alden sedang memperhatikan bu ani yang menjelaskan pelajaran. sebenarnya ia sangat bosan tetapi alden harus menghargai bu ani. menjelaskan materi itu juga butuh tenaga.
"hoamm" alden menguap sambil mengucek mata nya yang berat. setelah itu ia menyangga dagunya dengan tangan kanan. sesekali memainkan bolpoin di tangan nya.
kemudian ia tak sengaja melihat punggung seseorang yang berada di depan nya.
"serius banget" batin alden menatap punggung gadis tersebut.
karena alden memang tipikal tidak bisa diam , ia mencolek punggung gadis tersebut.
dengan reflek gadis itupun menoleh kebelakang , mendapati alden yang meringis menunjukan deretan gigi putih nya.
"Apaan ?" Tanya gadis itu.
alden mencari alasan yang tepat. tidak mungkin ia mengatakan bahwa dirinya sedang bosan sehingga membutuhkan seseorang untuk di ajak bicara.
"anu , e-mm IYA pinjam penghapus dong"
alden akhirnya menemukan alasan yang tepat.
gadis itu pun mengangguk dan menghadap ke meja nya untuk meminjamkan penghapusnya.
sesaat kemudian ia berbalik lagi ke kebelakang untuk menyerahkan pada alden.
"thanks" ucap alden
sebelum gadis itu berbalik ke tempat nya semula , alden bertanya pada gadis itu.
"eh btw nama lo siapa ?" Tanya alden
"zea" jawab gadis itu seadanya dan hampir kembali ke posisi nya semula sebelum alden menahan nya lagi.
"Lo gak tanya nama gue ?" Tanya alden
zea menghela nafas pelan. alden adalah orang yang banyak bertanya dan sedikit berisik menurut zea. "buat apa perkenalan di depan kelas tadi ?"
alden hanya meringis kecil dan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "gue lupa hehe"
zea memutar mata nya malas kemudian berbalik ke posisi nya semula dan kembali mendengarkan penjelasan bu ani yang sudah di mengertinya bahkan sebelum bu ani menjelaskan ia sudah paham dan menguasai nya.
"auranya serem" gerutu alden dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
karena tidak ada lagi yang bisa alden kerjakan , lebih baik ia mendengarkan bu ani menjelaskan pelajaran walau ia mati matian menahan bosan dan kantuk yang menderanya.
• • •
akhirnya waktu yang di tunggu tunggu alden pun tiba. sekarang adalah waktu istirahat. semua murid berhamburan keluar kelas. tiba tiba ada orang yang menghampirinya.
"hai gue gentha" seseorang mengulurkan tangan nya di depan alden.
alden pun menerima uluran tangan nya. "alden"
"gantian dong tha" ujar teman nya yang memiliki lesung di kedua sisi pipinya.
"salken jeffran"
"aku pirman mas" ujar teman nya yang berkulit sawo matang dengan logat medok nya.
alden pun menerima satu per satu uluran tangan mereka dan tersenyum kecil. "alden"
"ke kantin yuk" ajak gentha
"iyo aku laper" timpal pirman sambil memegang perutnya.
mereka pun setuju dan pergi menuju kantin. disepanjang perjalanan , alden menjadi sorotan. banyak yang memuji dan memuja ketampanan alden.
bahkan ketika mereka memasuki kantin seketika siswa siswi memusatkan perhatian nya kepada alden.
tapi alden adalah orang yang tidak peduli. sehingga ia tetap berjalan santai bersama teman teman nya menuju bangku yang masih kosong.
"widih baru masuk aja udah terkenal" ujar jeffran , pasal nya ia sudah 1 tahun sekolah disini tapi penggemarnya tidak sebanyak alden yang notaben nya murid baru.
"kembaran aku itu" ucap pirman kepedean
"alah beda jauh" gentha bergabung dengan obrolan teman teman nya
"gue emang tampan dan banyak amal kebaikan" sahut alden kalem
"lah udah sifat aslinya keluar" ujar pirman
"Gue ramal bocah macem lo mana ada amal kebaikan , adanya amal perdosaan" jeffran berkata dengan ekspresi seperti peramal yang ada di film-film.
"emang lo dillan pake ramal meramal segala" sahut gentha
"mana ada , gue itu selalu jadi bahan ghibahan orang ye , liat noh mereka pada ghibahin ketampanan gue. nah menghibahkan orang kan dosa , jadi pahala nya buat gue kan" jelas alden panjang x lebar seperti rumus matematika.
"coba jelaskan teori konspirasi macam apa ini" ujar jeffran yang pusing sendiri mendengar kata kata alden.
"lebih apik kita tanya pak ustad ae" usul pirman
"yang ada lo pada di ruqiah karna kebanyak dosa" gentha terkekeh geli.
"apa salah dan dosa ku sayang" tiba tiba pirman bernyanyi dengan suara fals nya.
"eaakk tarik man" sahut jeffren mendukung pirman.
"astaga , kuping gue budek dengar suara lo man" sahut alden menyuruh pirman diam.
pirman pun menghentikan aksi nya , malu juga ia dilihat penduduk kantin.
"Aduh ganteng-ganteng kok budek mas" ujar pirman
"yang penting gue bukan serigala" jawab alden
"heh kalian kok bacot ya , mending pesenin makanan dan makan dengan khidmat" potong gentha yang lupa akan tujuan sebenernya mereka ke kantin.
"bener juga" ujar pirman
mereka pun memusatkan perhatian nya ke gentha dan kompak menunjukan senyum menyebalkannya.
gentha pun mengelus dada nya sabar. "punya temen kok gini amat" batin gentha
gentha pun dengan terpaksa berdiri dan segera menuju warung mbak siti untuk memesan bakso dan minuman. untung nya warung mbak siti tidak terlalu ramai sehingga gentha tak perlu menunggu terlalu lama.
setelah pesanan nya sudah jadi ia pun segera membayar dan membawa nampan berisi 4 bakso itu ke meja nya dan teman teman nya.
"widih datang juga" ujar jeffran
"gak sekalian di bayarin nih" alden tersenyum jahil ke gentha
"GAK LAH! BAYAR SENDIRI" tolak mentah mentah gentha.
"kok ngamok" pirman menunjukan ekspresi kaget nya.
gentha hanya melirik sinis ke teman teman nya dan memakan bakso nya dengan nikmat.
tiba tiba kantin yang ramai mendadak sepi. seorang gadis masuk dengan membawa beberapa buku berjalan menuju ke warung pak arif. semua pasang mata memperhatikan gadis itu.
setelah beberapa menit suasana kantin kembali seperti semula.
"lah tadi kenapa ?"Tanya alden penasaran.
"itu lo yang tadi lewat nama e mbak zea" jawab pirman tidak menyeluruh
"terus ?" alden menaikan satu alis nya.
"zea tuh jarang eh malahan gak pernah ke kantin" tambah jeffran melanjutkan
"lah terserah dia dong" alden terus bertanya
"kan dia tuh ansos tapi juga terkenal jadi wajar aja dia jadi pusat perhatian. tapi menurut gue banyak juga yang ngehate apalagi kaum hawa yang irian itu." jelas gentha
"nah apalagi mama nya tuh pernah bilang terang terangan , kalo zea gak boleh makan ke kantin kata nya banyak kuman apalagi makanan nya gak sehat" tambah gentha menjelaskan sampai ke akar akar nya.
alden pun mengangguk anggukan mengerti. ia paham akan sesuatu 'pasti orang tua zea orang yang berpengaruh'. lalu jika orang tua nya tau zea membeli makanan warung apa yang terjadi ?
"udah lah gak usah di pikirin , makan tuh keburu dingin" jeffran yang melihat alden melamun pun menyuruhnya segera memakan bakso.
alden pun mengangguk dan segera memakan bakso nya meskipun pikiran nya masih tertuju pada gadis itu.