Chapter 9

"Kak temani kami ya turun sarapan. Takut mama marah lagi. Serem tau kak liat mama marah", ujar Oskar memelas.

Alex adik bungsu Liany juga mengangguk membenarkan.

"Kak temani ya", ujar Alex sambil memegang tangan Liany.

"Ya Uda ayo", ujar Liany sambil menggandeng tangan Alex.

Saat menuruni tangga, Liany melihat papanya sedang berbicara dengan seseorang di meja makan.

"Nah tuh Liany uda bangun. Uda ditunggu nih dari tadi", ujar Hendrawan sambil menyentuh lengan Nathan yang duduk di sebelahnya.

Liany kemudian menghampiri papanya, mencium nya diikuti kedua adiknya lalu beralih ke arah Linda.

"Kamu bawa buntut ya?", ledek Hendrawan melihat kedua putranya mengikuti Liany.

"Tante mama yang cantik dan baik hati, maafkan Oskar dan Alex ya. Beneran deh, aku nanti yang pantau belajar mereka. Aku sudah hubungi temanku juga yang guru mereka, kalau kedua adik ku masih nilai jelek, agar aku dikasih tau. Aku akan terima hukuman juga bareng mereka ya. Tante mama kan baik hati dan cantik banget, iyakan Oskar, Alex?", ujar Liany merayu Linda.

"Iya mama kan baik banget dan ngga ada duanya deh", ujar Oskar merayu sambil memijat bahu Linda.

Alex ngga mau kalah, langsung duduk disebelah Linda sambil memijat tangan Linda.

"Iya, mama paling baik sedunia", ujar Alex.

"Apa sih. Iya iya Uda, tapi jangan ulangi lagi ya", ujar Linda lembut dan keduanya mengangguk.

"Kalian ya, merayu mama aja, papa ngga di rayu?", tanya Hendrawan. Liany langsung memijat bahu Hendrawan lembut.

"Kalau papa itu urusannya kak Liany", ujar Oskar.

Liany melirik ke arah Nathan yang ternyata sedang memperhatikan nya dengan tersenyum.

"Iya sudah, duduk kita sarapan dulu", ujar Linda.

Liany akan duduk ke sebelah Linda namun Alex tidak mau beranjak dari tempat duduknya.

"Liany, kamu duduk sebelah nak Nathan dong, kok malah jauh-jauhan", ujar Hendrawan.

"Tau nih kakak. Dekat kakak ipar dong biar kelihatan mesranya", ledek Alex.

"Oh gitu ya kalian. Awas nanti aku ngga mau bantuin lagi", ancam Liany lalu beranjak ke arah Nathan.

Nathan bangun lalu membukakan kursi untuk istrinya. Dia membantu istrinya mendorong kursinya ke posisi nyaman. Linda dan Hendrawan senyum-senyum melihat keduanya.

Liany mengambil sepotong roti bakar lalu menaruh di atas piringnya. Ia juga memoleskan selai coklat kesukaan nya diatas rotinya kemudian dengan cueknya ia memakan sarapannya sementara Nathan hanya diam memperhatikan nya.

"Liany kok nak Nathan tidak dilayani makannya, kamu malah makan sendiri", tegur Hendrawan.

"Dia punya tangan kok pa buat ambil sendiri", ujar Liany cuek.

"Ngga usa pa, aku tadi uda sarapan sebelum kesini", ujar Nathan tersenyum sambil menghadap ke arah Hendrawan.

Nathan kembali memperhatikan setiap tingkah istrinya, ada keanehan dalam sikap Liany kepadanya hari ini, tidak sehangat biasanya.

Setelah sarapan, dengan seenaknya Liany bangun langsung menuju ke ruang TV dan menyalakan TV menonton film kartun kesukaannya.

Kedua adiknya langsung ikutan duduk di dekatnya. Nathan kemudian datang dan Alex yang tahu diri kemudian bangun dan duduk disamping Oskar.

Nathan lalu duduk disebelah Liany, sengaja ia mendekatkan dirinya dengan Liany, menaruh tangannya di sofa belakang Liany sementara Liany hanya diam tanpa komentar.

"Hei kamu uda punya pacar ya?", bisik Liany kepada Oskar yang duduk disebelahnya.

"Kakak kata siapa? Jangan gosip", ujar Oskar malu.

"Kak beneran, dia uda punya, seangkatan aku cewe nya", ujar Alex.

"Wah ngajak ribut ni", ujar Oskar melihat ke arah adiknya.

"Loh wajar loh anak SMA uda punya gadis yang disuka", tiba-tiba Nathan berkomentar.

"Tuh kak dengarkan kakak ipar, wajar kok kalau ada yang disuka", ujar Alex.

"Cantik ngga orangnya?", bisik Liany.

"Cantik kak, pake banget. Aku aja naksir tapi pas tau kak Oskar suka dia, aku mundur lah", ujar Alex.

"Wah lelaki sejati nih", goda Nathan memberikan jempolnya kepada Alex.

"Iya dong kak, jangan gara-gara cewe, kami harus bertengkar. Cemen banget", ujar Alex.

"Kak Nathan pasti banyak pacarnya ya waktu sekolah dulu", tanya Oskar.

Liany menoleh ke arah Nathan, melihat kearah suaminya yang justru juga menatapnya dengan pandangan mesra.

"Aku ngga punya pacar karena aku menunggu kekasihku dewasa", ujar Nathan.

"Jiah romantis banget. Jangan bilang Kak Nathan nunggu kak Liany, kan kalian baru kenal. Kalau kak Liany, hampir setiap minggu ganti cowonya. Ganti terus yang antar dia pulang sekolah.Tapi lucunya berhentinya diujung kompleks bukan di depan rumah", ujar Oskar polos.

"Benar kah?", tanya Nathan tersenyum.

"Loh itu cuma teman-teman ku saja. Kan aku cari tumpangan gratis lumayan irit ongkos", ujar Liany jujur.

"Tapi kak kenapa si kamu ngga pernah mau ajak teman-teman mu masuk ke sini, pasti berhentinya di warung mpo Minah mulu. Uda gitu kamu pasti lama dulu duduk disana baru pulang kalau uda kami jemput", ujar Oskar.

"Aku kan tunggu mereka yang antar jauh dulu biar mereka ngga tau rumahku dimana. Mereka tuh nyangkanya rumahku di warung mpo Minah makanya mereka cuma seminggu doang antar aku", ujar Liany terkikik mengingat pengalaman masa sekolahnya.

"Pintar kamu", ujar Nathan sambil membelai lembut kepala Liany, Liany menoleh ke arah Nathan sehingga membuat mereka berdua bertatapan mesra.

Ada panggilan telepon ke HP Oskar, Alex yang sudah melihat nama pemanggil langsung menggoda Oskar.

"Tuh dia kak orangnya, panjang umur, diomongin telepon dia", ujar Alex.

"Boleh dong kakak ngomong dengan calon adik ipar", ujar Liany sambil menjulurkan tangannya meminta handphone dari tangan Oskar yang hanya memegang handphone nya.

"Kakak mau apa? Jangan ya kak, anaknya lembut banget", ujar Oskar.

"Ngga, tenang aja", ujar Liany dan dengan terpaksa Oskar memberikan handphone nya kepada Liany. Nathan hanya membelai rambut istrinya lembut sambil membuka smartphone nya.

"Halo, Melan ya, ini Liany kakaknya Oskar. Oskarnya lagi di toilet, mau ada pesan apa ngga? Oh kamu cuma mau ngobrol aja? Gimana kalau ngobrolnya di rumah aja? Nanti dijemput Oskar ya. Oke tunggu ya", ujar Liany tersenyum menggoda lalu mematikan handphone Oskar dan memberikan kembali kepada adiknya.

"Kakak kok malah ngajak ke sini si", gerutu Oskar.

"Uda jemput aja. Tenang aja, tante mama dan papa urusan kak Nathan", ujar Liany sambil menoleh ke arah Nathan.

"Iya kan sayang?", tanya Liany menggoda.

"Iya ... eh apa dulu nih yang diiyakan?", tanya Nathan kebingungan. Dia hanya mendengar Liany mengucapkan kata sayang hingga hatinya senang bukan kepalang.

"Pacarnya Oskar mau main ke sini, kamu yang akan menangani papa dan tante mama ya kalau mereka marah", ujar Liany tersenyum.

"Loh kok aku?", tanya Nathan.

"Kan kamu kakak mereka berdua juga, iya kan sayang", ujar Liany lagi.

Dia sengaja menggoda Nathan dengan kata sayang, hingga Nathan begitu bahagia mendengarnya.

"Iya iya, nanti aku yang hadapi papa dan mama kalau mereka marah", ujar Nathan mencubit lembut hidung Liany.

"Beneran ya kak. Kalau mama dan papa marah, bantuin aku omong ya. Kan ini gara-gara istri kakak yang rese ini juga", ujar Oskar sambil melirik kesal kepada Liany.

"Kalau ngga gimana kalau kita jalan-jalan aja keluar, ke mall nanti kita jemput pacar kamu sebelumnya", ajak Nathan memberikan ide.

"Iya gitu aja deh lebih aman daripada bawa ke sini ntar mama marah lagi", ujar Oskar.

"Ya aku jadi nyamuk dong", ujar Alex mengeluh.

"Uda loe ajak Ashley aja, kan rumah dia dekat rumah Melan. Kita jemput sama-sama. Kak Nathan bawa mobil Alphard nya papa aja, ya kak", ujar Oskar memberi kode Liany agar merayu Nathan.

"Iya ya sayang, kamu pakai mobil papa aja ya", ujar Liany.

"Ya Uda, sana minta kunci sama papa. Tuker sama mobil aku nih kali aja papa perlu buat keluar", ujar Nathan sambil menyodorkan kunci mobilnya.

"Itu di garasi masih ada 5 biji lagi, ngapain papa keluar pakai mobil kamu", ujar Liany sewot.

"Kan papa belum punya yang type mobil aku", ujar Nathan tenang.

"Ya udahlah, aku minta kunci dari papa dulu sambil siap-siap", ujar Liany.

Setelah melihat Liany mendapatkan kunci mobil dari Hendrawan lalu Nathan, Oskar dan Alex berjalan berjalan mengikuti langkah Liany naik ke kamarnya. Sampai di atas Liany baru menyadari kalau Nathan mengikutinya.

"Loh mau ngapain?", tanya Liany judes.

"Aku mau lihat kamar istriku", sambil kemudian menerobos masuk dan duduk di sofa di dalam kamar.

Liany cemberut namun kemudian dia menutup pintu kamarnya lalu membuka lemari baju dan mengambil baju santainya kemudian masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.