.
"Aku setuju!" balas Danis.
Akhirnya mereka pun bergegas meninggalkan tempat itu sebelum kejadian buruk menimpa mereka dan suara raungan disertai dentuman keras mulai menggema di sela-sela pohon hutan sampai terdengar oleh beberapa orang di Karavan. Karavan itu memuat para Pedagang yang akan menuju ke kota selanjutnya dan mereka dilindungi oleh anggota Serikat River dan beberapa Prajurit Istana untuk melewati rute hutan Kerajaan Nervana.
"Suara itu.." seorang Elf turun dari atas pohon untuk memberi laporan kepada Kapten Terov.
"Kapten, sebaiknya kita mempercepat perjalanan kita karena aku mendengarkan ada pertempuran antar monster raksasa di arah tenggara." ucap Prajurit.
"Aku mengerti, semuanya dengarkan aku!"
Disaat beberapa penjaga dipanggil oleh Kapten Terov untuk berdiskusi, Rom melancarkan aksinya menyusuri Karavan untuk mencari kurungan besar yang berbau darah dan orang dengan bekas luka tusukan di telapak tangan. Karena Rom adalah Pencuri Senior, dia melakukan tugasnya dengan cepat dan cermat mengintip isi setiap kandang yang tertutup oleh kain tanpa ada yang mengetahui.
Saat dia akan mengintip di kurungan terakhir, tiba-tiba dia ditodong dengan pisau dari belakang tapi hal itu tidak membuat Rom panik.
"Apa yang kamu lakukan? pencuri." ucap orang misterius.
"Aku mencium bau darah disini, bolehkah aku melihat.. daganganmu?" tanya Rom dengan menunjuk kurungan.
"Tunjukkkan uangmu dulu jika kamu ingin membeli." jawab orang misterius.
"Baiklah.."
Saat Rom menunjukkan uangnya, orang itu juga membuka kain yang menutupi kurungan yang ternyata berisi tumpukan daging hewan.
"Daging rusa hasil buruan, kamu bisa memakannya langsung karena kamu bukan manusia."
"Biar ku coba."
Rom memberi 5 koin perak dan orang itu memberi satu iris daging rusa, Rom langsung memakan daging itu kemudian menjabat tangan orang pedagang itu.
"Daging yang enak dengan bumbu yang pas, terima kasih!"
"Ah tidak-tidak, terima kasih sudah membeli."
Saat saling menjabat tangan, Rom melihat ekspresi pedagang itu seperti menahan sakit karena Rom menjabat tangannya dengan sedikit kuat.
Waktu sudah menunjukkan sore hari dan suasana di dalam hutan Nervana mulai menampakkan keindahannya dimana cahaya muncul di bawah jamur raksasa, kunang-kunang yang bermunculan di tepi sungai, buah-buahan yang mengeluarkan cahayanya dibalik dedaunan pohon dan masih banyak lagi keindahan lainnya. Danis dan teman-temannya kini sudah menemukan tempat yang aman untuk beristirahat yaitu dibawah jamur raksasa.
"Apa-apaan tadi? apakah sindrom peri gila bisa menular ke Guardian?" tanya Roy.
"Bisa saja, karena Guardian terbentuk dari Mana sihir." jawab Vera.
Saat mereka beristirahat, Feria membuka bukunya untuk membagikan tugas kepada teman-temannya.
"Baiklah ku rasa cukup untuk istirahatnya, sekarang aku akan membagikan tugas kepada kalian."
"Oh ayolah, kakiku sudah kram akibat berlarian dari Monster itu." ucap Roy yang tersungkur di tanah.
"Jangan banyak mengeluh." balas Vera.
"Kalian enak daritadi naik rusa!" Roy marah-marah.
"Perkataan Vera benar, laki-laki sebaiknya tidak banyak mengeluh.. lihat Danis." ucap Feria melihat Danis.
Danis bersenang-senang dengan bermain lompat-lompat di atas Jamur raksasa yang begitu empuk "HAHAHA!!"
Kemudian Danis bermain kejar-kejaran dengan monster kecil dengan membawa ranting kayu "HAHAHA!!"
"A-Aku tidak biasa bergerak seharian penuh seperti dia, lagian kita belum makan sama sekali." balas Roy.
Danis tersungkur ke bawah dengan perut keroncongan Kruuk!
"Ah benar juga, kita harus menyiapkan makan malam. Vera.. tugasmu mencari buah-buahan, Danis! tugasmu membuat api unggun!, Roy.. tugasmu mengisi botol-botol ini dengan air di sungai." ucap Feria dengan menunjuk teman-temannya.
"Oi oi tunggu dulu, trus tugasmu apa?" tanya Roy yang protes.
"Sebagai ketua kelompok ini, tugasku memastikan semuanya berjalan dengan baik." jawab Feria sambil menutup bukunya.
"Apa katamu?!!"
Akhirnya Roy dan Feria saling adu bicara dan tanpa mereka sadari, suara mereka terdengar oleh Guardian yang tengah menyusuri hutan. Sadar akan hal itu Danis dan Vera langsung membungkam mulut Feria dan Roy, kemudian dengan cepat mereka bersembunyi di bawah jamur raksasa. Langkah kaki Guardian itu mulai terdengar mendekat, perlahan-lahan mereka berempat melangkah mundur agar tidak terlihat.
Mereka belum memastikan apa Guardian itu seperti biasa atau sudah menjadi ganas akibat terlilit akar Yggdrasil dan tak lama kemudian terlihat kaki raksasa Guardian menginjak jamur raksasa hingga hancur lebur. Semakin mendekat semakin detak jantung mereke berdebar kencang dan saat tiba di atas jamur raksasa mereka, tiba-tiba gerakan Guardian itu berhenti.
Untuk memastikan apa yag terjadi, Danis memberanikan diri untuk pergi melihat dengan menyuruh teman-temannya agar tetap diam dan tenang. Saat Danis mengintip dibalik batang jamur raksasa, dia melihat rusanya aman dengan memakan rumput disekitarnya.
Sambil menutup telinganya Danis kemudian melangkah maju sedikit demi sedikit dan saat dia melihat ke atas dari jamur raksasa, betapa terkejutnya dia melihat Guardian tanpa kepala dengan akar-akar Yggdrasil yang sudah melilit di tubuhnya.
Dengan perlahan Danis mencoba membuka telinganya dan tampaknya Guardian itu tidak merespon, kemudian Danis mencoba melempar kerikil ke arah yang jauh untuk menghasilkan suara dan hasilnya Guardian tanpa kepala itu menggerakkan badannya ke arah suara tersebut. Terlihat ada kesempatan Danis mencoba memancing rusanya agar mendekat padanya dan kabur bersama yang lainnya dari tempat ini.
Feria, Vera, dan Roy yang melihat itu juga tampak panik namun mereka berusaha agar tidak mengeluarkan suara. Saat Danis mulai meraih rusanya, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang mengintai dari balik pohon besar. Seketika pohon besar itu terangkat oleh Guardian yang berada di baliknya dan langsung melemparkannya ke arah Danis yang tentunya membuat teman-temannya sangat panik.
Dengan cepat Danis menaiki rusanya kemudian langsung memacu cepat lalu Jlem!! suara pohon menghantam ke tanah dengan keras sampai membuat debu berterbangan.
"Danis!!" teriak teman-temannya.
Dibalik debu yang berterbangan, Danis keluar selamat dari seragan itu namun suara keras tadi memancing Guardian tanpa kepala untuk mendekatinya.
"Hroo!!" kedua Guardian mulai mengejar Danis.
"Kalian semua!! cepat pergi bersembunyi di dalam hutan!" teriak Danis dengan memacu rusa.
Melihat Danis memancing kedua Guardian itu kedalam hutan membuat Roy ingin mengejarnya namun niatnya itu terhenti saat Feria menarik tangannya.
"Apa yang kau-?!"
"Kita perlu rencana kalau kamu ingin Danis selamat." ucap Feria dengan menarik tangan Roy.
"Itu benar." sambung Vera.
Suasana di dalam hutan yang rindang mulai gelap karena matahari mulai tenggelam, Danis bersama rusanya bersembunyi dibalik gua kecil di tepi sungai. Sambil mengawasi sekitarnya, Danis mengusap bulu rusanya agar dia tetap tenang dan tak lama kemudian dia mendengarkan suara langkah Guardian itu lagi. Karena merasa lelah dikejar terus akhirnya Danis memutuskan untuk melawan Guardian itu meskipun ia tau konsekuensinya.
"kita tidak akan lari lagi.. tetaplah disini kawan, biar aku yang mengurus Monster itu."
Di sisi lain Feria, Vera, dan Roy melakukan rencana mereke dengan berada di posisi bersembunyi masing-masing. Vera mengangkat tangannya untuk menandakan kepada teman-temannya jika Guardian sudah terlihat dan berada di sekitar sini. Rencana mereka adalah memancing kedua Guardian itu agar mendekati tebing dengan pancingan suara kemudian Roy akan menggunakan kekuatan elemen tanahnya untuk meruntuhkan tebing itu bebatuan itu ke arah kedua Guardian.
"Semoga berhasil." Feria memanah tebing itu dari kejauhan untuk membuat suara.
Grak! suara panah Feria menancap di tebing bebatuan dengan disusul suara batu-batu yang berjatuhan.
"Mendekatlah.. mendekatlah.." gumam Roy yang besembunyi di atas tebing beralaskan semak-semak.
Kedua Guardian itu mulai melangkah secara perlahan mendekati sumber suara itu ke tebing bebatuan. Saat Roy fokus ke arah kedua Guardian tersebut, seketika Guardian itu mengangkat pohon besar di depannya dan melemparkannya ke arah Roy.
"T-tidak mungkin ROY AWASS!" teriak Vera.
"Aku tidak akan lari!! HAAA!!" Roy mengeluarkan kekuatannya dengan membentuk batu di tebing itu menjadi lancip dan kemudian melesat tepat ke arah Guardian yang melempar pohon tadi BRAKK!!.
Jlem!! pohon terlempar tadi mendarat ke tempat Roy berada, Feria dan Vera merasa tertegun melihat hal itu namun tak lama kemudian muncullah Danis dengan menompang pundak Roy.
"Tadi itu hampir saja." ucap Danis.
"Padahal aku datang untuk menyelamatkanmu, tapi sekarang aku tertolong." balas Roy.
"Haha tidak usah dipikirkan." ucap Danis.
"HEII KALIAN CEPATLAH MENYINGKIR DARI SANA!" teriak Vera dari balik semak-semak.
Guardian tanpa kepala mulai berlari menuju ke tempat Danis dan Roy, kemudian Danis membawa Roy ke bawah pohon untuk beristirahat lalu Danis mengeluarkan senjatanya.
"Aku tau ini akan menjadi masalah tapi aku tidak akan tinggal diam! HAAA!!"
"DANIS!" teriak Roy.
Jlemm!!! tebing langsung bergetar ditabrak oleh Guardian tanpa kepala lalu Danis meloncat dari atas tebing dan langsung menancapkan pedang apinya ke punggung Guardian agar dia tidak terjatuh. Saat Danis berusaha memanjat tubuh Guardian itu, dia melihat sebuah kristal yang dililit oleh akar Yggdrasil dan tanpa pikir panjang lagi Danis langsung menebasnya GRASHH!.
Seketika Guardian tanpa kepala itu terjatuh dan hancur lebur menjadi abu yang tertiup ke udara. Saat kondisi terlihat aman akhirnya Feria, Vera, Roy, dan Danis berkumpul di Guardian yang tertancap oleh batu lancip yang dibuat Roy.
"Kita benar-benar melawan Monster dari Hutan Suci." ucap Vera melihat Guardian yang sudah tak berdaya.
"Aku tidak tau apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya." Feria menjadi resah.
"Biarkan aku yang membunuhnya, Danis." ucap Roy melangkah kedepan Danis.
"Tidak, aku sudah membunuh Gaurdian tanpa kepala itu jadi biarkan aku menyelesaikannya."
Danis menaiki badan Guardian itu dan mereka melihat sebuah kristal yang dililit oleh akar Yggdrasil yang dipercaya sebagai inti Guardian.
Saat Danis mengangkat senjata pedangnya tiba-tiba dia mendengar sebuah bisikan "bunuh.. aku."
Mendengar bisikan itu kemudian Danis menganggukkan kepalanya dan langsung menancapkan pedangnya ke arah kristal tersebut.
"Hroo!!!" raungan sakit Guardian menggema di antara pohon hutan.
Guardian itu kemudian mati menjadi abu dan tak lama kemudian dari kejauhan terdengarlah suara siulan panjang dari arah kedalaman hutan Trriiitt!!. Vera yang tidak asing dengan tanda ini langsung memperingati teman-temannya jika tanda ini berasal dari Elf Prajurit Istana.
Mereka tau konsekuensi jika membunuh Guardian sama saja dengan menyulut api peperangan dengan Kerajaan Nervana dan akhirnya Danis menyuruh teman-temannya untuk pergi meninggalkannya.
"Kalian pergilah!"
"Tidak untuk kedua kalinya Danis!" Roy kesal.
"Roy benar Danis! jangan memaksakan dirimu sendiri!" sambung Vera.
"Apa kau lupa kita adalah satu tim?!" Feria mencoba meyakinkan Danis.
"Aku tidak ingin kalian terlibat dengan perbuatanku ini.. Feria, kamu ingin bertemu dengan temanmu di Kerajaan Nervana bukan?" Danis membalikkan badannya.
"Bagaimana kamu-?!" Feria terkejut.
"Maaf sudah melihat suratmu tadi pagi, kamu tidak ingin bertemu dengan temanmu sabagai tersangka pembunuh Guardian bukan?" tanya Danis.
"Kalau begitu Feria dan Vera yang akan pergi dan biarkan aku tetap disini." ucap Roy dengan menarik Danis.
"Roy! kita tidak tau apa yang akan terjadi, apa kalian lupa dengan tugas utama kita?!" Danis membentak teman-temannya.
"Khh!! aku mengerti!" Roy merasa kesal.
"Pergilah ke gua kecil di balik tebing ini, disana sudah ada rusa yang menunggu cepat!" ucap Danis dengan menunjuk arah.
"Berjanjilah!" Feria membentak Danis.
"Aku berjanji, kita akan bertemu lagi." balas Danis.
Tanpa mengucapkan kata-kata lagi Roy menggegam keras pundak Danis seperti melampiaskan kekesalannya dan kemudian Roy pergi.
"Awas jika kamu tidak menepati janjimu."
"Danis, berhati-hatilah."
Feria dan Vera akhirnya pergi dengan rasa kekesalan dan kekhawatiran yang bercampur aduk.
Danis yang kini sudah sendirian, dia duduk dengan menancapkan pedangnya dibelakang sambil menunggu para Prajurit Elf itu datang. Setelah lebih dari 5 menit terdengarlah suara gemuruh dari dalam hutan kemudian Danis beranjak dari tempat duduknya.
Sadar kalau posisinya sudah terkepung akhirnya Danis mengankat kedua tangannya. Saat para Prajurit itu keluar dari kegelapan hutan, mereka langsung terkejut setelah melihat tumpukan abu dari kedua Guardian yang sudah mati ternyata dibunuh oleh 1 manusia.
"Apa-apa'an ini?"
"Maaf." ucap Danis.
Sebuah jarum menusuk leher Danis dan langsung membuatnya jatuh pingsan.
"Bawa dia ke Penjara Istana." ucap Rad yang datang dari belakang para Prajurit Elf.
Bersambung.