Panik

Di luar ruangan Diana....

"Jadi apa yang kau mau bicara kan? " tanya Dilan dengan santai.

"Kau merasa tak bersalah setelah melakukan kesalahan pada Zayn" ucap Fahri dengan sinis. Seketika raut wajah Dilan berubah menjadi muram.

"Tutup mulut mu jika tidak ingin macam macam" ujar Dilan dengan dingin.

"Dan apakah kau tidak merasa bersalah pada Jingga" Tanya Fahri seperti menginterogasi Dilan. Dilan pun langsung terdiam mengingat wanita itu.

"Apa kau yakin hanya aku yang sudah merusak Jingga? bukankah kau juga membuatnya tertekan"Balas Dilan. Mereka langsung diam mengingat masa lalu mengerikan yang mereka jalani. Nasib ku sangat sial itu yang mereka berdua pikirkan. Dilan dan Fahri merupakan sahabat dekat sampai dua kejadian yang memisahkan mereka.

" Seharusnya kau mengalah demi Zayn"Ucap Fahri dengan sinis.

"Dan kau juga jangan keras kepala demi Jingga"

di sisi lain, Diana dan Andin sempat menguping karena suara Dilan dan Fahri seakan mencekam di seluruh rumah sakit.

"Ana, Aku jadi merinding denger keributan Siluman ama kampret" ucap Andin

"Sudah lah kau ini kejam sekali memanggil ka Dilan dan Ka Fahri dengan siluman dan kampret" ucap Diana.

"oh iya Na, Kamu udah siap kemo kan? " Tanya Andin. Diana langsung sedih mendengar Ucapan Andin.

"Sebenernya aku takut Ndin tapi.. apa bener aku kena leukemia? ini bohong kan? tolong beri tahu aku yang sebenernya Ndin" tanya Diana bertubi tubi karena khawatir.

"Sayangnya kamu kena leukemia beneran Diana, Maafin aku. Kamu kena Leukemia sejak--"

"Sejak kapan?"

"Umur 13" ucap Andin tertunduk tak kuat mendengar ucapan Diana selanjutnya. Diana menutup mulutnya dan mulai menangis tanpa suara. Mengapa hidupku menderita? Tak bisa kah aku mendapatkan hidup yang cukup tuhan? Pikir Diana. Andin langsung memeluk Diana yang masih menangis. Andin merasa bersalah membiarkan sahabatnya hidup sendiri.

"Sudah Diana, Mulai saat ini kamu tinggal sama aku oke? kita mulai dari awal. Anggap saja aku kakak kandung mu" sahut Andin menenangkan Diana. Diana mengangguk pelan lalu mengusap Air matanya.

Di luar....

"Sebaiknya kali ini kau tidak macam macam agar masa lalu tak berulang" ucap Dilan dengan sinis.

"Sebaiknya begitu agar Kejadian Zayn dan Jingga tidak terulang, Sudah banyak yang kita lewati dengan kepahitan yang sama. Hidup itu kejam" Ujar Fahri.

"Benar"

Mereka langsung diam memikirkan pikiran masing masing.

"Nak Fahri!! "Teriak seorang wanita pada Fahri.

" Mom Fara? "Fahri terkejut dengan kedatangan Mama Fara. Mama Fara langsung memeluk Fahri sampai Fahri kehabisan nafas.

" Bagaimana keadaan Mommy mu? bagaimana keadaan mu Fahri, Dan bagaimana kau disini? bukankah kau bekerja di Australia? "tanya Mama Fara bertubi tubi.

" Apa Mama tidak menanyakan keadaan keponakan Mama sendiri? "tanya Dilan yang berada di sebelah Fahri.

" Hehe, Nak Fahri kok bisa disini? jenguk Diana ya? "

"iya mom... " ucap Fahri. Mama Fara, Dilan,dan Fahri berbicara suka ria sementara di dalam Andin menatap Diana dengan tatapan sendu.

'Seandainya waktu dapat di putar, Aku ingin membantumu Na' batin Andin.

Tiiitttt tiitttttt (Anggap aja kayak suara pendeteksi detak jantung)

Andin kaget melihat Komputer diagram detak Jantung Diana yang mulai menurun. Andin langsung berteriak memanggil dokter.

"Dokter!! Dokter!!! " teriak Andin keluar dari ruangan Diana. Dilan, Fahri, dan Mama Fara terkejut mendengar teriak Andin.

"Kenapa ndin? " tanya Fahri.

"Diana...Diana.... " Belum selesai menjawab Fahri sudah menyambar masuk ke dalam, Dilan dan Mama Fara tetap diam dan menunggu jawaban dengan sabar.

"Detak jantung Diana melemah Ma" ucap Andin tersengal sengal. Dilan dan Mama Fara kaget dan masuk. Sementara Andin masih memanggil Dokter dan perawat. Di dalam Fahri masih setia disamping Tempat tidur Diana. Dilan dan Mama Fara terlihat gelisah menunggu Dokter. Kemudian Andin masuk bersama dokter dan perawat.

"Permisi, Kami harus memeriksa pasien. Sementara semuanya harus keluar ruangan dulu" ucap Dokter. Mereka berempat mengangguk lalu keluar ruangan. Di luar Mereka terlihat gelisah menunggu pemeriksaan Diana.

"Andin, Tadi kamu ngapain aja sama Diana? " tanya Dilan menginterogasi.

"Diana itu berusaha tidur bang, Terus tiba tiba aku liat alat Elektrokardiogram, detak jantungnya Diana menurun"Jelas Andin. Mama Fara dan Dilan mengangguk sebagai tanda mengerti. Fahri hanya melamun dan tak mendengar kan penjelasan Andin.

' Kamu harus kuat Diana, Aku yakin kamu kuat. Kamu wanita terkuat yang pernah kutemui. Jangan menyerah untuk sembuh. Aku janji akan menemanimu, Kau itu manis dan cantik serta pintar. Jangan tinggalkan aku' Batin Fahri.

************

BERSAMBUNG...