Chapter 15

Jam telah menunjukkan pukul 12, saatnya istirahat siang. Dian melihat ke arah Liany yang masih sibuk dengan pekerjaannya.

"Kamu ngga pesan makan buat si Boss?", tanya Dian.

"Masih belum sempat. Biarlah nanti kalau lapar juga dia minta", ujar Liany.

"Ya sudah saya tanya si Boss deh mau makan apa", ujar Dian lalu mengangkat telepon nya dan tak lama kemudian Dian melihat lagi ke arah Liany.

"Si Boss minta kamu masuk tuh", ujar Dian.

"Dia uda pesan mau makan apa?", tanya Liany menghentikan pekerjaannya.

"Belum, pas saya tanya, dia cuma bilang suruh kamu yang masuk ke ruangannya, nanti dia yang kasih tau kamu", ujar Dian.

"Ooh. Oke. Ya uda kamu tinggal aja. Makan siang aja duluan nanti bisa gantian sama aku", ujar Liany.

"Beneran nih ngga apa ditinggal?", tanya Dian ragu.

"Ngga apa-apa. Nanti Nathan biar aku yg pesan makannya. Eh titip pesan buat temanku yang namanya Teddy ya. Tadi kami janjian di kantin. Tolong ya", ujar Liany lalu bergegas ke arah ruangan Nathan.

"Oke. Saya duluan ya", ujar Dian lalu kemudian ia masuk ke dalam lift.

Liany mengetuk pintu ruangan Nathan lalu membuka nya. Dilihatnya buku berserakan di lantai dan Nathan tampak bersandar di kursinya seperti tanpa tenaga melihat ke arah luar gedung.

Liany berjongkok lalu membereskan buku-buku itu dan menyusunnya dengan rapi di rak buku samping sofa.

"Mau makan apa?", tanya Liany lembut sambil mendekati dan memegang kursi Nathan.

Nathan menarik Liany sehingga ia terduduk di pangkuan Nathan dan kemudian memeluk Liany erat serta meletakkan kepalanya bersandar di bahu Liany.

"Kenapa?", tanya Liany sambil mengusap punggung Nathan dengan pelan.

"Aku ngga punya tenaga", bisik Nathan.

"Habis ngamuk ngga punya tenaga ya?", goda Liany.

"Gara-gara siapa?", sindir Nathan.

"Gara-gara siapa emangnya?", tanya Liany pura-pura.

"Gara-gara istriku yang bikin aku cemburu", ujar Nathan jujur.

"Loh emangnya istri kamu kenapa kok bisa buat kamu cemburu?", tanya Liany tersenyum menggoda.

"Istriku mau makan siang sama pria lain", bisik Nathan pelan.

"Loh kan istri kamu sekarang ada di pangkuan kamu, berarti ngga makan sama pria lain dong", ujar Liany.

Nathan langsung mengangkat kepalanya dan menangkap kedua pipi Liany.

"Jadi kamu ngga makan sama teman kamu kan? Ayo makan diluar sama aku ya", ujar Nathan semangat.

"Kamu uda pernah makan di kantin belum? Cobain yuk makan di kantin sini. Kantin yang khusus buat karyawan BOX Group biar kamu bisa ngerasain apa yang dimakan karyawan kamu", ajak Liany. Nathan memasang muka malas.

"Hei, kamu selalu menyuruh karyawanmu kerja terus, kamu juga harus merasakan dong bagaimana jadi mereka. Makan siang di kantin, kerja lembur dan minum coffee di pantry", ujar Liany.

"Upahku apa?", tanya Nathan menggoda.

"Modus. Ngga ada upah. Mau ikut sukur ngga juga ngga apa", ujar Liany lalu bangun dari pangkuan Nathan.

"Ya Uda aku puasa aja. Biarin ntar asam lambungku naik lagi, yang repot kamu inilah", ujar Nathan memutar kursinya melihat ke arah luar gedung lagi.

"Iya iya. Nih upah kamu", ujar Liany lalu memutar kursi Nathan lalu mencium pipi Nathan cepat.

"Ngga berasa akh", ujar Nathan dan saat akan berbalik kembali Liany menahan kursinya lalu dengan perlahan dia mendekat kan wajahnya ke wajah Nathan. Liany mengecup cepat bibir Nathan dan ia langsung berlari ke arah pintu lalu segera keluar.

"Aku tunggu di lift", teriaknya sambil berlari karena malu mukanya memerah.

Nathan juga terkejut dengan kecupan Liany yang tiba-tiba dan ia sempat memegang bibirnya tak percaya, Liany mencium bibirnya.

Setelah kesadarannya pulih, Nathan langsung bangun dan kemudian mengejar Liany ke lift. Di depan lift, Liany tampak memainkan tombol lift. Nathan lalu memeluk Liany dari belakang.

"Masih belum terasa sayang", bisik Nathan.

"Isssh bodo akh", ujar Liany melepaskan diri dari pelukan Nathan lalu masuk ke dalam lift.

Nathan tersenyum menggoda lalu mengikuti Liany masuk ke dalam lift. Di dalam lift Liany menghindari tatapan Nathan yang malah kian menggodanya.

Saat mereka tiba di lantai 2 tempat kantin perusahaan BOX Group, Liany keluar lift diikuti oleh Nathan.

Suasana yang sebelumnya ramai langsung hening seketika saat mereka melihat Nathan dan Liany. Teddy akan menghampiri Liany namun dibatalkan saat ia melihat Nathan berjalan di depan Liany. Semua orang memasang muka waspada.

"Mau makan apa?", tanya Nathan berbalik melihat ke arah Liany.

"Terserah Boss mau makan apa", ujar Liany.

Nathan berhenti diam lalu melihat sekelilingnya, nampak hampir semua karyawan nya melihat ke arah Nathan dan Liany.

"Hei kalian lanjut saja makannya. Saya juga mau makan siang kok bukan mau mengawasi kalian", ujar Nathan lantang.

Mendengar kata-kata Nathan, kembali semuanya melanjutkan aktifitas makan siang mereka dengan suara seminimal mungkin. Hanya terdengar bisik-bisik pelan.

"Aku mau makan spaghetti bolognese aja ya", bisik Liany.

"Aku ngga kenyang kalau cuma makan spaghetti", keluh Nathan.

"Ya uda makan spaghetti aja, nanti sampai atas, aku pesan kan yang lain. Abis kalau yang lain kamu mungkin ngga bisa makan", bisik Liany pelan.

"Ya uda pesan itu aja deh", ujar Nathan.

"Ibu pesan 2 porsi spaghetti bolognese ya. Tapi nanti tolong di piringnya yang satu ukuran 1 1/2 dan yang satu 1/2 porsi ya", ujar Liany.

"Baik mba. Yang 1 1/2 buat big Boss ya?", tanya si ibu kantin berbisik.

"Iya buat dia. Makannya banyak Bu", bisik Liany. Liany langsung menyodorkan kartu e money nya dan ibu kantin lalu menggosokkan kartunya.

"Langsung duduk aja mba, nanti diantar pelayan ya. Ini harganya sudah termasuk teh hangat manis ya mba. Bonus buat big Boss", ujar ibu kantin ramah.

"Oke. Makasih ya Bu", ujar Liany.

"Loh Spaghetti nya mana?", tanya Nathan saat melihat Liany malah menuju ke counter minuman.

"Nanti diantarkan. Kan pesanan spesial. Boss duduk aja dulu, aku pesankan juice dulu", ujar Liany.

"Aku ikut", ujar Nathan tetap mengikuti Liany.

"Mau jambu merah seperti biasanya kan?", tanya Liany dan Nathan mengangguk.

"Mas pesan juice jambu merah tanpa susu dan gulanya hanya satu sendok aja dan juice jeruk yang banyak susunya", ujar Liany riang.

"Mba yang buat big Boss yang mana?", bisik penjual juice.

"Jambu Merah", ujar Liany lalu menyodorkan e moneynya.

"Oke. Langsung duduk aja mba, sebentar kami antar kan", ujar penjual itu dan setelah menggesek kartu Liany lalu mengembalikannya.

"Ayo mau duduk dimana?", tanya Liany.

"Duduk disana aja ya yang sepi", ujar Nathan lalu berjalan menuju ke arah tempat duduk.

Liany mengambilkan tisue dan membersihkan bangku yang akan diduduki Nathan lalu ia duduk di depan Nathan.

Nathan diam namun tak lama ia berpindah duduk ke sebelah Liany.

Makin terdengar bisik-bisik diantara karyawan nya melihat mereka berdua.

Tak lama pesanan keduanya tiba dan mereka dengan cueknya makan siang bersama di kantin.

BOX Group membuat tempat makan ini mirip dengan kantin di luar negeri ataupun di mall ternama. Banyak pilihan menu yang bisa dipesan.