Tia mengerutkan kening. Kamu terlihat sangat pucat dan kelelahan, Lalita. Apa pagi ini kamu baru sampai dari Sukabumi dan langsung berangkat ke kantor.
Lalita mengangguk membenarkan. Lalita sedang malam nengarang sebuah kebohongan untuk sahabatnya itu. Jadi Lalita membiarkan saja Tia menyimpulkan sendiri. Kemudian berjalan cepat mengabaikan Tia yang masih terus bicara.
"Hey ada apa denganmu?, panggil Tia kesal. Kenapa kamu terkesan seperti menghindariku?.
Lalita menghentikan langkahnya, aku buru-buru Tia. Cuti tiga hari membuat pekerjaanku menumpuk. Ada laporan yang harus aku selesaikan sebelum Hendry mengamuk dan membuat hariku semakin buruk.
"Ooohhh...itu. Kamu tenanglah aku sudah menyelesaikannya untukmu. Bukan kah aku sahabat yang baik puji Tia untuk dirinya sendiri.
Lalita menatap Tia dengan tatapan penuh terima kasih. Tia aku sangat –sangat menyanyangimu. Apa yang harus aku lakukan kamu baik sekali. Membuatku ingin menangis
"Sudahlah Lalita sebagai sahabat yang baik kita harus saling membantu dan apa yang aku lakukan tidak seberapa. Ayo kita keruangan sekarang. Apa kamu tahu?!. Tia mulai membuka gossip terhangat pagi ini. Selama tiga hari kamu cuti. CEO kita yang tampan juga tidak masuk, begitupun dengan Robi orang kepercayaannya, dan aku masih sangat-sangat penasaran dengan apa yang dilakukan Robi di toilet wanita beberapa waktu yang lalu.
Lalita mengerutkan kening. Kenapa aku juga dibawa-bawa. Ayolah Tia untuk apa juga kamu tahu, biarkan saja. Mungkin Robi tersesat atau sejenisnya, yang penting tidak ada yang komplein seperti ada yang merasa dilecehkan atau diintip.
Tia melotot dongkol. Iissss….kamu ini Lalita, itu Robi bukannya anak SMA. Aku yakin Robi tidak sedang mengintip atau melakukan aksi mesum lainnya. Aku hanya penasaran siapa yang ia temui sampai pria seperti Robi mau merendahkan dirinya berada di toilet wanita, itu saja. Apa mungkin Robi memiliki kekasih dan mereka bertemu diam-diam di toilet wanita?. Tia mengetuk jari-jarinya di dagu. Tapi tidak mungkin juga kan, sekelas Robi memilih toilet wanita untuk melakukan pertemuan. Haisss aku benar-benar penasaran dibuatnya.
Lalita mengeleng, lagipula tidak ada untung untukmu Tia. Lebih baik lupakan dan kita bekerja dengan semangat. Ayo ajak Lalita.
"Dasar kamu ini Lalita benar-benar tidak punya jiwa kepo sedikitpun. Bagaimana dengan Rita, apa kamu berhasil menemuinya, dan bagaimana dengan kakak ipar bajinganmu, apa ia menerima penawaranmu?, atau malah menolakmu. Aku dan Mia benar-benar kesal padamu Lalita, sejak kamu berangkat ke Sukabumi kamu sangat susah dihubungi. Aku dan Mia berkali-kali mencoba menghubungi phonselmu tapi tidak aktiv.
Tia menarik kursi mendekat ke meja Lalita setelah memastikan Hendri tidak ada di sekitar mereka. Sekarang jawab pertanyaanku. Aku dan Mia benar-benar mencemaskanmu dan Rita
Lalita menatap sahabatnya itu. Pertama phonselku hilang Tia makanya aku tidak bisa dihubungi, kedua aku minta maaf karena membuatmu dan Mia khawatir. Rita tidak baik-baik saja suara Lalita melelemah. Semua kacau Tia, Lalita menahan tangis. Rita sangat menderita disana dan aku sebagai saudarinya tidak tahu apa-apa dan membiarkan Rita menanggung penderitaan seorang diri. Rita benar-benar tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin kalau aku sampai terlambat datang ke sana. Rita...tangis Lalita benar-benar pecah. Kesedihan yang ditahan Lalita beberapa hari ini akhirnya pecah.
"Sini!". Tia memeluk Lalita, jangan menangis saying. Kakak ipar bajinganmu itu pasti akan mendapatkan hukumannya. Sekarang katakan apa yang sebanarnya terjadi, apa Rita sekarang sudah bersamamu di Jakarta atau kamu meninggalkannya di Sukabumi?"
"Aku tidak mungkin membiarkan Rita tinggal di sarang macan seperti itu Tia. Rita bersamaku sekarang, Rita sedang di rawat di rumah sakit.
Tia tampak terkejut. Di rawat di rumah sakit ulang Tia. Apa maksudmu?, apa Rita terluka?,
Lalita mengangguk dalam tangisnya. Bukan hanya terluka Tia, lebih dari itu
"Maksudmu?". Sudahlah sepulang kerja aku dan Mia akan ikut ke rumah sakit menjenguk Rita. Aku sangat merindukannya semenjak Rita menikah kita belum pernah berkumpul bersama lagi, kami bisa menghibur Rita nanti.
Lalita mengeleng, tidak bisa Tia. Rita tidak bisa dibesuk untuk sementara waktu. Lalita mengigit bibirnya. Rita dalam keadaan shyok berat. Lalita menatap Tia penuh permohonan. Aku mohon pengertiannya ya. Tapi nanti setelah keadaan Rita membaik aku akan membawa kalian untuk menemuinya, untuk sekarang tidak bisa.
Tia mengernyit, sebenarnya apa yang menimpa Rita?, kenapa kami tidak bisa_____".
Hendri membentak dengan kesal. Kalian berdua tidak dibayar untuk mengobrol di kantor, minggir!. Sana kembali ke meja masing-masing. Hendry muncul di depan mereka dengan raut kesal. Lalita kau dipanggil bos. Sekarang temui CEO kita sebelum ia memarahiku lagi, dan bawa ini, berikan pada Lardo.
"Seorang CEO menanggilku ke ruangannya, kenapa?". Tanya Lalita polos.
Hendri menatap kesal Lalita, dia bosnya Lalita. Sana pergi cepat usir Hendri dan untuk pertanyaanmu barusan kamu bisa tanyakan sendiri kenapa bos kita yang super sibuk itu memanggil kau yang hanya seorang karyawati biasa. Sindir Hendri
Lalita berjalan gontai ke ruangan Lardo. Ada apa Lardo memanggil?, apa semalam belum cukup baginya?". Lalita bergidik ngeri memikirkannya. Lalita tidak tahu bagaimana mungkin Lardo tidak lelah dengan permainan panas meraka semalam. Lardo melakukannya berkali-kali, tidak mengindahkan Lalita yang sudah kelelahan.
Lalita mengetuk pintu kantor Lardo. Tadi Lalita sudah bertanya pada Sida. Sida hanya menatap sinis pada Lalita
"Masuk!"
Lardo menatap Lalita yang tampak bingung dengan dokumen di tangan. "Duduklah!", perintah Lardo
Robi tersenyum cerah ke arah Lalita. Pagi Lalita, kamu terlihat sedikit berbeda pagi ini. Kamu terlihat pucat dan kelelahan, apa beberapa hari ini kamu tidak istirahat dengan benar?, tanya Robi penuh perhatian. "Wajah Lalita merona".
Lardo berdehem.
Robi menatap Lardo. Aku hanya mencoba mencairkan suasana dengan sedikit berbasa-basi Lardo, kau tidak perlu harus batuk seperti itu. Apa kamu tidak lihat Lalita tampak tidak nyaman.
Lardo hanya menatap datar Robi. Kau keluarlah dulu, ada yang ingin aku bicarakan dengan Lalita, dan ini Lardo melempar map hitam pada Robi yang dengan sigap menangkapnya.
Robi mengeleng-gelengkan kepala. Aku tidak percaya secepat ini kau mengusirku dihari pertama aku masuk setelah cuti 3 hari. Apa kau tidak merindukanku sama sekali?
"Tutup mulutmu Robi, keluar dan kerjakan apa yang aku perintahkan".
"Ya…ya…aku pergi. Senang melihatmu pagi ini Lalita, kamu tampak semakin cantik walau sedikit pucat goda Robi. Bajingan itu pasti terus menganggu tidurmu.
Lardo menatap tajam Robi. Apa kau tidak mendengar apa yang aku katakan Robi.
Robi mendengus, saya mendengarnya dengan sangat-sangat jelas sir.
Lardo menatap tajam Lalita yang duduk di sopa jauh dari meja kerja Lardo. Kenapa kamu duduk di situ?, mendekat!", perintah Lardo menepuk pahanya.
Lalita berjalan mendekat, duduk di pangkuan Lardo.
Lardo mengeluarkan map coklat dari dalam lacinya. Ini lihatlah, mereka dokter-dokter dan psikiater yang akan menangani Rita. Kamu cukup membubuhkan tandantanganmu disini sebagai persetujuan
"Upss….Sorry, aku lupa membawa ini sertaku. Robi berjalan santai ke meja Lardo dan ini juga. Aku tidak ingin memberimu kesempatan untuk memarahiku karena bekerja tidak becus. Bye…Robi terkekeh melihat wajah terkejut Lalita yang berdiri menjahui Lardo.
Lalita menandatangani berkas yang diberikan Lardo dengan posisi berdiri. Lalita tidak ingin Robi masuk dan menangkap basah dirinya yang duduk dipangkuan Lardo. Itu sangat memalukan batin Lalita
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan Robi, bajingan sialan itu memang seperti itu. Robi orang kerpercayaanku jadi kamu bisa bersikap bebas dihadapannya, tidak perlu melompat seperti tadi. Lardo mengecup leher jenjang Lalita. Kamu sangat wangi sayang, aku ingin menerkammu dan membaringkanmu di mejaku, "Lalita mengeleng".
Lardo mengeram. Kamu tidak bisa menolakku sayang, tangan Lardo menyusup masuk kedalam rok span pendek yang Lalita kenakan, mengelus lembut paha bagian dalam Lalita.
"Sir!", aku masih kelelahan dan sakit dibagian itu cicit Lalita.
"Kamu harus membiasakan dirimu sayang, aku bisa melakukannya berkali-kali tanpa lelah dan aku paling benci dengan kata penolakan. Lardo mengigit lembut leher Lalita mencoba tidak menghisap dan meninggalkan tanda kepemelikannya dileher mulus Lalita. Sekarang pergilah usir Lardo, aku tidak mau menerkammu disini dan membuatku meninggalkan pekerjaanku yang sangat banyak.
Lalita meletakan laporan yang tadi diberikan Hendry di meja Lardo.
Lardo menatap map hijau yang diletakkan Lalita. Bawa pergi katakan pada Hendry untuk memperbaikinya dan membawanya sendiri kemari.
Lalita hanya melongos mendengar perintah Lardo yang tidak masuk akal. Apa yang perlu diperbaiki kalau laporannya saja belum dibuka sama sekali, dasar bos aneh batin Lalita kesal. Apa yang harus aku katakana pada Hendri kalau nanti Hendri bertanya.
TERIMA KASIH BANYAK SUDAH MEMPIR BACA KARYA BERLI
PLEASE DUKUNGGANNYA DONG, KLIK TANDA HATI UNTUK MENYEMANGATI BERLI