WebNovelBaby-Boy100.00%

0;4 Ryan

Ajaib ya yang namanya cinta?

_____________________

Bagas melirik sekilas ke arah Ryan. Bibirnya maju 5 centi dengan kedua tangan menyilang didepan dada. Ternita memandang kearah keduanya secara bergantian. Menaikan satu alis kirinya dan mengangkat kedua bahunya. Gak tau deh...

"Kok lo gak bilang sih kalo pindah kelas?" Ryan berujar tampa melihat kearah Ternita.

"Sorry Kak, gw juga baru tau kemarin soalnya. Kan gada pemberitahuan." Ternita meyakinkan Ryan disebelahnya.

Sedang yang lainnya merasa kepanasan melihatnya, dih... Emang urusan dia kalo Ternita pindah kelas? Siapa dia? Bapaknya?Pacarnya? Bukan kan.

Bagas mendengus kesal.

Mengangkat badannya dari tempat duduk dengan mata yang masih menatap Ryan dengan sinis. Pasti kalian bingung kenapa mereka berdua bisa musuhan? Ryan rival Bagas semenjak smp kelas 3. Mereka dipertemukan dalam ajang basket tingkat nasional disekolah Bagas pada saat itu. Tim Bagas harus menerima kekalah karna tendangan pinaltinya gagal masuk gawang.

Ryan lah penyebab dari itu semua, ia membuat Bagas tak bisa ikut bertanding dibabak kedua karna tackel kasar yang diperolehnya.

Tapi sekarang Bagas sedang mati matian menahan tangannya yang sudah mengepal sejak awal. Untung ada Ternita, kalo enggak? Udah ada ajang gelut nih berdua.

"Ta, gw ke kantin duluan ya. Lo mau ikut gw ga?" ucap Bagas.

"Lo duluan aja deh, nanti gw nyusul. Oke!" Ternita menyatukan jari telunjuk dan jari jempolnya membentuk tanda O bersama ukiran senyum manis dibibirnya.

Bagas memberi pandagan mengejek kearah Ryan.

"Apa lo?!" sewot Ryan yang telah menyiapkan tangannya, ancang ancang bergelud kasar.

"Apa lo... Nyenyenye" Bagas menjulurkan lidah mengejek alhasil makin membuat Ryan naik pitam dibuatnya.

Jika saja Bagas tak buru buru ngacir ke kantin bersama kedua sahabatnya, pasti tempat ini dipenuhi segerombolan anak yang melihatnya berkelahianya sekarang.

Ternita terkekeh pelan, meskipun masih bingung tentang situasi apa yang sebenarnya terjadi.

"Udah udah." tangan Ternita menengahkan keduanya. Mengusap pundak Ryan memberi kehangatan yang dirasakannya. Menenangkan Ryan untuk berhenti mengumpat kasar pada teman sebangkunya.

"Lo kok bisa sih bareng si kunyuk itu?" tanya Ryan.

"Bagas?" Ryan menganggukan kepala dengan wajah ditekuk.

"Itu temen sebangku aku." balas Ternita.

"Hah? Ta, kamu gak ada temen sebangku lain apa? Kenapa coba harus sama Bagas? Kamu suka sama dia?"

Ternita menggeleng cepat. Yang Ternita sukai itu orang yang berada didepannya sekarang. Sayang Ryan bukan orang yang peka, membuat Ternita sudah kelelahan memberi kode keras padanya.

Jangan menanyakan hubungan tentang mereka berdua. Ayah Ryan salah satu guru ditempat latihan Judo Ternita yang dulu. Karna dulu Ryan lumayan sering ikut ketempat Ternita latihan. Wajah Ryan cukup menarik perhatian dirinya sehingga mendekati Ryan yang gak peka kayak karung beras ini. Bersusah payah Ternita mencoba mendekat tapi untungnya sekarang mereka bisa berteman dekat. Ya... kayak sekarang contohnya.

"Kak, ke kantin dulu sana. Waktu istirahat sebentar lagi mau selesai." Ternita membujuk Ryan yang masih menunggu jawaban. Dengan malas Ryan bangun dari tempat duduknya, berjalan kearah berlawanan sebelum akhirnya membalikan badannya dengan tangan menunjuk ke Ternita.

"Kebiasaan suka ngalihin pembicaraan, heum." Ryan pergi melewati barisan para gadis yang menatapnya sedari tadi.

Banyak anak perempuan yang gak suka sama Ternita. Pasalnya ia bisa ngobrol santai bersama Ryan tampa melakukan hal ekstrem seperti apa yang mereka lakukan. Ternita bahkan gak pernah memberikaan coklat atau minuman, berbeda dengan mereka yang selalu siap sedia kala dibutuhkan.

Ternita sudah biasa dipandang rendah, selain karna dirinya yatim piatu dan hidup dengan bantuan pemerintahm. Bagi mereka Ternita cewek centil yang suka deket deket sama cowok tajir gara gara harta. Liat aja sekarang, udah mau ngambil hati Bagas juga.

Begitulah gosip murahan yang menyebar. Andai saja sekolah memperbolehkan perkelahian atas dasar penghinaan. Pasti tangan cewek itu sudah patah sekarang. Ternita menghela nafas pelan berjalan kearah kantin untuk menghampiri Bagas, Oji dan Angga.

"Bgsd banget tuh cowok deket deket sama Ternita." Bagas mengusap kasar wajahnya sedikit frustasi. Angga dan Oji hanya saling mangut mangut. "Jadi udah naksir beneran nih sama dek Ternita..." Oji berucap dengan nada mengejek.

Tak lama setelahnya Bagas memberikan tatapan tajam mengintimidasi Oji yang mulai kalap keringat dingin. "Ampun bang jago."

Ternita duduk disamping Bagas membawa semangkok Bakso empok Atikah dan segelas es jeruk manis ditangan yang lainnya.

Baru akan menyendokan sesuap bakso kemulutnya. Sudah terdengar lagi cacian pelan namun jelas.

"Liat tuh, sekaranh deket deketnya sama Bagas. Padahal baru kemaren gw liat dia pulang bareng sama si Ryan. Murahan banget ya?, Haha." cetus anak anak yang duduk bersebalahan dengan mereka.

Ternita tak mau ambil pusing dengan itu semua. Baginya kalo didengerin nanti malah nambahin beban hati, pikiran sama luka yang makin dalem. Sayang ah hatinya udah banyak goresan.

Berbeda dengan Bagas yang muak mendengar bacot sampah dari mereka semua. "Alah, nyenyenye. Murahan banget ya... Kek lo mahal aja babi!" Celoteh sarkasnya puas. Mukanya bener bener lucu sekarang, membuat Tersenyum simpul.

"Gada kerjaan banget sih ngurusin idup orang. Urusin aja idup diri sendiri, urusin tuh muka, nilai sama akhlak lo yang pada minus semua." sindir Bagas dari tempat duduknya dengan mata berfokus pada handphone. Biarin aja biar pada kesindir...

"Iya ih, udah muka buluq banget, kerjanya ngerocos terus kayak knalpot motor jamet!" tambah Oji ikut memeriahkan acara sindir sindiran dikantin yang mulai panas. Anak anak yang lain. Sisanya menatap dengan wajah sedingin es.

"Jamet kok teriak murahan? Gak salah tuh? Mana yang ngasih pacarnya grepe grepe gratisan? Kan lo jauh lebih murahan. Ya gak?" Angga melontarkan kalimat pedasnya. Beberapa anak merasa tersindir skakmat. Kalimatnya langsung jleb dihati tampa permisi sama sekali.

Ternita menyenggol tangan Bagas, agar menyudahi sindiran gak berfaedah ini. Kalo dilanjutin gak selesai selesai. Hingga satu cewek memukul bahu Ternita dengan sengaja, "Eh tangan gw licin." Membuat Bagas terbangun dari tempat duduknya.

Licin kok disengajain?

"Ups, maaf ya. Sakit ga?" alis cewek berambut pirang itu terangkat satu. Memberikan ekspresi merendahkan Ternita yang membuatnya tertawa geli tampa ekspresi.

"Lo sengaja ya?" Bagas bertanya tenang tampa melibatkan emosi.

"Gak tuh, kenapa sakit ya? Lo aja kali ah yang lebay. Sok sensitif." Cewek bernama Alea itu menekankan suaranya dikata sensitif.

Alea berjalan menerobos lingkup Oji dan Angga yang berdekatan. Bahunya menabrak keras pada Bahu Oji. "Ups, sorry." Angkuhnya berjalan lurus tampa rasa bersalah sama sekali.

Bagas tampak kesal melihat Ternita yang selalu direndahkan dideoan umum. Ternita terlalu baik padahal kalo dia mau bisa aja kan ternita matahin tulang mereka satu persatu.

"Udah yuk. Balik aja." Ternita mengusap punggung Bagas pelan. Langkahnya diekori Angga dan Oji dibelakang mereka.

Alea, siapa yang tak mengenalnya? Adik dari mantan ketos tahun kemarin. Arkan dinata, wajah sama tapi sifatnya jauh amat sangat betolak belakang. Kakaknya bukan cuma anak rajin yang dieluh eluhkan semua guru, orang tuanya juga salah satu donatur utama dalam sekolah ini.

Lalu bagaimana dengan adiknya? Jangan terlalu ber-ekspentasi tinggi pada rubah betina satu ini. Kehidupanya terbilang terlalu mewah untuk anak seusianya. Party tiap minggu atau bahkan barang barang brended, itulah image yang selalu melekat pada dirinya.

Lalu kenapa Alea membenci Ternita? Alea adalah mantan pacar Ryan. Sudah sebulan lebih dirinya mendaoat predikat mantan, mantan tercepat lebih tepatnya.

Hubungannya berjalan tak lebih dari 3 bulan. Alea yang sempat berfikir dirinya selangkah lebih maju dari Ternita harus mengubur halusinasinya dibawah tanah saat Ryan memutuskan berpisah dengan-nya dibelakang sekolah.

Alasanya? Ryan muak dengan sifat jelek Alea yang selalu menjadikannya babu ketika berbelanja. Ah, Ryan jengah dan muak pada dirinya.

***

"Alea, lo tuh gila ya?" Ryan menarik Alea. Memojokannya hingga wajah alea berubah drastis. Mana tadi muka jutek nya? Kok berubah...