Bab 4 Mencari Restu

Kejadian di taman pesantren membuat Titah dan Daffa semakin waspada. Mereka tahu bahwa Fikri tidak akan mudah menyerah. Mereka harus mencari cara untuk mengatasi konflik ini sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Mereka mencari nasihat dari Ustadz Amin. Mereka menjelaskan semua yang terjadi kepada Ustadz Amin, termasuk ancaman Fikri. Ustadz Amin mendengarkan dengan sabar, kemudian memberikan nasehat kepada mereka.

"Titah dan Daffa, aku mengerti kalian sedang mengalami kesulitan. Tetapi, kalian harus tetap menjaga hubungan kalian dengan baik. Jangan sampai kalian terpancing emosi oleh Fikri. Kalian harus tetap tenang dan bijaksana dalam mengatasi konflik ini," ujar Ustadz Amin.

Ustadz Amin menyarankan agar Titah dan Daffa menunjukkan keseriusan hubungan mereka kepada pihak pesantren. Ia menyarankan agar Titah dan Daffa mencari cara untuk mendapatkan restu dari pihak pesantren.

"Kalian harus membuktikan bahwa hubungan kalian adalah hubungan yang serius dan mendapat restu dari orang tua kalian. Kalian juga harus menunjukkan bahwa hubungan kalian tidak akan mengganggu aktivitas belajar kalian di pesantren," ujar Ustadz Amin.

Titah dan Daffa menyetujui nasehat Ustadz Amin. Mereka bertekad untuk mencari cara untuk mendapatkan restu dari pihak pesantren. Mereka mulai berdiskusi tentang bagaimana cara yang tepat untuk menunjukkan keseriusan hubungan mereka.

Mereka mencari nasihat dari para ustadz dan ustadzah lainnya di pesantren. Mereka juga berdiskusi dengan orang tua mereka. Mereka meminta dukungan dan doa dari semua orang yang mereka sayangi.

Titah dan Daffa bertekad untuk membuktikan bahwa hubungan mereka adalah hubungan yang kuat dan mendapat restu dari semua pihak. Mereka berharap bahwa hubungan mereka akan bisa menaklukkan segala tantangan yang ada di depan mereka.

Namun, hubungan mereka kemudian diuji oleh tantangan baru. Titah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Titah sangat bahagia mendapatkan peluang ini, tetapi ia juga merasa sedih karena harus berpisah dengan Daffa. Daffa pun merasa sedih mendengar kabar ini. Ia khawatir tentang bagaimana hubungan mereka akan berlanjut jika Titah pergi ke luar negeri.

Titah dan Daffa berdiskusi tentang dilema yang mereka hadapi. Mereka sama-sama mencintai satu sama lain, tetapi mereka juga menginginkan yang terbaik untuk masa depan mereka. Titah ingin menjalani mimpi untuk melanjutkan studi di luar negeri, tetapi ia juga tidak ingin berpisah dengan Daffa. Daffa ingin mendukung mimpi Titah, tetapi ia juga khawatir tentang bagaimana hubungan mereka akan berlanjut jika Titah pergi ke luar negeri.

Mereka mencari nasihat dari orang tua mereka dan juga dari Ustadz Amin. Mereka menjelaskan dilema yang mereka hadapi dan meminta pendapat dari mereka.

Orang tua Titah mendukung keputusan Titah untuk melanjutkan studi di luar negeri. Mereka mengatakan bahwa peluang ini adalah peluang yang sangat baik untuk Titah dan mereka ingin Titah menjalani mimpi tersebut. Namun, mereka juga menasihati Titah agar tidak lupa dengan hubungannya dengan Daffa.

Orang tua Daffa juga mendukung keputusan Titah. Mereka mengatakan bahwa mereka menghormati pilihan Titah dan mereka ingin Titah menjalani mimpi tersebut. Namun, mereka juga menasihati Daffa agar tetap menjaga hubungan dengan Titah meskipun Titah berada di luar negeri.

Ustadz Amin juga memberikan nasehat kepada Titah dan Daffa. Ia mengatakan bahwa hubungan mereka adalah hubungan yang kuat dan mendapat restu dari semua pihak. Ia menyarankan agar Titah dan Daffa mencari cara untuk menjaga hubungan mereka meskipun Titah berada di luar negeri.

Titah dan Daffa mencoba untuk mencari solusi atas dilema yang mereka hadapi. Mereka berdiskusi tentang bagaimana cara yang tepat untuk menjaga hubungan mereka meskipun Titah berada di luar negeri. Mereka mencoba untuk mencari cara agar hubungan mereka bisa bertahan dalam jarak yang jauh.

Mereka bertekad untuk menjalani hubungan mereka dengan baik, mencari cara agar hubungan mereka bisa direstui oleh orang tua mereka dan juga oleh pihak pesantren. Mereka berharap bahwa cinta mereka akan bisa menaklukkan segala tantangan yang ada di depan mereka.

Titah dan Daffa mengalami perdebatan yang panjang tentang masa depan hubungan mereka. Titah menginginkan Daffa untuk ikut bersama ke luar negeri, tetapi Daffa masih memiliki tanggung jawab di Indonesia. Daffa ingin menjalankan mimpi Titah, tetapi ia juga tidak ingin meninggalkan keluarga dan pesantren.

Mereka mencoba untuk mencari jalan keluar dari dilema ini. Mereka berdiskusi dengan orang tua mereka, Ustadz Amin, dan juga teman-teman dekat mereka. Mereka mencari nasihat dan dukungan dari semua orang yang mereka sayangi.

Akhirnya, Titah dan Daffa menemukan solusi. Titah menyatakan bahwa ia akan melanjutkan studi di luar negeri, tetapi ia akan menjalani hubungan jarak jauh dengan Daffa. Mereka berjanji untuk saling mendukung dan menjalani hubungan mereka dengan baik, meskipun terpisah jarak.

Titah dan Daffa mencari cara untuk menjaga hubungan mereka tetap kuat meskipun terpisah jarak. Mereka janji untuk saling menghubungi setiap hari, baik melalui telepon, pesan, maupun video call. Mereka juga berjanji untuk saling mengunjungi setiap beberapa bulan sekali.

Titah dan Daffa juga mencari cara untuk menjalani hubungan mereka dengan baik di lingkungan pesantren yang ketat. Mereka mencari cara untuk menjaga hubungan mereka tetap rahasia, tetapi juga tidak ingin menghilangkan kebahagiaan mereka.

Mereka mencoba untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan baik. Mereka saling mendukung dan menjalani hubungan mereka dengan baik. Mereka berharap bahwa cinta mereka akan bisa menaklukkan segala tantangan yang ada di depan mereka.

Titah dan Daffa menjalani hubungan jarak jauh dengan baik. Mereka saling menghubungi setiap hari, baik melalui telepon, pesan, maupun video call. Mereka juga saling mengunjungi setiap beberapa bulan sekali. Mereka berusaha untuk menjaga hubungan mereka tetap kuat, meskipun terpisah jarak.

Namun, hubungan mereka kemudian diuji oleh tantangan baru. Titah mendapatkan teman baru di kampus luar negeri. Teman baru ini adalah seorang mahasiswa yang sangat pintar dan menarik. Titah mulai merasa dekat dengan teman barunya ini. Ia sering berbicara dengan teman barunya ini tentang segala sesuatu, termasuk tentang hubungannya dengan Daffa.

Daffa merasa cemburu ketika mendengar Titah sering berbicara tentang teman barunya ini. Ia khawatir tentang hubungan mereka yang semakin jauh karena adanya teman baru ini. Daffa mencoba untuk menghubungi Titah lebih sering, tetapi Titah sering sibuk dengan aktivitas kampusnya dan juga dengan teman barunya ini.

Suatu hari, Daffa menemukan surat dari Titah yang tertinggal di meja belajarnya. Daffa membuka surat itu dan membaca isi surat tersebut. Surat itu adalah surat dari Titah untuk teman barunya itu. Daffa terkejut ketika membaca isi surat itu. Titah mengungkapkan perasaannya pada teman barunya itu dalam surat tersebut. Titah mengatakan bahwa ia merasa dekat dengan teman barunya ini dan ia mulai merasa jatuh cinta pada teman barunya ini.

Daffa merasa hancur ketika membaca surat itu. Ia tidak menyangka bahwa Titah akan merasa jatuh cinta pada orang lain selama ia berada di luar negeri. Daffa merasa kecewa dan sakit hati. Ia merasa bahwa hubungan mereka telah hancur.

Daffa mencoba untuk menghubungi Titah, tetapi Titah tidak menjawab teleponnya. Daffa mencoba untuk mengirim pesan, tetapi Titah juga tidak membalas pesannya. Daffa merasa kecewa dan putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa.