Berat rasanya mengikhlaskan sesuatu yang pernah hadir dikehidupan, mengikhlaskan itu butuh sebuah penawaran yang benar - benar bisa menjadi nyata.
Sebuah takdir membuat seorang Liza tidak yakin bisa berdamai dengan cinta tapi ia berharap, berharap kali kedua ia tidak akan seperti ini.
Rasa itu akan selalu ada, karena sungguh ini bukan perpisahan yang Liza harapkan bukan ini yang Liza inginkan namun Tuhan mempunyai rencana yang lebih Indah dari sebuah keikhlasan.
Dan untuk kedepannya Liza akan belajar untuk lebih selektif dalam menjalin sesuatu karena ia tidak ingin pada akhirnya diri-nya lah yang kembali terluka.
"Meninggalkan sesuatu itu tidak apa-apa selagi itu baik, baik untukmu dan baik untuk masa depanmu " ucap Albi, hari ini hari senin seharusnya Liza berada disekolah bukan dirumah.
Entah terlalu bodoh atau terlalu kekanak-kanakan ia tidak tau, hari ini sulit rasanya untuk bangun pagi sang mata menolak melihat tapi hati memaksa untuk tetap membuka karena ini hanya permulaan bagi masalah dalam kisah cinta.
Ini hanya setitik masalah tapi memicu sebuah perpisahan.
Albi datang kerumah lebih tepatnya untuk membahas masalah pekerjaan dengan bang Eza, dan tanpa Liza ketahui abang menceritakan kedekatannya dengan dia dan tak lupa menceritakan bagaimana Liza bisa meningggalkannnya Alvian.
Ketika Eza menceritakan tentang itu seperti tersirat sebuah rasa bersalah yang memenuhi pikirannya, Eza merasa sangat bersalah karena tidak mencegah Liza ketika menaruh harapan kepada dia yang bukan semestinya.
" Iya aku tau itu. "
"Alaiza sudah makan? "
" Jangan panggil aku Alaiza. "
"Kenapa? " tanya Albi heran namun diacuhkan oleh dirinya.
"Apakah kamu keberatan? " tanya Albi padaku.
" Ah tidak, maaf aku tinggal " ucap Liza lalu pergi meninggalkan Albi sendirian diruang keluarga.
Ini yang Albi takutkan, Liza menutup hatinya karena sebuah harapan yang menjadi angan. Akan lebih sulit bagi seseorang nanti untuk Liza membalas sebuah rasa.
***
Sekolah dimulai seperti biasa tapi ketidakhadiran seorang Liza membuat sebuah tanda tanya besar, ada apa?
Dan ini adalah kali pertama seorang Alaiza tidak masuk sekolah tanpa sebuah kabar, dibalik itu semua hanya Syila yang benar-benar tau ada apa dengan Liza. Tapi Liza lebih dahulu membuat Syila bungkam.
" Arsan? Tuh anak kemana? " tanya Dira kepada Arsan ketika selesai pembelajaran jam pertama.
"Mungkin sakit, " terka-terka Arsan.
"Kenapa? " tanya Rio penasaran dengan ucapan Syila.
"Syil? Elu gak lagi nutupin sesuatu kan, " ucap Dira sebagai wanita Dira merasa jika Syila sedang berbohong namun Dira bingung kenapa Syila bungkam.
"Apaan sih Dir," ucapnya setenang mungkin, Syila lupa.
"Gak ada rahasiakan Syil " ucap Dion membuat syila gelisah.
"Apa yang terjadi dengan Liza, Ada apa? " tanya Arsan sambil menatap wajah Syila berharap syila mau jujur.
"Syila kamu gak bisa bohong, aku tau ada yang kamu tutupin kan dari kita tentang Liza dengan pak Alvian. "
"Baik, " ucap Syila yang sudah tidak sanggup lagi berbohong kepada para sahabatnya, dalam benaknya Syila meminta maaf kepada Liza karena masalah ini tidak seharusnya ditutupi.
"Kalian boleh lihat Video ini. "
"Oke. "
"Selamat pagi Anak-Anak, " bu Mia masuk setelah meraka menyelesaikan menonton video dari Syila.
Pembelajaran kedua meraka ikuti dengan perasaan Yang campur aduk antara kasian dengan perasaan Liza Dan kesal dengan sikap Alvian.
***
Hari kamis.
Hari kamis ini sekolah diliburkan karena para gurunya sedang sibuk memikirkan cara bagimana muridnya bisa pintar tanpa memberikan tugas.
"Hahah canda guru. "
Hari ini juga ibu sedang baik mungkin juga sedang ingin foya-foya menghabiskan uang Ayah.
"Ayoo mau ikut gak, " tanya ibu pada Syila, urusan yang beginian tidak ada kata tidak ikut bagi Syila.
Tapi di sisi lain ia kasian pada sang ayah, karena uang ayah ibu belikan untuk berfoya-foya yaa meskipun Ibu tak pernah lupa membelikan pakaian untuk Ayah sehabis berfoya-foya dari mall.
Berfoya - foya yang aku maksud bukanlah real menghabiskan uang untuk barang tidak berguna, tapi berfoya-foya disini adalah membeli semua keperluan rumah seperti makanan, minuman, cemilan dan bahan masakan untuk 1bulan dan jika ibu sedang mengizinkan maka dibolehkan membeli pakaian, tapi jarang sekali ibu tidak mengizinkan.
Syila menatap Ayah, Ayah menatap Syila mungkin ia sadar bahwa Syila menatapnya dengan wajah sedih " Ayah bekerja untuk kalian bukan untuk Ayah, sana ikut Ibumu belanja. "
"Iya Ayah terimakasih, " lalu memeluk Ayah.
Tidak semua anak bisa dekat dengan kedua orang tua terutama Ayah, jika diberikan kesempatan untuk bisa dekat dengan keduanya lakukanlah karena tidak semua anak bisa seberuntung itu tapi, jangan lupa untuk bersyukur karena itu adalah hadiah terindah dari Tuhan untuk kita.
***
Setelah berkeliling membeli ini membeli itu akhirnya Ibu lelah dengan sendirinya, "Kita makan dulu ya "ucap ibu ketika selesai berbelanja bulanan, selain membeli makanan ibu juga tidak lupa untuk membeli pakaian walaupun hanya satu.
" Sayang, kamu pesan dulu ya Ibu mau ketoilet dulu."
"Iya Bu."
Ketika selesai memesan makan mata Syila melihat kesana kemari, ada satu titik yang membuat dirinya fokus.
"Pak Alvian," mata Syila mengikuti langkahnya Alvian yang baru saja masuk ke restoran yang sama dengannya, restoran ini tidak seperti restoran pada umumnya dan bisa dibilang tempat untuk nge-date juga bersama pasangan, jika ada.
Oh ya dan ini bukan di Mall, Syila dan Ibu makan di sebuah restoran sebrang Mall.
Ia terkejut bukan main, pertama Syila terkejut karena melihat kalung salib di kalung dan gelang wanita yang sedang bersama dengan Pak Alvian, dan yang kedua Syila terkejut karena Pak Alvian mencium wanita itu tanpa ragu sedikitpun kemudian dia memberikan sebuah bunga kepada wanita itu.
Tanpa berpikir panjang Syila mengeluarkan handphonenya, ia sangat tidak ingin seseorang terluka dan terjebak dalam perasaan kepadanya.
" Oh tidak, " ucap Syila ketika mengambil video, Pak Alvian berjongkok seperti sedang mengatakan sebuah rasa kemudian wanita itu speechless karena tindakan Pak Alvian yang tiba-tiba dan Syila berhasil menutup mulut ya yang ingin berteriak marah karena telah mengkhianati Liza sahabatnya. Syila hanya tidak tau bahwa hubungan Liza dan Alvian hanya sepihak jadi wajar saja jika Alvian melakukan sesuatu diluar logikanya, seperti hari ini.
Setelah ini akankah Liza bisa bangkit dari kecewanya? Alvian memang bukan milik Liza tapi Liza memiliki cinta untuk Alvian, pada akhirnya semua yang datang akan pergi.
"Sayang? " ucap Ibu mengagetkan.
"Bu."
"Sedang apa? "
" Hanya melihat sekitar."
" Oh ya sudah ayo makan."
" Iya Bu."
***
"Jadi Liza dengan Pak Alvian beda agama, " ucap Arsan ketika Syila sudah menyelesaikan ceritanya.
"Manusia BODOH, dia sudah seperti memberi harapan untuk Liza tapi dia juga yang menghancurkannya. "
"Tapi mereka beda agama Dir, "
" Syil seharusnya Alvian memberitahu Liza sebelum mendekat nah kalau sudah seperti ini mau gimana? ini sama saja dengan menyakiti Liza. "
Tanpa meraka sadar seseorang sedang mendengarkan dari balik tembok dan seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Alvian, Alvian mendengarkan kekesalan para sahabat Liza disini dia mulai paham kesalahannya.
" Maafkan saya Amor. "
AMOR ALAIZA
Satu kali Liza tidak menjawab teleponnya.
Dua kali masih sama.
Keempat kalinya Liza mau menjawab, tapi itu suara Albi Reyham yang mungkin saat ini dia sedang berada dirumah Liza
AMORA
hallo?
Yaa
Vian ada apa?
Ada Amora?
Amora?
Liza.
Ada sebentar sedang makan, tunggu sebentar.
Hallo Bi? Liza tidak sekolah ya.
Udah tau nanya.
"Alaiza, " ucap Albi terdengar di telephone Alvian.
"Apa? aku sedang makan. "
" Handphone mu, ada yang menelpon. "
" Ih siapppaaaa, aku lagi makan kenapa kak Albi angkat sih emang dari siapa. "
"Alvian, " ucap Albi menyebut namaku.
" Bilang saja aku tidak ada, " ucap Liza dengan suara kecil hampir tidak terdengar.
" Ayo Alaiza. "
"Aku tidak mau. "
"Alaiza. "
" Ah Baiklahhh. "
AMORA
Hallo?
Amor apakabar?
Aku sedang sibuk.
Amora bisakah kita bertemu.
Hal.. Halooo? Yaaa.. Apaaa.. Haa..iii
Jangan bercanda.
Hal.. Oooo.. Ter.. Putus,, putus... Sss.
Aku tau kamu bohong.
Hal... Oooo... Ada... Ooo... Rraanggg
Liza jangan bercanda.
Yaa, dan aku tidak mau, jangan menelponku lagi.
Mor? Haloo
Ucap Alvian namun sayang sambungan telpon nya sudah di putuskan sepihak tanpa memberi waktu untuk Alvian menjelaskan apa yang terjadi.
"Amora percayalah ini buat kebaikan kita juga bukan hanya untuk aku saja."
" Mungkin menjelaskan dirumahnya akan lebih baik, " Ucap Alvian lalu pergi meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menjelaskan sesuatu dan memberikan Liza mengertian.