Chapter 11

Saat bangun dari tidurnya, Liany sempat akan menjerit saat melihat Nathan tertidur disampingnya.

"Aku suamimu", desis Nathan dengan mata terpejam.

"Kenapa tidur disini", gerutu Liany kesal.

"Badanku sakit tidur di sofa, ya sudah aku tidur disini aja, masih banyak tempat kok buat aku", jawab Nathan masih dengan mata terpejam.

"Menyebalkan", makin kesal Liany mendengar jawaban Nathan.

"Mau kemana?", tanya Nathan saat ia membuka mata dan melihat Liany bangun dari tempat tidur.

"Mau mandi. Aku ada kuliah hari ini", ujar Liany langsung masuk ke kamar mandi.

Nathan sedang duduk di pinggir tempat tidur saat Liany keluar dari kamar mandi.

"Kamu bawa baju kerja?", tanya Liany.

"Aku ambil cuti hari ini. Tadinya aku mau ajak kamu jalan tapi kamu nya kuliah", ujar Nathan lemah.

"Siapa juga yang mau jalan sama kamu, sama aja buka rahasia. Ngga mau lah", ujar Liany ketus.

"Ngga segitunya juga kale", gerutu Nathan kesal. Dia lalu berjalan menuju ke kamar mandi.

"Hei kamu bawa baju ganti ngga?", tanya Liany lagi.

"Ada didalam tas tuh", ujar Nathan sambil menunjuk ke arah tas yang ada di sofa.

Liany lalu membuka tas dan mengeluarkan baju ganti Nathan. Kemeja Nathan agak sedikit kusut, dibawanya kemeja dan celana panjang Nathan turun ke bawah ke ruang setrika.

Sesampainya diruang setrika, dilihatnya Linda sedang menyetrika baju Hendrawan.

"Mau apa? Mau nyetrika juga ya?", tanya Linda saat melihat Liany.

"Iya nih, punya tuan besar. Baju gantinya ditaruh ditas jadi kusut gini", ujar Liany memperlihatkan kemeja dan celana yang dipegangnya.

"Kamu kemarin bertengkar dengan Nathan ya?", tanya Linda lembut sambil tetap menyetrika.

"Tante mama tau darimana?", tanya Liany.

"Walaupun kalian pake suara pelan, masih terdengar sama papa dari ruang kerjanya. Papa sempat nguping katanya. Kamu cemburu ya?", goda Linda.

"Ngga tante mama, itu gara-gara dia berani bohong sama aku. Tante mama kan tau kalau aku paling anti dibohongin", ujar Liany lalu mulai menyetrika kemeja Nathan sementara Linda duduk di bangku di belakang Liany.

"Sabar ya. Namanya juga pengantin baru, masih banyak yang harus saling menyesuaikan. Apalagi kalian berdua yang menikah karena di jodohkan", ujar Linda menasehati.

"Iya, aku tau kok. Tapi yang aku ngga suka, kenapa si harus bohong. Kasih tau aja, gini loh. Aku juga ngga marah kok asal jujur. Aku juga ngga cemburu", ujar Liany menaruh kemeja Nathan digantungan kemudian menyetrika celana suaminya.

"Masa masih belum punya rasa cemburu?", goda Linda.

"Belum ada rasa tante mama. Tadi bangun aja aku hampir menjerit lihat dia tidur disamping aku. Kalau saja dia tidak mengingatkan aku statusnya, mungkin beneran aku menjerit", ujar Liany.

"Maa uda belum baju ku", teriak Hendrawan memanggil Linda.

"Ya sudah, kamu banyak sabar aja dulu. Kurangi egoisnya. Mama urus bayi besar mama dulu ya", ujar Linda lalu berjalan menuju ke kamarnya melayani keperluan Hendrawan.

Setelah menyetrika pakaian Nathan, Liany naik kembali ke kamarnya. Nathan sedang duduk diatas sofa dengan celana pendeknya sambil berkaus putih lengan pendek saat Liany memasuki kamar. Liany menyodorkan pakaian Nathan yang sudah rapi setelah ia menutup pintu kamarnya.

"Wah makasih ya istri cantikku", ujar Nathan senang sambil kemudian memakai kemejanya lalu celana panjangnya.

"Ini service pengganti bayaran kamu atas ini", ujar Liany sambil mengangkat kalungnya.

"Mahal amat biaya nyetrikanya", goda Nathan.

"Ngga ikhlas kasihnya? Aku buka nih", ujar Liany kesal. Ia akan membuka kalungnya tapi tangan Nathan mencegahnya.

"Jiah gitu aja ngambek si sayang. Aku kan cuma bercanda. Ngga boleh yang sudah jadi hak istri di ambil lagi", ujar Nathan tersenyum.

Kemudian dia menyodorkan dua buah kartu yang berwarna hitam.

"Ini kartu kredit dan kartu debit kamu. Hak kamu. Aku berikan hari ini. Maaf telat ya", ujar Nathan lagi.

"Ngga usahlah. Aku masih punya tabungan kok", ujar Liany menolak.

"Jangan menolak, ini kewajiban aku", ujar Nathan mengambil tangan Liany dan menaruh kedua kartu dalam genggaman tangan Liany. Kemudian dia kembali merapikan pakaiannya.

"Ya Uda aku terima tapi kalau ngga perlu-perlu banget ngga aku pakai ya", ujar Liany.

"Terserah kamu", ujar Nathan membelai lembut kepala Liany.

"Kamu jadi kerja hari ini?", tanya Liany saat melihat Nathan akan memakai dasinya. Liany langsung mengambil alih memakaikan dasi Nathan.

"Iyalah, ngapain aku dirumah kalau kamunya ngga ada. Kita pulang ke rumah kan hari ini?", tanya Nathan tersenyum senang memperhatikan semua tindakan istrinya.

"Iyalah. Buku kuliahku ada di rumah semua. Kamu antar aku ya, mobilku dibawa kak Denny hari Sabtu kemarin soalnya aku ke sini ikut tante mama", ujar Liany. Nathan mengerutkan keningnya.

"Jangan pikiran macam-macam deh. Aku tuh hari Sabtu nonton sama teamnya kak Denny bareng Tika juga, makanya aku bisa tangkap basah orang yang bohong sama aku", ujar Liany menyindir.

"Maaf sayang. Janji deh ngga lagi ya bohongin kamu", ujar Nathan.

"Malu nih, papa dan tante mama tau kita bertengkar semalam. Papa ternyata ada di ruang kerjanya saat kita bertengkar", ujar Liany berdiri di depan Nathan.

"Cuek aja kale, papa dan mama pasti pernah juga kaya kita, mereka maklum lah", ujar Nathan.

"Aku peluk kamu ya", kata Nathan lagi dan setelah melihat anggukan kepala Liany, Nathan memeluk istrinya erat.

"Kalau papa tanya, kamu yang jawab ya", ujar Liany dalam pelukan Nathan.

"Iya tenang aja", ujar Nathan.

"Ya Uda, ayo sarapan dulu", ajak Liany melepaskan pelukan Nathan.

Dia mengambil tas yang berisi laptop dan buku kuliahnya lalu turun ke bawah diikuti Nathan.