Ketika Liany keluar dari kamar mandi, dia melihat ke arah luar kamar dari kaca jendelanya.
"Hujan ya, deras banget lagi", gerutu Liany.
Nathan masih duduk di sofa sambil melihat tab nya tak mendengarkan omongan Liany. Ada ketukan di pintu dan Liany membukanya.
"Kak ngga jadi ya. Melan dan Ashley ngga dikasih ijin sama ortu nya pergi hujan deras gini", ujar Oskar diangguki Alex di belakang nya.
"Ya uda mau gimana lagi. Eh kalian berdua juga ada tugas yang harus dikumpulkan Senin ini kan?", tanya Liany.
"Iissh kakak tau aja lagi. Siapa si informannya", gerutu Alex.
"Alex kamu tugasnya kan buat prakarya kalau ngga salah masak ya di video in. Tuh minta ajarin sama tante mama aja dibawah", goda Liany.
"Aku tugasnya buat video klip loh kak dari kehidupan sehari-hari ku. Ajarin dong", ujar Oskar memelas.
Liany menaruh telunjuknya dibibir lalu memutar badannya melihat ke arah Nathan yang masih tidak bergerak dari tempatnya.
"Tuh masternya. Minta sama dia aja", ujar Liany menunjuk Nathan.
Oskar langsung menerobos masuk lalu duduk disamping Nathan. Nathan menoleh ke arah Oskar.
"Kak ajarin buat video klip dong", ujar Oskar memelas.
"Bentar ya, aku meeting dulu", ujar Nathan sambil memperlihatkan tab nya yang ternyata sedang melakukan video call. Langsung terdengar suara heboh dari tab Nathan.
"Ini adik saya", ujar Nathan sambil merangkul Oskar dan mengarahkan tab nya kepada Oskar. Oskar langsung melambaikan tangannya menyapa.
"Hai semua, maaf ya ganggu", ujar Oskar penuh percaya diri. Terdapat balasan yang baik dari rekan-rekan bicara Nathan.
"Oke untuk sementara planning nya gitu aja ya. Besok kita bicarakan lagi", ujar Nathan lalu menutup teleponnya.
"Mana laptop mu, sini aku instal aplikasi terbaru dari BOX Group untuk buat video keren deh", ujar Nathan.
Oskar bangun lalu berjalan menuju ke kamarnya. Alex menerobos masuk ke kamar Liany mendorong Liany yang harus menabrak pintu.
"Alex", gerutu Liany.
"Kak Nathan aku mau juga ya buat tugas ku juga", ujar Alex.
"Kamu minta maaf dulu sama kak Liany, sakit tuh dia kebentur pintu", ujar Nathan kesal sambil berjalan menuju Liany dan mengusap punggungnya.
"Maaf kak Liany, ngga sengaja", ujar Alex.
"Sakit?", tanya Nathan masih mengusap punggung Liany.
"Ngga, ngga sakit kok. Alex mending kamu buat video masak dulu, nanti buat nyuntingnya biar sama Oskar dan Nathan", ujar Liany.
"Iya kak. Maaf ya kak", ujar Alex melewati Liany. Liany mengacak rambut adiknya.
"Kakak, aku uda gede jangan gitu terus dong", ujar Alex kesal sambil merapikan rambut nya.
"Siapa bilang kamu uda gede, buat kakak kamu sama Oskar masih bayi-bayi kecil yang harus di jitak", ujar Liany. Alex cemberut tapi kemudian ia melangkah menuruni tangga.
"Uda kamu duduk aja lagi, aku ngga apa-apa kok", ujar Liany menyuruh Nathan duduk ke sofa lagi.
Nathan kembali ke sofa lalu membuka tabnya lagi saat Oskar kembali dari kamarnya membawa Laptop nya.
"Eh aku ambil laptopku dulu dimobil, ternyata aku lupa belum install di tab ku", ujar Nathan lalu menerima kunci mobil yang disodorkan Liany.
"Kita nginap disini ya, hujan nya gede banget", ujar Nathan.
"Ya sudah mau gimana lagi. Pasti sampai malam kalau deras gini. Kamu tidur dibawah?", tanya Liany.
"Yakin aku disuruh tidur di bawah? Ngga takut diceramahi papa?", bisik Nathan.
"Hmmm kayanya aku cium bau modus nih. Uda sana ambil laptopnya, iya tidur disini tapi kamu di sofa ya", ujar Liany judes.
"Iya", ujar Nathan tersenyum menggoda lalu bergegas turun untuk mengambil tas kerjanya. Oskar tampak membuka-buka tab Nathan.
"Iiish kak Nathan bucin juga. Foto yang ada di tab nya foto kakak semua", ujar Oskar.
"Hei jangan lancang akh. Ngga boleh buka tab tanpa seijin yang punya", tegur Liany.
"Eh kak, ini ada foto cewe lain, cantik loh kak. Wah saingan tuh", ujar Oskar sambil memperlihatkan foto di tab yang ada di tangan nya.
Liany melihatnya dan ia langsung mengenali foto itu, itu foto wanita cantik yang ia lihat kemarin berbicara dengan Nathan di cafe mall.
"Uda tutup, naik tuh orangnya", tegur Liany saat ia sempat mengintip ke arah tangga melihat Nathan yang sedang menaiki tangga.
Ada terselip rasa aneh di hati Liany dan itu membuatnya kesal. Nathan tiba di kamar dan saat ia akan melewati Liany, ia hendak menyentuh kepala Liany namun Liany melengos menghindari. Nathan bengong melihat Liany yang kemudian turun ke bawah menuju ke dapur.
"Kak, sini dong, kak Liany Uda turun kak", goda Oskar.
"Eh iya. bentar ya", ujar Nathan lalu menaruh tasnya diatas tempat tidur dan mengeluarkan laptop nya. Ia lalu menaruh laptopnya bersebelahan dengan laptop Oskar.
"Wah kak, tipis banget laptop nya. Keren banget kak. Pasti ngga beli disini ya?", ujar Oskar.
"Iya dibeli di Jepang nih, Uda dialih bahasa ke bahasa Inggris kalau ngga aku bingung nanti ngetiknya pakai bahasa Jepang", ujar Nathan sambil membuka program di laptopnya. Dia kemudian memindahkan file aplikasi menggunakan flashdisk lalu meng-install ke laptop Oskar.
"Uda tuh", ujar Nathan menyodorkan laptop Oskar.
"Wah makasih ya kak. Aku pernah lihat aplikasi ini, temanku punya. Aku pernah diajarin cara pakainya", ujar Oskar.
"Tapi pasti teman kamu belum punya versi ini karena baru akan launching lusa besok", ujar Nathan.
"Wah mantap kak", ujar Oskar gembira.
"Nih flashdisk nya, nanti kamu install di laptop Alex ya", ujar Nathan menyodorkan flashdisknya.
"Oke kak. Makasih ya", ujar Oskar lalu beranjak bangun sambil membawa laptopnya. Tapi sampai di pintu Oskar berbalik.
"Kak maaf ya, tadi sempat lihat-lihat foto di tab kakak. Kak Liany kayanya ngambek tuh gara-gara tadi lihat ada foto cewe lain di tab kakak. Maaf ya aku lancang", ujar Oskar.
"Foto cewe lain? Sepertinya aku ngga punya", ujar Nathan lalu membuka tab nya dan ia langsung memasang muka kesal saat melihat di tab nya.
"Akh Sial. Pantas marah", gerutu Nathan.
"Makasih ya uda dikasih tau. Ngga apa kok lihat-lihat, aku ngga punya rahasia apapun di sini. Tapi foto ini beneran bukan aku yang ambil. Kemungkinan wanita ini Selfi pakai tab aku tanpa sepengetahuan aku", ujar Nathan menjelaskan.
"Ya sudah, kayanya kakak harus berjuang keras deh. Kak Liany kalau ngambek adatnya jelek", ujar Oskar lalu kemudian keluar kamar menuju ke kamarnya.
"Assh pasti marah deh. Akh menyebalkan banget si ni perempuan. Pasti pakai tab ku saat aku ke toilet", gerutu Nathan lagi.
Nathan lalu beranjak keluar kamar lalu turun ke bawah. Sampai dibawah, dia melihat Liany duduk di sofa depan TV dan Nathan langsung duduk disampingnya. Liany bangun dan pindah ke sofa yang lain dan kembali Nathan pindah duduk ke sebelah nya.
"Kenapa?", tanya Nathan lembut sambil menahan tangan Liany yang akan pindah duduk lagi.
"Aku mau bantu tante mama. Lepas", ujar Liany kesal. Mau tak mau Nathan melepaskan tangan Liany.
"Maafkan ya", bisik Nathan.
"Apa yang harus dimaafkan?", sindir Liany ketus.
"Maafkan ya. Foto itu bukan aku yang ambil. Dia ambil sendiri saat aku ke toilet", ujar Nathan.
"Kapan kamu pulang dari luar kota?", tanya Liany menatap tajam mata Nathan.
"Kemarin tapi aku langsung ke kantor dulu, ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan", ujar Nathan lembut.
"Kamu seharian di kantor?", tanya Liany. Nathan diam.
"Jawab aku", geram Liany.
Walaupun mereka berdua berbicara dengan suara yang pelan tapi terdengar sekali kalau mereka sedang bertengkar.
"Iya aku di kantor", ujar Nathan.
"Mulai berani bohong sama aku ya", gerutu Liany.
"Maksud kamu apa?", tanya Nathan tak mengerti.
Liany langsung membuka handphone nya dan memperlihatkan foto Nathan dan wanita itu di cafe mall kemarin.
"Ini kamu kan dan orang yang sama di foto dalam tab kamu kan? Aku ngga perduli kamu mau apa, tapi jangan pernah berani bohongi aku", makin terdengar kekesalan dalam nada suara Liany.
"Itu ... maafkan aku, aku salah", ujar Nathan memandang Liany lembut.
"Lepaskan aku", gerutu Liany geram.
"Tapi dengarkan aku dulu. Maafkan aku berbohong, aku hanya ingin menghindari masalah malah jadi masalah. Maafkan aku ya", ujar Nathan memelas.
Liany menepis tangan Nathan di lengannya lalu berjalan menuju ke arah dapur. Saat sedang memotong-motong sayuran, Liany yang kurang fokus malah mengiris jari nya.
"Tante mama obat luka dimana?", ujar Liany sambil menyiramkan air ke lukanya.
"Kenapa kamu, aduh kok malah ke iris si", ujar Linda lalu mengambil beberapa tisu untuk menghentikan darah Liany.
Alex langsung berlari ke kotak obat dan tak lama ia kembal membawa obat luka dengan diikuti Nathan yang tampak cemas.
"Kenapa?", tanya Nathan langsung menghampiri Liany.
"Ini kamu tekan ini, bawa Liany, kasih obat luka dan tutup pakai kain kasa. Bisa kan?", perintah Linda kepada Nathan.
"Ya ma, bisa. Ayo sayang, aku balut dulu lukanya", ujar Nathan.
"Sama tante mama aja lah", ujar Liany menolak.
"Uda sana sama Nathan aja. Sana kasihan adikmu ngga selesai selesai nanti tugasnya", usir Linda.
Mau ngga mau Liany diam saja di rangkul Nathan menuju ke ruang TV. Liany duduk di sofa dan Nathan langsung membersihkan sisa tisu dan memberikan obat luka.
"Isssh perih tau", gerutu Liany.
"Maaf kan ya. Maaf sayang", ujar Nathan sambil meniup lembut luka Liany.
"Uda balut lukanya pakai kain kasa", perintah Liany. Nathan menuruti membalut luka Liany.
"Kok kamu ngga hati-hati si", gerutu Nathan.
"Salah siapa", sindir Liany.
"Aku salah. Maafkan ya. Aku ngga bermaksud membohongi. Dia cuma klien aku aja, ngga lebih. Aku ketemuan di cafe mall kemaren untuk bicara bisnis, itu juga ngga cuma berdua tapi dengan beberapa staffku juga. Mungkin saat kamu melihatku, kedua staffku lagi ke toilet", ujar Nathan melihat ke mata Liany.
"Maafkan ya. Aku janji ngga akan bohongin kamu lagi. Maafkan", ujar Nathan memelas.
Liany menatap tajam Nathan, Nathan kemudian mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya dan kemudian melingkar di leher Liany. Sebuah kalung dengan liontin berlian yang indah berbentuk hati.
"Ini hatiku, aku serahkan padamu. Aku janji akan selalu jujur sama kamu dan tidak akan pernah lagi membohongi kamu", ujar Nathan tegas. Liany melihat liontinnya lalu kemudian menatap Nathan.
"Oke aku maafkan kali ini. Tidak ada lain kali", ujar Liany.
"Makasih ya", ujar Nathan sambil kemudian duduk di samping Liany tersenyum.