Kedatangan Barry

Amel tidak menyangka Barry mendatangi rumahnya seorang diri membuat semua terkejut dengan kedatangan Barry termasuk kedua orang tua Amel, Amel hanya diam tidak tahu harus bersikap bagaimana pada kedatangan Barry. Gina menyadarkan Amel untuk membantu dirinya dengan meninggalkan Barry di depan dengan ketiga pria kesayangannya yang entah takdir seperti apa karena tiba – tiba Musa kakak pertamanya datang seorang diri dan Satria sudah pulang kerja. Satria turun dengan memandang kedua wanita tersebut bingung tapi melihat keberadaan laki – laki lain memilih duduk di dapur mendekati Amel dan Gina.

“Pacar?,” tanya Satria mengagetkan Amel membuat Amel menatap tajam “baru kelar sidang sudah ada yang datang ke rumah hebat.”

“Mulut mas memang suka asal,” ucap Amel kesal membuat Satria tertawa.

“Aku sih setuju aja asal bisa bahagiain kamu tapi kalau nyakitin ya aku bakal bikin dia babak belur pertama kali.”

“Mulutnya itu keluar dengan yang bagus jangan jelek karena termasuk doa,” tegur Gina membuat Satria terdiam.

Suara Gunawan memanggil Gina dan Amel menghentikan pembicaraan mereka dengan segera mereka berdua keluar sambil membawa minuman dan camilan untuk mereka para pria, Satria mengikuti dari belakang dan mengambil tempat disamping Musa yang berarti berlawanan dengan Barry. Amel menatap mereka bergantian seolah menantikan apa yang akan Barry bicarakan tentang kedatangannya ke rumah dan berhadapan dengan keluarganya, tidak mungkin Barry melakukan apa yang dirinya katakan tadi pagi.

"Maksud kedatangan saya disini ingin melamar putri bapak Amel menjadi istri saya dan ibu dari anak-anak kami," ucap Barry tegas dengan menatap mereka satu per satu.

"Usia kamu berapa? seumuran dengan aku kayaknya," tebak Musa seakan menilai Barry dari atas ke bawah.

"Saya duda punya anak kembar cewek dan cowok, istri saya meninggal waktu melahirkan anak – anak kami, usia mereka 6 tahun" Barry menatap Musa “bisa jadi kita satu usia.”

"Kamu cinta sama Amel?," tanya Satria yang membuat Amel menatap tajam.

Barry mengangguk mantap "kalau saya tidak mencintai Amel saya gak akan serius datang kesini."

"Kenal berapa lama?," tanya Musa dan Amel seketika melotot ke arah Musa namun tidak peduli sama sekali.

"Secara pribadi dekat dengan Amel baru tapi anak – anak sudah kenal Amel hampir selama Amel menyelesaikan skripsi," jawab Barry.

"Maksudnya?," tanya Musa penasaran.

Barry menceritakan semuanya tanpa ditutupi, setelah Barry bercerita semua menatap Amel yang akhirnya Amel menceritakan versi yang dia jalani selama ini. Semua yang ada di sana mendengarkan cerita Amel tanpa bertanya sama sekali berbanding terbalik ketika Barry bercerita sebelumnya.

"Pada dasarnya bunda gak keberatan dengan semua ini mau duda atau lajang yang penting bisa menyayangi Amel karena bagaimana pun Amel ini permata kami semua, anak perempuan satu – satunya," ucap Gina menatap Barry "Barry pasti paham apa yang bunda maksud jadi semua ini dikembalikan pada Amel bagaimananya karena yang menjalani Amel bukan kami."

Kedua kakak Amel hanya mengangguk mendengarkan penuturan Gina karena bagaimana pun kedua wanita ini adalah wanita yang mereka jaga, terutama Amel jangan sampai ada yang menyakitinya. Bagi mereka menyakiti kedua wanita ini sama halnya menyakiti mereka pribadi dan jangan harap hidup orang tersebut akan tenang nantinya.

"Lalu rencana Barry kapan membawa orang tua kemari?," tanya Gunawan.

"Ayah," panggil Satria dan Musa bersamaan

Gunawan menghembuskan nafas "Amel apa jawabanmu?."

"Terserah ayah," jawab Amel namun saat Amel melihat wajah Gunawan dan Gina yang mengharapkan jawaban bukan kata terserah "Amel pribadi ingin melanjutkan cita – cita dengan bekerja terlebih dahulu baru setelah itu menikah, apalagi setelah ini pernikahan Mas Satria jadi aku gak mau mengganggu acaranya.”

Gunawan menatap ketiga jagoannya yang selama ini menjaga dan menyayangi Amel seolah mereka berbicara melalui tatapan mata, pandangan Amel mengarah pada Barry yang tampak santai dengan keadaan dihadapannya. Amel sendiri sedikit takut dengan keputusan yang akan mereka buat untuk masa depannya karena jujur Amel sendiri tidak tahu harus berbuat seperti apa dan juga memutuskan bagaimana dengan kejadian ini.

"Selama dia gak nyakitin Amel setuju," ucap Musa yang langsung dianggukin oleh Satria tanpa ragu “tapi tidak dalam waktu dekat sesuai perkataan Amel ditambah lagi bukan karena status kamu yang duda hanya saja semua serba dadakan untuk kami semua.”

“Saya paham, tapi bagaimana jika kami bertunangan terlebih dahulu?,” usul Barry membuat semua terkejut termasuk Amel.

Amel menatap Barry tidak percaya karena dengan mudahnya mengatakan hal tersebut “maaf tapi kami sendiri baru saling kenal dan juga belum terlalu dekat sama sekali lalu bagaimana bisa memiliki hubungan?.”

Amel menunduk ketika mengatakan hal tersebut membuat semua terdiam mendengar perkataan Amel termasuk Barry, bahkan Amel tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat reaksi mereka semua. Amel sendiri tidak tahu harus bagaimana dengan semua kejadian ini karena apa yang Barry lakukan sangat mendadak dan tanpa persiapan, ditambah lagi Amel belum terlalu mengenal Barry sama sekali kecuali sebagai ayah kembar.

“Saya tahu jika apa yang saya lakukan ini membuat Amel terkejut dan saya sendiri baru mengatakan niat ini tadi setelah Amel selesai sidang bahkan saya mengajak Amel untuk melihat rumah kami nantinya,” ucap Barry memecahkan keheningan membuat semua menatapnya termasuk Amel “saya datang untuk meyakinkan Amel bahwa saya tidak main – main dalam menjalani hubungan lagi pula saya bukan gagal menikah tapi Tuhan yang memisahkan kita dengan maut.”

“Bagaimana hubunganmu dengan keluarga almarhumah istri?,” tanya Satria menatap Barry dengan serius.

“Sangat baik dan mereka juga menginginkan saya agar segera memiliki pendamping.”

Semua menatap Amel seolah menunggu jawaban sedangkan Amel hanya diam karena ketika mereka berada di rumah tadi memang Barry mengatakan niatnya semua, tapi semua terlalu mendadak untuk dirinya. Amel menginginkan menikah cepat tapi tidak secepat ini bayangannya karena mengenal Barry sendiri belum terlalu lama bahkan hanya dalam hitungan hari, Barry sendiri sudah menceritakan bagaimana dirinya tertarik dengan Amel hingga memantapkan diri untuk meminang di mana keputusan itu di dapatnya tidak dalam waktu singkat.

"Jadi kapan orang tua serta kedua anakmu kemari?," tanya Gunawan memecah keheningan.

"Besok saya ingin memperkenalkan Amel di keluarga besar setelahnya saya akan bawa orang tua kemari," jawab Barry langsung.

“Amel terima lamaran Barry tapi tidak dalam waktu dekat menikah.”

Barry tersenyum dengan jawaban Amel sedangkan Amel sendiri semakin menunduk tidak berani menatap Barry bahkan keluarganya tersebut, keputusan tersebut datang begitu saja ketika Gunawan bertanya mengenai rencana Barry mengenalkan dirinya dengan orang tuanya yang menandakan bahwa Barry benar – benar serius.

"Mbak yakin sama keputusan ini?," tanya Gina ketika mereka di dalam kamar.

"InsyaAllah, bimbing Amel ya, bun," ucap Amel menatap Gina.

"Putri bunda udah mau jadi istri aja padahal baru kemarin bunda gendong" Gina menarik Amel ke dalam pelukan "mbak harus bisa bagi perhatian antara anak sendiri dan anak Barry dari sebelumnya" nasehat Gina yang Amel lakukan hanya menangis mendengar semua nasehat Gina tersebut.