4. Mengunjungi Ayah dan Ibu

"Bunda,  ayah kami mendoakan semoga ibu dan ayah tenang di surga, tidak perlu mengkhawatirkan kami, Aku sebagai Kakak Tasya akan merawatnya sepenuh hati"

Serena meletakkan Sekuntum bunga di kuburan ibunya begitu juga ayahnya. Meski telah berpisah bertahun-tahun, tapi rasa sedih tak pernah surut dalam hatinya. 

"Kakak" Gadis kecil bermata indah di depannya menghapus air mata Serena membuat dia memiliki sedikit rasa bahagia dalam kesedihannya. 

"Kakak berhentilah menangis, aku aku juga akan menangis kalau kakak menangis" Gadis kecil berusia 10 tahun ini terlihat akan menangis, matanya berkaca-kaca. 

Serena pun mengusap wajahnya dan menghilangkan air mata yang membasahi kedua pipinya.  "Lihatkan, tidak ada air mata lagi"

Serena memaksakan senyuman, tapi saat dia menoleh kembali ke kuburan kedua orang tuanya wajah muram kembali terlukis di wajahnya. 

Serena kemudian bercerita banyak hal tentang sekolahnya, begitu juga adiknya Tasya. Seolah-olah mereka bicara dengan orang yang masih hidup.

Setelah cukup lama bercerita Serena dan Tasya pun memutuskan untuk Pulang. 

Itulah kebiasaan Serena dan Tasya Setiap hari minggu, mereka akan ke pemakaman orang tua dan bercerita tentang kehidupan mereka selama seminggu. 

Bagi Serena dan Tasya, rutinitas itu sangat penting, mereka seperti bicara kepada Ayah dan Ibu saat mereka masih hidup di dunia walaupun tidak akan pernah ada tanggapan dari mereka, Bagi Serena dan Tasya bercerita saja sudah cukup. 

Kehidupan Serena dan Tasya, setelah orang tua mereka tiada begitu memprihatinkan. Mereka Tinggal kembali di rumah nenek mereka.

Sejak mereka kembali ke rumah nenek, anggota keluarga yang lainnya nampak keberatan, Paman dan bibinya bahkan membuat mereka seperti pembantu. 

Serena yang kala itu masih kecil harus menerima perlakuan mereka yang semena-mena. Untungnya mereka memiliki Nenek yang teramat baik dan selalu melindungi mereka. 

Tapi sejak usia 15 Tahun, Serena telah mampu menghidupi dirinya dan Adiknya sehingga dia memutuskan untuk Pindah dari rumah Neneknya dan kembali kerumah orang tua mereka. Warisan Orang Tua pun hanya bisa di ambil saat usia Serena 18th. 

Novel yang di tulis secara online oleh Serena booming kala dia berusia 15 tahun. Dan membuat Novelnya berhasil di angkat sebagai drama tv. Itu membuat Serena meraih Pundi pundi uang yang tidak sedikit. Dia pun memiliki tabungan untuk hidup sehari-hari dan membiayai sekolah dia dan adiknya. 

***

Beberapa tahun yang lalu…. 

"Ibu ayah lihatlah, cerpen dan puisi ku mendapat juara 1 lagi lihat ini" Teriak Serena kecil yang berusia 10th kepada ayah dan ibunya sambil menunjukkan piagam dan amplop berisi uang yang dia menangkan. 

"Wah, anak ayah memang hebat" Ayahnya pun langsung menggendongnya dan tertawa bersama.

"Ayah turunkan aku,  aku bukan anak kecil lagi" Keluh Serena kecil. 

"Ayaaaaa, aku juga mau gendong" Ucap balita kecil yang menggemaskan. Ayahnya pun menurunkan Serena dan menggendong Tasya.

"Gimana bun acaranya, maaf ya ayah gak bisa datang baru pulang juga ada acara di kantor"

Ibu serena baru saja melepaskan heels yang di pakai dan di lempar sembarangan.

"Ayah, ramai sekali di sana kebanyakan orang tua dan mereka usaha akrab ke bunda juga"

"Bagus dong bun banyak temen"

"Wah, Ayah udah siapin makanan banyak ni bun" Teriak Serena dari arah dapur. 

Ibu Serena pun nyengir dan langsung berlari ke dapur. "Wahhh mantap, ayah masak ?"

"Gak lah ayah beli hehehe yaudah langsung tancap"

Mereka pun makan bersama dan ngobrol ringan. Benar-benar terlihat sebagai Keluarga bahagia. 

"Ahh, bunda dan ayah punya hadiah buat Serena" Bunda Serena mengedipkan sebelah matanya ke Ayah Serena. 

Serena ketika mendengar kata hadiah langsung merubah ekspresi wajahnya jadi lebih gembira "Hadiah, hadiah apa bunda?" 

Nasi yang akan di suap pun di letakkan kembali setelah mendengar kata "hadiah"

"Ini bukalah" Bunda Serena pun menyerahkan amplop putih, ketika Serena membukanya dia langsung berdiri memeluk Ayah dan Bunda nya. 

"Tiket ke bali?, kita bakalan ke bali, beneran bun,  yah? " Ayah dan bundanya pun mengangguk dan tersenyum.

"Asik, asik, asik, asik" Serena pun mengajak Tasya berjoget abstrak. Melihat itu, kedua orang tuanya hanya terbahak-bahak dan menggelengkan kepala atas tingkah anaknya yang absurd. 

Tapi mungkin benar kata orang-orang kita tidak boleh terlalu bahagia atas kejadian yang belum terjadi, mana tau keburukan akan menimpa kita. 

Tepat pada hari keberangkatan ke Bali. Serena, Tasya dan kedua orang tuanya pun berangkat dari rumah dengan mobil. Mereka bernyanyi dan tertawa bahagia di dalam mobil. 

Hingga mereka tidak sadar Truck melaju kencang di depan mereka dan menabrak mobil dengan keras hingga mobil terseret cukup jauh dengan keadaan yang cukup parah.

"Ayaaaaaah awas" Teriak Bunda Serena di ikuti teriakan kedua anaknya di belakang

Brakkkkkkkkk!!!  Mobil pun di tabrak dengan cukup keras hingga bagian depan mobil hancur total. 

Orang-orang pun berkerumun berusaha menyelamatkan yang ada di dalam mobil. Beruntung kedua anak di kursi belakang masih hidup sedangkan kedua orang tua di depan tewas di tempat. 

"I… ibu, a… ayah, tas… ya" gumam anak itu sambil memeluk erat adik kecilnya. 

Dia teringat akan pemberian ibunya

"Ini peganglah, ini hadiah dari teman masa kecilmu"

"Aku tidak ingat bunda"

"Yasudah tidak apa jika tidak ingat, simpanlah" Serena pun memasukkan Gantungan kunci panda itu kedalam saku nya. 

Dengan darah yang menyucur di kepala dan tangannya dia bersusah payah mencari gantungan kunci itu. Ketika dia mendapatkannya dia langsung menggenggam erat Gantungan kunci tersebut.

"Pak lihat, anak ini sadar, segera bawa dia kerumah sakit" 2 Mobil ambulance pun tiba membawa ke 4 orang tadi secara terpisah.

Serena bisa mendengar suara orang-orang tapi dia tidak bisa membuka mata atau mengucapkan sesuatu.

Seorang perawat akan membersihkan tangannya, berusaha untuk merenggangkan kepalan tangan yang sedang memegang gantungan kunci pemberian ibunya. 

"Pak, kepalan tangannya tidak bisa di lepas" Perawat lain pun berusaha membantu melepaskan, tapi tidak bisa. 

"Sudahlah, nanti di rumah sakit saja melepaskannya, mungkin itu barang penting yang ada di genggamannya"

"Baik pak" kata perawat wanita tersebut sambil memasang selang pada Serena dan Tasya. 

"Pak kedua orang tua anak ini meninggal di tempat, kasian sekali sepertinya mereka akan liburan, polisi tadi memeriksa barang-barang mereka"

"Ya begitulah, kita tidak tau umur kita sampai dimana, ini semua kehendak Tuhan, betapa malang kedua anak ini harus kehilangan kedua orang tua dalam usia yang sedini ini"

***

"Kak, kenapa melamun, apa kita tidak pulang? Bukannya Kakak masih harus menulis novel ya?" Tasya menoleh ke Kursi pengemudi di sebelahnya, dia melihat Kakakny melamun cukup lama. 

"Ya, kita pulang". Serena dan Tasya pun melajukan mobilnya meninggalkan pemakaman. 

Bersambung

***