Willy dan Teman Wanita

Sesuai janji Amel ke Willy bahwa hari ini akan bertemu Willy, di mana katanya ada yang ingin dibicarakan. Keputusan Amel mengenai Barry semalam sudah sebenarnya tapi Barry tetap pada keinginannya untuk segera menikah padahal Amel sendiri belum siap dengan pernikahan, melihat betapa ribetnya persiapan Satria membuat Amel belum sanggup, ditambah kehidupan pasca pernikahan belum ada dalam benak Amel tapi melihat ketulusan Barry membuat Amel sedikit memikirkannya dan tidak menolaknya.

Semenjak semalam Amel menyetujui ajakan Barry bertemu dengan orang tuanya yang berarti Amel membuka diri untuk dekat dengan Barry dan juga keluarga, secara kasarnya Amel memberikan kesempatan pada Barry menjadikan dirinya pendamping hidup. Amel menghembuskan nafas memikirkan hal yang terjadi semalam, di mana sidang baru selesai tapi mendapatkan kejutan dengan sebuah lamaran yang tidak pernah Amel bayangkan sama sekali.

“Sudah lama?,” suara seseorang membuat Amel mengalihkan pandangan ke arah sumbernya di mana terdapat Willy dengan seorang wanita bergandengan tangan.

"Siapa ini, Wil?," tanya Amel melihat wanita disamping Willy "Amel" sambil mengulurkan tangannya mencoba bersikap ramah pada wanita disampih Willy “tumben biasanya kalau gak sama aku ya Vina, akhirnya bisa membuka hati untuk wanita.”

"Maria" membalas jabatan tangan Amel sambil tersenyum.

"Maria ini tunangan aku," sambung Willy yang langsung duduk dihadapan Amel dengan Maria disampingnya.

"APA" teriak Amel membuat Willy dan Maria terkejut"bentar-bentar maksudnya gimana jelasin" menatap Willy tajam.

Willy menghembuskan nafas "gue terima kasih karena selama ini loe selalu jadi tameng gue dalam menghadapi cewek-cewek itu" jelas Willy sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "eits bukan maksud gue manfaatin loe" sambung Willy ketika melihat Amel ingin marah “ya loe membantu dengan sangat baik agar cewek – cewek itu gak mengganggu sampai gue tidak enak karena loe gak punya pasangan.”

"Ya udah jelasin lengkap" potong Amel dengan menatap Willy tajam.

"Dari semua cewek yang ada cuman loe yang biasa aja sama gue, awalnya gue penasaran ternyata memang dasarnya loe yang masa bodo dengan sekitar lama kelamaan gue nyaman sama loe dan berlanjut sampai kemarin" jelas Willy sambil menatap Amel yang hanya diam seolah menunggu kelanjutan ceritanya "gue udah lama sama Maria dari jaman sekolah sempet putus gara-gara pertama masuk kuliah ada cewek yang ngaku-ngaku sebagai pacar gue waktu Maria telpon lama kelamaan gue capek dengan cewek-cewek itu hingga akhirnya gue ketemu loe."

"Loe manfaatin gue?," tanya Amel dengan nada emosi.

Willy terdiam tapi tidak lama kemudian mengangguk kaku "awalnya tapi kelamaan gue tulus temenan sama loe apalagi Maria selalu ngingetin gue untuk perhatian sama loe" lanjut Willy "kami udah tunangan beberapa bulan lalu setelah kerja kami menikah dan alasan mengajak loe bertemu untuk mengenalkan Maria dan berterima kasih, Maria bilang juga ingin mengenal wanita yang gak tertarik sama gue."

"Gue masih sebel tau sama loe secara fans loe tu kebangetan tau," ucap Amel sambil cemberut “tapi jujur memang gue gak ada perasaan sama sekali sama loe karena kepercayaan kita berbeda itu kuncinya dan pertemanan kita tulus, jadi gak usah merasa bersalah atau bagaimana sama gue.”

"Makasih dan maaf" ucap Maria membuat Amel menatapnya "makanya aku minta Willy ada disamping kamu karena mereka pasti melakukan sesuatu sama kamu" Amel mengangguk “entah apa yang menarik dari pria ini,” sindir Maria yang membuat Amel mengangguk setuju sedangkan Willy tersenyum kecut menatap Maria “aku sangat berterima kasih menjaga Willy jadi bisakah kita berteman seperti kamu dengan Willy dan Vina?.”

Amel menghembuskan nafas panjang "ya sudah lah yang penting kalian bahagia saja sudah sangat cukup buat aku" ucap Amel “loe gak ada niat cerita sama Vina?.”

“Nanti yang penting ke loe duluan,” jawab Willy membuat Maria menatapnya “Vina memang suka bantu tapi jarang bersama kita.”

Amel mencibir perkataan Willy “jelas jarang karena sering kena bully fans low” Maria membelalakkan mata mendengar perkataan Amel “dulu tapi sekarang udah gak.”

Amel menghabiskan waktu berbicara dengan Maria yang ternyata sama asyiknya dengan Vina, bahkan Maria menerima Amel dengan tangan terbuka. Amel menyetujui pilihan Willy karena Maria sangat cocok dengan Willy dibandingkan wanita yang selama ini mengejar sahabatnya, selama ini banyak yang meragukan persahabatan mereka tapi sampai detik ini mereka berdua memang nyaman sebagai teman tidak lebih. Amel menatap bagaimana Willy perhatian dengan Maria yang sangat berbeda ketika bersama dirinya juga Vina, Amel membayangkan jika Vina tahu ini semua pasti akan lebih heboh dan memarahi Willy habis – habisan.

"Loe kemarin pulang sama mantan suami Mrs.Tina?," tanya Willy mengganti topik pembicaraan.

Amel menarik dan menghembuskan nafas yang sepertinya harus terbuka dengan Willy karena biasanya mereka saling cerita satu sama lain dengan sisa keberanian Amel menceritakan semua ke Willy tanpa ada satu pun yang ditutupi membuat mereka berdua mendengarkan tanpa berusaha untuk memotong cerita Amel. Willy selalu seperti ini mendengarkan keluh kesannya tanpa berniat untuk memotong cerita dari Amel, pernah beralasan agar bisa memberikan masukan yang sempurna nantinya dan memang semua masukan Willy sangat bermanfaat selama ini.

“Duda?,” tanya Maria setelah Amel selesai bercerita yang hanya diangguki Amel “ya harus siap sih secara duda ditambah dia ada anak nantinya kamu harus adil perhatikan mereka dan gak boleh membedakan.”

“Aku sih yakin Amel bisa tapi apa loe yakin sama keputusan karena entah kenapa agak meragukan saja, tiba – tiba melamar ya meski dia saudara ipar Mrs. Tina tapi setidaknya pendekatan lah.”

Amel mengangguk “tapi gue gak mau hanya sekedar pacaran tanpa kepastian jadi semoga pilihan ini yang terbaik.”

“Semoga,” ucap Maria dan Willy bersamaan.

"Eh tapi kita masih temenan kan?," tanya Amel menatap mereka berdua.

"Masih lah" jawab Maria langsung "lagian kalian udah gak terpisahkan" sambil tersenyum "oh ya kenapa kamu gak tertarik sama Willy? kan ganteng dan fansnya banyak gitu" Maria memberikan kode pada Amel untuk menggoda Willy yang dapat terlihat langsung cemberut.

"Buat kamu dan fans-fansnya ganteng tapi buat aku yang ganteng tu ada 2 yaitu ayah dan suamiku nanti" ucap Amel membuat Willy mencibir perkataannya dan Amel serta Maria tertawa melihatnya.

"Barry," goda Willy kembali sambil tertawa yang langsung mendapatkan pukulan dari Maria.

Amel menggeleng "belum masih setengah."

"Loe pesen makan gih udah waktunya makan juga ini ntar pingsan kaya dulu berat tau angkatnya" omel Willy.

"Dibayarin kan?" goda Amel sambil tersenyum yang dijawab dengan lemparan tissue.

Mereka makan dengan banyak bercerita satu sama lain hingga tidak terasa cukup lama mereka menghabiskan waktu, bahkan sudah berapa air yang masuk dalam perut mereka. Amel tidak peduli tagihan karena pastinya Willy akan membayar semuanya, bukan Amel tidak memiliki uang hanya saja Willy tidak pernah mau Amel mengeluarkan uangnya selama bersama dirinya dan itu sudah aturan untuk Amel dan Vina.

"Makasih ya traktirannya" ucap Amel yang keluar dari mobil Willy yang hanya diangguki.

Amel masuk ke dalam melihat Barry duduk sambil berbicara dengan kedua orang tuanya. Amel mencium tangan Gina lalu duduk disamping Gina tapi sayangnya langkah Amel dihentikan oleh Gina membuat Amel bertanya melalui tatapan mata.

"Buruan mandi sama dandan mau diajak ketemu orang tua Barry, satu lagi kalau buka pintu kamar pelan - pelan Yuki sama Doni lagi tidur."