Ruangan Pusat Medis kampus yang tiba-tiba serasa sesak, diruangan itu tak banyak orang, hanya Dokter, aku, dan ibuku. Ya tiba-tiba ada ibuku.
Aku membuka mata lalu melihat sekelilingku, ibuku berada disebelah kiriku sambil memegang tanganku. Sontak aku tertuduk dan lansung bertanya,
“Hah? Bagaimana ibu bisa kesini?”
“Bagaimana tidak kesini mendengarmu pingsan” Jawab ibuku sembari melihatkan raut muka yang sedih.
“Saya yang menelfon nyonya Maria kesini” Sambung dokter Adhjazair, sembari mendekatkan Stetoskop ke badan Syahra.
Dokter Adhjazair adalah dokter yang juga petinggi dari kampus UI, dia beberapa kali datang ke kampus sebagai dokter dan kadang juga sebagai Direktur kampus. Dia juga punya rumah sakit sendiri, dia sangat kaya sebagai dokter sukses mau pun direktur.
“Jadi keadaanya bagaimana, dokter?” Tanya ibu syahra khawatir.
Dokter Adhjair menjelaskan dengan hati-hati,
“Syahrah hanya terkena serangan panik, dia hanya perlu istirahat, nanti akan stabil lagi” Sembari tersenyum.
Ibu Syahra merasa lega dan membalas senyum dokter sembari membantu Syahra duduk kembali.
Tiba-tiba Roger, yang hampir menambrak Syahra masuk dan berlari kearah Syahra,
“Syahra, maafkan aku. Aku menyetir dengan kecepatan yang tidak seharusnya, aku tidak..” Belum sempat Roger melanjutkan permintaan maafnya, ibu Syahra lansung mengusir Roger, menyeretnya keluar dan menutup pintu.
Dokter Adhjazair mencoba menghandle situasi saat itu juga, dan tidak membiarkan Roger masuk.
Syahra yang sedang duduk di sofa pasien, lalu bangun dan bertanya kepada dokter Adhjazair yang sedang duduk dimeja kerjanya.
“Kalau dokter memeriksa saya, apakah dokter juga mengecek keadaan Khaffi. Khaffi menyelamatkan saya dari mobil diseberang jalan, dia benar-benar cepat menyelamatkan saya, saya bahkan bingung bukankah harusnya dia tidak selamat?” Jelas Syahra dengan kebingung yang memenuhi sorot matanya yang khawatir sembari menjelaskan dengan gerakan tangan bagaimana kejadian itu berlansung.
Sontak pertanyaan Syahra mengejutkan sang ibu,
“Khaffi? Siapa dia” Kata nyonya Maria (ibu syahra)
Bagaimana dia tidak bertanya, sedari ibunya datang dia hanya dengan dokter dan Syahra diruangan itu, bahkan dia baru tau yang menabrak itu adalah Roger yang barusan masuk secara tiba-tiba keruangan Pusat Medis Kampus.
“Hm..Saya harap kamu tidak usah membesar-besarkan hal itu. Saya rasa Khaffi juga tidak mau itu dibuat besar.” Dokter Adhjazair menjawab dengan hati-hati seolah ingin menutupi sesuatu.
Syahra yang mendengar ucapan dokter Adhjazair kebingungan dan bertanya kembali,
“Kenapa? Bukankah itu hal baik?”
Namun Dokter Adhjazair hanya tersenyum, dan melangkah keluar ruangan Pusat Medis Kampus tersebut lalu berkata, "Syahra jangan lupa istirahat dan minum vitamin ya" Lalu dia pergi.
Seiringin Dokter Adhjazair keluar ruangan, Syahra dan ibunya pun juga keluar dan betapa terkejutnya ketika Syahra menoleh, Khaffi tepat didepannya, seperti sedang menunggu kabar keadaannya.
Khaffi yang disadari sedang menunggu diluar, sontak melihat kearah Syahra pula namun Khaffi tidak cukup berani untuk menyepa nya kembali dan malah memilih pergi.
Syahra yang melihat Khaffi yang kikuk bertemu dirinya, lansung menghentikan Khaffi
“Khaffi, tunggu!” Boleh aku bicara” sembari mendekat kearah Khaffi.
Khaffi yang merasa canggung, seketika berkata,
“Tidak usah berterimakasih. Kau hanya berada didekatku, itu kenapa mudah sekali meraih tubuhmu” Jelasny, lalu membuang muka dan mencoba untuk tidak gugup dan menyembunyikan tangannya yang gemetar di kantong celana jeans nya yang mahal.
Syahra yang tadinya ingin basa basi dan mencoba berkenalan dengan baik, dibuat ciut dan berkata.
“Apa? Siapa bilang aku ingin berterima kasih. Aku hanya ingin bilang kau tidak membayar rumah sakit ku saat pertama kali kau menabrakku. Ingat?”
Spntak ucapan Syahra membuat Khaffi terkejut,
“Hah? Teriaknya kebingungan.
Ya, begitulah kejadian waktu itu, aku tidak begitu berani memulainya dan Khaffi begitu dingin. Terlalu canggung bagi kami. Aku pun bingung harus apa saat itu. Nabila juga meyakinkanku tentang Khaffi, saat masih duduk dibangku SMA, saat Khaffi dan Nabila satu sekolah, Nabila menceritakan bagaimana sikap Khaffi dan kepribadiannya yang buruk.
“Khaffi dari keluarga kaya raya, bahkan beberapa dosen-dosen disini kerabatnya. Berita buruknya dia play boy, dia bahkan pernah mencampakkan seorang gadis yang sempurna dan meninggalkan nya dengan alasan bosan. Lalu saat satu kelas dengan Khaffi dia adalah orang yang suka mengganggu teman yang lain, lalu mencari gara-gara dengan guru, dia bahkan datang paling lambat dan pulang paling awal, dan buruknya lagi tidak ada yang berani memarahi nya.”
Ibuku juga bilang,
“Tidak usah memulai pertemanan dengan pria jahat, dia hanya akan mendapatkan mu lalu menghilang saat kamu mulai benar-benar mencintainya.”
Tidak ada yang lebih baik jika kita mendengarkan cerita seseorang dari orang lain. Aku tahu pepatah itu, bagaimana mungkin kita mengenal seseorang hanya dari cerita orang lain. Tentu saja itu tak adil, aku harus mengenalnnya dari sikap yang dia tunjukkan padaku, bukan orang lain. Namun, tetap saja ini menyiksa. Bahkan, untuk memulai hubungan baik dengan Khaffi aku tidak bisa. Ini juga menyakitkan ketika tahu bahwa sebenarnya aku suka matanya dan tatapan misteriusnya, Itu indah.
***