Menghapus Jejakmu

Pagi itu gerimis, titik hujan tak berhenti emgalir dari langit. Seakan-akan mendukung suasana hati Shakila. Kenangannya bersama Daffa terus bermunculan di fikirannya. Berkali-kali ia mencoba untuk berkonsentrasi dengan pekerjaannya, tetapi selalu berakhir dengan lamunan.

Jiwanya bertanya-tanya, apakah keputusannya sudah benar? Apakah ini jalan yang terbaik? Sungguh hatinya sakit ketika Daffa mengatakan apa artinya hubungan mereka selama sembilan tahun ini. Tentu saja selama sembilan tahun hidupnya bersama Daffa merupakan hal terindah yang pernah dijalaninya. Shakila tak bisa menampik jika ia amat menyayangi lelaki itu.

"Woy ngelamun aja lo" Tiba-tiba Luna menghampiri Shakila.

"Gue gak bisa konsen nih, itu Ice Americano bukan? mau dong"

"Tumben lo mau, biasa juga mesennya Greentea Frappuccino" Sebal Luna yang tak ikhlas minumannya kini beralih tangan.

"Lagi stress gue"

"Yaelah, putus cinta aja stress, Gilang anak HRD ngajak clubbing, lu mau ikut gak?"

"Gue pikir-pikir dulu deh" jawab Shakila ragu

"Ikut aja kenapa sih, dari pada lo jadi melankolis gini" Bujuk Luna

Shakila nampak terdiam, ia bingung harus memutuskan untuk ikut atau tidak. Suara kecil di jiwanya berseru untuk pergi saja, daripada ia harus menangis kembali mengingat kenangan-kenangannya bersama lelaki itu.

"Oke, tapi gue bawa mobil sendiri ya, kapok gue lo tinggalin kayak kemaren lagi" Dengus Shakila.

"Asik, seru nih" Sorak Luna. "By the way, lo tau gak kalau si Gilang sebenernya suka ama lo?" tanay Luna tiba-tiba.

"Tau gue, ya tapikan guenya yang gak suka, lagian emang lo mau sahabat lo ini jadian sama cowok kayak gitu?"

Bukannya Shakila mau menjelek-jelekan Gilang. Tetapi Gilang memang hanya cocok untuk dijadikan teman saja. Gilang merupakan tipe cowok yang mencari perhatian semua wanita. Bayangkan saja jika Shakila harus bersabar dengan tingkah laku Gilang, mungkin lebih baik dia pacaran dengan orang utan dikebun binatang ragunan saja. Lagi pula Daffa jauh lebih baik dari Gilang. Ah Daffa, lelaki itu selalu saja hadir di fikirannya.

"Woy, sadar woy. Kampret juga ya lo, dari tadi gue ngoceh ngalor ngidul itu siapa yang dengerin?. Sebal Luna, ia tak habis pikir sahabatnya ini sejak putus cinta berubah menjadi orang yang sulit dikenali.

"Sorry Lun, gimana proposal yang kemaren? Disetujuin gak sama si boss?" Tanya Shakila.

"Masih di proses katanya" jawab Luna. "Eh gue ke kubikel gue ya. Jangan ngelamun lagi lo. Selesain tuh kerjaan lo"

"Iya bawel"

"Gue tampol juga deh lo. Inget ya pulang kerja langsung cabut"

"Iya mami, udah sana lo. Gue mau selesain ini dulu" ujar Shakila sambil mengusir halus Luna.

"Uuu anak mami, yang semangat ya kerjanya" Goda luna

"Najis lo" ujar Shakila bercanda, sambil menirukan orang hendak muntah.

"Bye honey"

Luna pun beranjak ke kubikelnya. Kini tersisa ia sendiri. Shakila tak ingin terhanyut kedalam lamunanya. Kini ia ingin fokus dengan pekerjaannya. Meski perasaan dan jiwanya hancur, tetapi karir pekerjaannya tak boleh juga ikut hancur.

***

Suasan di Fable mulai riuh. Hingar bingar dunia malam mulai terasa. Bau rokok, parfum dan alkohol bercampur menjadi satu. Dua orang wanita sedang asik bergoyang di floor dance sambil menikmati lagu yang dibawakan oleh sang Dj.

"Lun, gue pesen minum dulu ya." ujar Shakila.

"Oke"

"Mau juga gak?"

"Gak, duluan aja deh"

Shakila pun memesan Sunrise Tequilla kepada bartender. Setelah mendapatkan minumannya, ia memutuskan untuk duduk sejenak, sambil memperhatikan orang-orang disekitarnya.

Terlihat wajah-wajah bahagia yang melepas penat. Andai saja mama Shakila tahu, jika Shakila pergi ketempat seperti ini, mungkin ia akan dikurung dikamarnya dan diruqiyah, agar setan-setan dalam dirinya menghilang, begitu menurut mamanya. Shakila tahu ia salah karna pergi ketempat seperti ini. Tetapi ia tak bisa menolak godaan. Kali ini ia ingin melupakan semua masalah yang sedang dihadapinya. Baginya, minum dan menikmati lagu beat adalah hal yang menyenangkan.

Luna berjalan menghampiri Shakila, ia tersenyum cerah menandakan betapa penat seharian ini telah menhilang.

"Gilang buka table tuh, kesana yuk" ajak Luna

"Oke, nih minum" ujar Shakila, sambil menyerahkan segelas margarita yang baru saja ia pesan untuk Luna.

"Tau aja lo"

Luna pun menyeruput minumannya. Ia memperhatikan Shakila yang kali ini kembali melamun. Ia tahu, wanita dihadapannya kini sedang mengalami titik balik dalam kehidupannya. Luna tahu bagaimana kisah Shakila dan Daffa, ia bukannya ingin menutup mata dari rasa sakit yang dialami Shakila. Tetapi ia tak ingin Shakila kembali mundur kebelakang. Baginya life must go on, tidak peduli bagaimana terkadang banyak yang ingin menghalangi, kehidupan itu tetap akan berjalan. Oleh karena itu, hanya tinggal ada dua pilihan, yakni ingin hidup maju kedepan atau malah terus terpuruk dengan masa lalu.

Dari pada ia menasehati Shakila dengan omong kosong yang belum tentu Luna sendiri bisa lakukan. Lebih baik menjadi pendengar setia dan menghibur Shakila dari keterpurukannya. Harapannya kali ini Cuma satu, semoga Shakila mampu melupakan Daffa, dan mengisi kembali ruang dihatinya dengan seseorang yang sesuai dengan kehidupan Shakila.

***

Jam di Dashboard mobil menunjukkan jam 03.11 pagi. Shakila mengendarai mobilnya dengan laju kecepatan sedang. Jalan yang dilewati mobil Shakila amat sepi. Hanya ada satu atau dua motor yang lewat.

Tiba-tiba mobil yang dikendarai Shakila berhenti mendadak. Shakila pun keluar dari mobil dan membuka kap mobilnya. Kap mobilnya kini mengeluarkan asap, Shakila kaget, ia bingung harus berbuat apa. Jalanan amat sepi, ia teringat berita-berita di televisi tentang begal di jalanan sepi. Ia lalu menutup kembali kap mobilnya.

Kini ia sangat takut, ia berharap semoga para begal itu tidak menghampirinya. Ia kembali masuk kedalam mobilnya lalu mengambil handpohnenya dari dalam tas kecil di samping kursinya. Shakila mencoba menghubungi Luna berkali-kali. Berharap Luna mau mengangkat telfon darinya dan memberi tumpangan pulang ke apartemennya.

Shakila baru ingat, Luna mungkin saat ini sedang sibuk bermesraan dengan lelaki yang baru ditemuinya di club tadi. Pupus sudah harapanya. Dilihatnya lagi contact di handphonenya. Disana terpampang nama My lovely Daffa. Shakila lupa mengganti nama Daffa dari handphonenya.

Dilihatnya lagi nama Daffa, mungkin lelaki itu bisa membantunya. Shakila tak punya pilihan lain. Sedari tadi ia berharap akan ada orang yang lewat dan dapat membantunya. Tapi naas, sedari tadi, tak ada satu pun yang lewat.

Akhirnya dengan berat hati ia terpaksa menelfon Daffa untuk membantunya. Ketika ia akan menelfon no Daffa, sebuah motor berhenti tepat didepan mobilnya.

Pengemudi motor itu turun dari motornya dan melepas helmnya, lalu menghampiri pintu mobil disamping Shakila. Shakila terdiam ketakutan. Dalam hati ia merapalkan doa-doa yang selama ini tak pernah ia ucap kembali. Shakila memohon kepada Allah semoga ia tak di begal. Biarlah sang perampok mengambil mobilnya, asalkan ia tak dibunuh.

"Mba mobilnya mogok ya? mau dibantu gak?"ujar sang pengemudi motor sambil mengetuk kaca mobil.

Shakila kemudian memberanikan diri dengan membuka pintu mobilnya.

"Iya mas, bisa tolong bantu gak? Saya gak ngerti cara perbaikinnya."

"Saya liat dulu ya mba"

Kemudian sang pengemudi motor membuka kap mobil tersebut dan melihat penyebab mogoknya mobil tersebut.

"ini sih kipas radiatornya mba" ujar sang pengemudi motor.

"Terus gimana mas? masih bisa diperbaikin kan ya?" tanya Shakila penasaran.

"Bisa kok mba" jawab sang pengemudi motor tersebut.

"Wah makasih ya mas…?" Sahkila terdiam, ia teringat, ia belum berkenalan dengan lelaki di hadapannya kini.

"Adrian" jawab sang pengemudi motor sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Shakila

"Shakila panggil aja kila mas" ujar Shakila sambil menyambut uluran tangan Adrian.

Mereka berdua tersenyum, kemudian suasana menjadi canggung lagi. Suasana pagi hari yang gelap dan dingin membuat Shakila menggigil. Ia hanya memakai dress pendek diatas lutut dengan bahu terbuka. Adrian yang melihat hal itu kemudian melepaskan jacketnya dan memberikannya kepada Shakila.

"Ini mba, pake jacket saya aja"

"Makasih banyak mas Adrian, maaf loh masnya jadi saya repotin terus" ujar Shakila sambil memasang Jacket Adrian di tubuhnya yang mulai menggigil.

"Rian aja kil, saya gak merasa direpotin kok. Kamu masuk kedalam mobil aja. Diluar dingin, kasian kalau kamu sakit." ujar Adrian.

Shakila yang mendengar itu kemudian masuk kedalam mobil dan memperhatikan Adrian membenarkan mobilnya. Jika diperhatikan lagi, wajah Adrian sebenarnya tampan, bukan tampan lagi tapi sangatlah tampan. Rupawannya mirip dengan salah satu pemain AADC, Nicholas Saputra. Tinggi badannya pun tegap dengan otot-otot yang terbentuk dilengan dan dadanya. Mungkin jika Shakila bersandar di dada bidang itu, ia tak ingin melepas pelukan itu. Kalau meminjam istilah Luna, Adrian itu cowok pelukable banget, karena tipe cowok seperti ini cocok untuk dipeluk. Tak lama Shakila mulai menutup matanya. Kemudian ia terlelap sambil membayangkan rasanya dipeluk Adrian.

Satu setengah jam kemudian, Adrian menutup kap mobil Shakila, kemudian ia menghampiri Shakila. Adrian tersenyum ketika mendapati Shakila sedang terlelap dalam mimpinya. Wajah cantiknya terlihat damai saat terlelap.

Adrian tak habis pikir, mengapa sang gadis pemilik wajah cantik ini berani keluar malam dengan menggunakan pakaian kurang bahan.

Shakila menggeliat dalam tidurnya, kemudian perlahan-lahan ia membuka matanya. Sejenak ia mengalami disorientasi. Ia teringat Adrian, kemudian ia menoleh kedepan dan dipatinya Adrian tidak berada didepan mobilnya, melainkan disamping kaca mobilnya sambil menyunggingkan senyum. Shakila terkejut diliputi rasa malu. Ia kemudian membuka pintu mobilnya sambil memegang pipinya yang mulai merona.

"Maaf ya aku ketiduran" ujar Shakila malu

"Santai aja, coba deh nyalain mobilnya"

"Iya"

Kemudian Shakila menghidupkan mesin mobilnya. Kini mobilnya dapat hidup kembali. Shakila dan Adrian sama-sama tersenyum puas.

"Makasih ya Rian, gak tau deh kalo gak ada kamu, nasib saya gimana hari ini."

"Ya sama-sama Kila"

"Boleh minta nomor hp kamu gak? Aku mau traktir kamu karena udah bantuin aku"

"Aku ikhlas kok Kil"

"Aku jadi gak enak nih, please boleh ya?" Pinta Shakila dengan tatapan puppy eyesnya.

"oke nih nomorku" ujar Adrian sambil menunjukkan nomor handphonenya di hadapan sang gadis.

Lalu mereka tersenyum, Adrian pamit hendak pulang ke kontrakannya. Lelaki itupun berlalu diiringi kegelapan malam. Shakila tersenyum, melihat kepergian Adrian. Lalu diapitnya jacket yang melekat dibadannya.

Dia baru sadar ternyata ia masih memakai jacket Adrian. Dia lupa mengembalikan Jacket Adrian. Sebaiknya ia mencuci jacket Adrian sebelum dikembalikan kepemiliknya.

Kemudian ia menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan kembali mobilnya menuju apartemen tercinta. Ia tak punya waktu banyak untuk tidur kali ini. Jam tujuh nanti ia harus sudah berangkat ke kantor.