Liany sedang mengoleskan night cream nya saat Nathan keluar dari kamar mandi. Liany memperhatikan suaminya dari pantulan cermin di depannya. Nathan berjalan menuju ke sofa dan ia berdiri di depan sofa sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Ini bajunya mau aku taruh mana? Aku mau istirahat", ujar Nathan sambil celingukan.
"Biarkan saja disitu", ujar Liany.
"Aku tidur di mana?", tanya Nathan bingung.
"Tidur di tempat tidur saja bersamaku, masih cukup tempat kok buat kita berdua", ujar Liany lalu membalik badannya melihat ke arah Nathan. Nathan hanya diam sementara Liany lalu menuju ke tempat tidur.
"Tidurlah di sini", ujar Liany menepuk tempat tidur.
Nathan yang masih belum mengerti menurut, lalu ia kemudian membaringkan tubuhnya disisi lain tempat tidur. Keduanya lalu mematikan lampu yang ada di sisi mereka. Setelah agak lama, Liany bersuara.
"Nathan uda tidur?", tanya Liany berbisik.
"Hmm belum", ujar Nathan.
Mereka berdua berbaring dengan saling memunggungi satu sama lainnya.
"Nathan bolehkan aku minta satu hal", tanya Liany.
"Apa?", tanya Nathan.
"Mau kah mulai saat ini, kita tidur bersama? Hmm maksudku tidur di atas tempat tidur bersama?", tanya Liany malu-malu.
Tidak ada jawaban dari Nathan karena ia amat terkejut dengan permintaan istrinya.
"Biar kita bisa saling terbiasa dan juga biar aku ngga terkejut lagi saat membuka mataku ada kamu disisiku. Agar mengingatkanku juga kalau kamu sudah menjadi suamiku", ujar Liany memberi alasan.
"Hmm baiklah", ujar Nathan tersenyum senang.
"Terima kasih. Tidurlah. Selamat Malam", ujar Liany kemudian dia berusaha menutup matanya.
"Selamat malam ... cintaku", ujar Nathan dengan kata terakhirnya hampir tidak terdengar.
Liany membuka matanya dan ia tersenyum saat ia melihat wajah tampan Nathan yang masih tertidur di depannya. Sekarang mereka terbaring berhadapan hadapan.
Liany menjulurkan tangannya, sekitar 1 inci sebelum wajah Nathan, ia seperti menggambar garis mengikuti alur alis Nathan dan kemudian turun ke hidungnya lalu ke arah mulut Nathan.
Saat dibibir Nathan itu, Liany langsung menarik tangannya sambil tersenyum malu-malu. Ia teringat ciuman pertama nya yang ia berikan kepada Nathan beberapa waktu lalu. Itu pertama kalinya Liany mencium seorang pria selain papa dan kedua adik nya.
Liany masih tersenyum malu saat tiba-tiba mata Nathan terbuka dan Liany amat terkejut. Nathan tersenyum padanya.
"Selamat pagi", bisik Nathan dengan suara parau khas bangun tidur.
"Pagi. Mau sarapan apa?", tanya Liany pelan.
"Apa aja deh", ujar Nathan sambil menjulurkan tangannya menyentuh pipi Liany.
Liany menutup matanya tersenyum, ia menikmati sentuhan Nathan di pipinya. Ada semacam aliran aneh melalui tangan itu.
Nathan kemudian mendekatkan wajahnya dan Liany melihat nya masih dengan tersenyum. Tiba-tiba Nathan mencium bibir Liany lembut sebentar lalu ia melihat ke arah manik mata Liany dan Liany masih tersenyum.
Nathan kembali mencium nya dengan intensitas yang lebih lagi dan ia merasakan Liany tidak menolaknya sehingga makin dalam ciuman nya. Tiba-tiba ada ketukan dari pintu kamar.
"Kakak makan dulu, mumpung masih hangat. Kak Oskar buat nasi goreng tuh", suara Alex terdengar. Nathan menghentikan ciumannya dan mereka saling pandang malu.
"Lanjutkan nanti lagi ya", bisik Nathan.
"Hmmm", ujar Liany tersenyum malu-malu.
Nathan kemudian bangun dan masuk ke kamar mandi sementara Liany menarik selimut menutupi wajahnya yang tersipu-sipu.
"Kak uda bangun belum?", tanya Alex lagi.
"Iya sebentar nanti turun", teriak Liany menjawab.
Ia lalu bangun dan segera membuka pintu kamarnya melihat senyum jahil Alex. Alex berbalik dan kemudian turun ke bawah diikuti Liany.
"Eh ini hari libur ya?", tanya Liany saat ia melihat jam dan kedua adiknya masih ada di rumah.
"Ini tanggal merah kakak ku. Makanya jangan sibuk pacaran mulu sama kak Nathan", goda Oskar sambil memberikan piring yang berisi nasi goreng dan telur kepada Liany.
"Hei kamu bisa masak. Enak nih", puji Liany lalu ia duduk ditempat biasa ia duduk kalau sarapan pagi dengan keluarganya.
"Terang aja bisa kak, dia kan sekarang kalau pagi suka buatin sarapan untuk dibawa ke sekolah. Tau ngga buat siapa?", tanya Alex menggoda.
"Buat Melan ya?", tanya Liany.
"Salah kak. Melan uda ke laut", ujar Oskar cuek.
"Loh kenapa dengan Melan", tanya Liany.
"Melan itu seperti AC Central kak. Dia baik ke semua orang. Dia tuh ternyata sukanya sama Alex. Dia tau aku kakaknya Alex makanya dia coba dekati Alex lewat aku. Konyol kan", ujar Oskar geram.
"Tapi aku ngga suka kok sama Melan lagi kak saat aku tau kak Oskar suka dia", ujar Alex membela diri.
"Iya aku tau. Aku ngga menyalahkan kamu", ujar Oskar sambil mengacak rambut adiknya.
"Kak Oskar samanya dengan kak Liany", gerutu Alex sambil merapikan rambutnya.
"Baguslah tau dari awal daripada uda lama malah nanti bikin sakit hati", ujar Nathan yang tiba-tiba telah berdiri di belakang Liany. Dia mencium pucuk rambut Liany kemudian duduk disebelahnya.
"Kamu ngga ke kantor kan? Tanggal merah loh hari ini", ujar Liany.
"Iya, aku juga baru lihat kalendar tadi di kamar kamu", ujar Nathan yang menerima piringnya dari Oskar.
"Kalian berdua memang sehati ya, sehati workaholic nya", ujar Alex.
"Kak abis sarapan kita ke papa ya. Aku kangen mama dan papa. Seharian ngga lihat mereka kaya nya gimana gitu", ujar Alex sedih.
"Iya, kita ke sana. Kalian sudah mandi kan?", ujar Nathan dan dilihat kedua adiknya mengangguk.
"Emang boleh rame-rame?", tanya Liany.
"Boleh lah. Itukan rumah sakit milik BOX Group", ujar Nathan sambil mengunyah makanan nya.
"Wah hebat banget. BOX Group punya apa aja selain rumah sakit?", tanya Liany.
"Kami masih punya Mall dan Taman Bermain. Nanti aku bawa kamu ke pengacaraku. Ada beberapa aset yang harus dibalik nama jadi namamu", ujar Nathan.
"Walah kak Liany jadi orang kaya. Bagi-bagi dong kak", ujar Alex.
"Enak aja. Cari sendiri istri yang kaya", ledek Liany.
"Isssh kakak aja juga karena papa makanya bisa dapat kak Nathan. Padahal tau ngga kak Nathan, sebelum menikah, kak Liany sempat perang sama papa", ujar Oskar.
"Benarkah? Dia menentang pernikahan kami?", tanya Nathan menggoda.
"Uda akh jangan diingetin lagi. Aku mandi dulu deh", ujar Liany lalu berlari naik ke kamarnya.
"Kakak pasti uda tau ceritanya ya?", tebak Alex dan Nathan mengangguk.
"Iya papa kalian yang cerita saat menemui keluargaku", ujar Nathan.
"Kenapa kakak tetap menerimanya?", tanya Alex penasaran.
"Aku jatuh cinta pada kakakmu. Aku telah mencintai Liany dalam sekali jadi aku akan lakukan apapun agar dia menjadi milikku", ujar Nathan tersenyum.
"Hebat", ujar kedua adik Liany bersamaan.
Ketiganya tertawa bersama.