Daffa terpuruk dalam kesedihan. Ia tidak menyangka bahwa Titah akan merasa jatuh cinta pada orang lain selama ia berada di luar negeri. Ia merasa kecewa dan sakit hati. Ia merasa bahwa hubungan mereka telah hancur.
Daffa mencoba untuk menghubungi Titah, tetapi Titah tidak menjawab teleponnya. Daffa mencoba untuk mengirim pesan, tetapi Titah juga tidak membalas pesannya. Daffa merasa kecewa dan putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
Daffa mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia mencoba untuk berpikir jernih tentang situasi yang sedang ia hadapi. Ia mencoba untuk mengerti perasaan Titah. Ia mencoba untuk memahami alasan Titah mengingkari janjinya padanya.
Daffa mencoba untuk mencari nasihat dari teman-temannya dan juga dari Ustadz Amin. Ia menjelaskan situasi yang sedang ia hadapi dan meminta pendapat dari mereka.
Teman-temannya menasihati Daffa agar tidak terlalu bersedih. Mereka mengatakan bahwa Daffa harus menerima kenyataan bahwa hubungan mereka telah hancur. Mereka mengatakan bahwa Daffa harus melupakan Titah dan mencari kebahagiaan baru.
Ustadz Amin menasihati Daffa agar tetap berdoa dan bersabar. Ia mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah. Ia mengatakan bahwa Daffa harus menerima kenyataan dan mencari kebahagiaan baru.
Daffa mencoba untuk menerima kenyataan bahwa hubungan mereka telah hancur. Ia mencoba untuk melupakan Titah dan mencari kebahagiaan baru. Daffa mulai fokus pada aktivitas pesantrennya. Ia mulai berfokus pada belajar dan juga pada aktivitas organisasi pesantren.
Namun, Daffa masih merasa sedih dan kecewa. Ia masih mencintai Titah. Ia masih menginginkan Titah kembali padanya. Daffa mencoba untuk menghubungi Titah lagi, tetapi Titah tetap tidak menjawab teleponnya. Daffa mencoba untuk mengirim pesan, tetapi Titah juga tetap tidak membalas pesannya.
Daffa mencoba untuk mencari kebahagiaan baru. Ia mulai fokus pada aktivitas pesantrennya. Ia mulai berfokus pada belajar dan juga pada aktivitas organisasi pesantren. Daffa mencoba untuk menyalurkan energinya pada hal-hal yang positif.
Daffa juga mencoba untuk berteman dengan santri wanita lainnya. Ia mencoba untuk membuka hati untuk perasaan baru. Namun, Daffa masih merasa sulit untuk melupakan Titah. Bayangan Titah masih berkibar di hatinya.
Suatu hari, Daffa bertemu dengan seorang santri wanita yang bernama Aisyah. Aisyah adalah santri yang sangat baik hati dan menarik. Aisyah juga merupakan sahabat dekat Titah. Daffa merasa nyaman berbicara dengan Aisyah. Aisyah mendengarkan cerita Daffa tentang hubungannya dengan Titah. Aisyah mencoba untuk menenangkan Daffa dan memberikan semangat kepada Daffa.
Daffa mulai merasa tertarik pada Aisyah. Ia menemukan kebahagiaan baru bersama Aisyah. Aisyah mendukung Daffa untuk melupakan Titah dan mencari kebahagiaan baru. Aisyah mengatakan bahwa Daffa adalah orang yang baik dan ia pasti akan menemukan kebahagiaan baru di masa depan.
Daffa mulai merasa bahagia lagi. Ia mulai menikmati hidupnya lagi. Ia mulai menemukan makna hidup yang baru. Daffa mulai merasa optimis tentang masa depannya.
Daffa mencoba untuk mencari kebahagiaan baru bersama Aisyah. Aisyah mendukung Daffa untuk melupakan Titah dan mencari kebahagiaan baru. Aisyah mengatakan bahwa Daffa adalah orang yang baik dan ia pasti akan menemukan kebahagiaan baru di masa depan.
Daffa mulai menikmati hidupnya lagi. Ia mulai menemukan makna hidup yang baru. Daffa mulai merasa optimis tentang masa depannya. Ia mulai menemukan kebahagiaan baru bersama Aisyah.
Daffa dan Aisyah sering berbicara tentang segala sesuatu. Mereka saling mendukung dan menjalani hubungan mereka dengan baik. Daffa mulai merasa bahagia lagi. Ia mulai melupakan Titah dan mencari kebahagiaan baru bersama Aisyah.
Namun, Daffa masih merasa sedih ketika ia mengingat Titah. Ia masih mencintai Titah. Ia masih menginginkan Titah kembali padanya. Daffa mencoba untuk menghubungi Titah lagi, tetapi Titah tetap tidak menjawab teleponnya. Daffa mencoba untuk mengirim pesan, tetapi Titah juga tetap tidak membalas pesannya.
Suatu hari, Daffa mendapat kabar bahwa Titah akan pulang ke Indonesia. Titah akan pulang untuk mengunjungi keluarganya dan juga untuk menjalankan program magang di sebuah perusahaan di Indonesia. Daffa merasa bahagia mendengar kabar ini. Ia ingin bertemu dengan Titah lagi. Ia ingin menjelaskan perasaannya pada Titah. Ia ingin mendapatkan jawaban dari Titah tentang perasaannya.
Daffa menghubungi Titah dan menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan Titah. Titah menjawab pesan Daffa. Titah mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Daffa. Titah mengatakan bahwa ia ingin menjelaskan segalanya pada Daffa.
Daffa dan Titah bertemu di sebuah cafe dekat pesantren. Mereka berbicara tentang segalanya. Titah menjelaskan perasaannya pada Daffa. Titah mengatakan bahwa ia masih mencintai Daffa, tetapi ia juga merasa dekat dengan teman barunya itu. Titah mengatakan bahwa ia bingung tentang perasaannya.
Daffa mendengarkan penjelasan Titah dengan sabar. Daffa mengatakan bahwa ia mengerti perasaan Titah. Daffa mengatakan bahwa ia masih mencintai Titah dan ia ingin memberikan kesempatan kepada Titah untuk memilih.
Titah terdiam sejenak. Ia menatap mata Daffa dengan tatapan yang dalam. Titah mengatakan bahwa ia ingin memikirkan segalanya terlebih dahulu. Titah mengatakan bahwa ia akan memberikan jawaban pada Daffa keesokan harinya.
Daffa menyetujui permintaan Titah. Daffa mengatakan bahwa ia akan menunggu jawaban Titah. Daffa mengatakan bahwa ia mencintai Titah dan ia akan selalu menunggu Titah.
Daffa dan Titah berpisah dengan perasaan yang campur aduk. Daffa menunggu jawaban Titah dengan deg-degan. Daffa khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Daffa kembali ke pesantren dengan perasaan yang berat. Daffa mencoba untuk berfokus pada aktivitas pesantrennya, tetapi pikirannya tetap tertuju pada Titah. Daffa menunggu jawaban Titah dengan tidak sabar.
Keesokan harinya, Daffa menunggu telepon dari Titah. Namun, Titah tidak menghubungi Daffa. Daffa mencoba untuk menghubungi Titah, tetapi Titah tidak menjawab teleponnya. Daffa mencoba untuk mengirim pesan, tetapi Titah juga tidak membalas pesannya.
Daffa merasa cemas. Ia khawatir tentang apa yang terjadi pada Titah. Daffa mencoba untuk menghubungi Aisyah, tetapi Aisyah juga tidak menjawab teleponnya. Daffa merasa putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
Ponsel Titah bergetar di atas nakas. Nama Daffa terpampang di layar, bersama dengan ikon panggilan yang terus berdering. Titah menatap layar itu lama. Jari-jarinya bergetar ketika ia menjangkau ponselnya.
Hati Titah bercampur baur. Di satu sisi, ia merindukan suara Daffa, ingin berbagi perasaannya dan mendapatkan dukungan darinya. Di sisi lain, ia takut. Takut akan perkataan Daffa, takut akan reaksi Daffa terhadap keadaan yang sedang ia hadapi. Ia takut akan membuat Daffa kecewa.
Beberapa detik berlalu, rasa rindu mengalahkan ketakutannya. Dengan tangan yang masih gemetar, Titah menjawab panggilan Daffa. Suaranya terdengar sedih dan lemah ketika ia mengucapkan nama Daffa.
"Daffa..."
"(Titah? Ada apa? Suara kamu kok kayak gitu?)" Daffa bertanya dengan nada khawatir, mendengar suara Titah yang terdengar lemah dan bergetar.
Titah menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum bercerita. Ia menjelaskan semuanya pada Daffa, mulai dari masalah yang ia hadapi sampai dengan perasaannya yang bimbang dan sedih. Ia menceritakan segalanya dengan jujur dan terbuka, tanpa menyembunyikan sesuatu pun.
Daffa mendengarkan dengan sabar dan perhatian. Ia tidak memotong cerita Titah, ia hanya mendengarkan dan mencoba untuk memahami perasaan Titah. Sesekali, ia mengucapkan kata-kata yang menenangkan dan memberikan dukungan pada Titah.
Setelah Titah selesai bercerita, Daffa terdiam sejenak. Ia merasa sedih dan kasihan melihat Titah sedang mengalami kesulitan. Ia juga merasa marah pada orang-orang yang telah menyebabkan Titah menderita.
"Tenang, Titah," kata Daffa dengan lembut. "Aku ada di sini untukmu. Kita akan melewati ini bersama-sama."
Daffa memberikan dukungan dan solusi pada Titah. Ia menawarkan bantuannya dan menawarkan bahu untuk Titah bersandar. Ia mengatakan pada Titah bahwa ia akan selalu ada untuk Titah dan ia akan selalu mendukung Titah.