Chapter 19

"Kita beli sarapan buat tante mama dulu ya sebelum ke rumah sakit", ujar Liany saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit.

"Mama pasti uda sarapan. Aku uda perintahkan untuk selalu membawakan dua menu makanan untuk papa dan mama, biar mama ngga pusing cari makan lagi", ujar Nathan sambil mengendarai mobilnya.

"Emang bisa gitu kak?", tanya Alex.

"Bisa dong kan yang nyuruh Big Boss nya", ujar Liany tersenyum sambil mengulurkan tangannya menyentuh pipi Nathan.

"Jiah kak ngasih taunya ngga usa pamer kemesraan kale", ujar Alex sewot.

"Kak Nathan mobilnya kaya nya enak ya dibawa nya?", tanya Oskar sambil melihat-lihat sekeliling isi mobil.

"Kenapa? Kamu uda bisa bawa?", tanya Nathan melihat ke Oskar melalui kaca tengah mobil.

"Bisa kak, kan aku uda punya SIM dan kadang suka bawa mobil ke sekolah kalau lagi hujan deras", ujar Oskar.

"Mau pakai? Nanti tukaran mobil aja sama aku. Aku dan Liany akan tinggal lama kok di rumah kalian sampai papa keluar rumah sakit", ujar Nathan.

"Wah boleh dong kak. Mau banget. Thanks kak, kamu the best deh", ujar Oskar.

"Aku mau dong diajarin bawa mobil", ujar Alex memelas.

"Kapan-kapan ya aku ajarin", ujar Nathan.

"Pakai mobil aku aja belajarnya jangan pakai mobil ini. Sayang kalau rusak buat belajar", ujar Liany.

"Jeee kakak istri yang baik loh, menjaga harta suami", goda Oskar.

"Loh emangnya mobil ini mahal?", tanya Alex polos.

"Alex parah nih. Mobil ini harganya beberapa kali mobil papa. Ini diatas 5 M an", ujar Oskar.

"Beneran kak Nathan?", tanya Alex tak percaya.

"Ya gitu deh", ujar Nathan tersenyum.

"Wah aku pakai mobil kak Liany aja deh. Takut akh pakai mobil kaya gini", ujar Alex.

"Kalau uda lancar si enak pakai mobil ini", ujar Nathan.

"Kak Nathan kenapa ngga pakai supir? Aku suka lihat bos-bos suka pada pakai supir", ujar Oskar.

"Aku palingan disupirin sama asisten ku kalau sedang cape banget. Kalau sehari-hari enak bawa mobil sendiri. Sayang banget mobil bagus tapi yang nikmati bawanya sopir. Paling kalau dikantor kemana-mana baru pakai sopir kantor dan itupun pakai mobil kantor khusus buat aku", ujar Nathan tersenyum.

"Widih hebat banget pemikiran kakak, ngga mau rugi, samanya kaya kak Liany", ledek Alex.

"Kan suami istri, harus sehati dong", ujar Nathan yang membuat Liany memerah mukanya.

"Jeee kak Liany", goda Oskar dan Alex bersamaan.

Nathan tersenyum melirik istrinya yang tersipu-sipu.

Tiba di rumah sakit, Nathan memarkir mobilnya di tempat kemarin, di depan lobby rumah sakit.

Oskar dan Alex turun terlebih dahulu kemudian mereka menunggu Liany yang masih menunggu Nathan keluar dari Mobil.

Liany melihat tanda di depan garis parkir yang bertuliskan CEO Only sama seperti lift yang ada di BOX Group. Nathan keluar mobil lalu menghampiri Liany dan menggandeng tangan Liany.

"Dikamar berapa kak tempat papa?", tanya Oskar.

"Di VVIP lantai 9 nomor 1. Kalian naik duluan deh, kakak mau beli roti itu dulu, dari kemaren ngiler cium bau nya enak banget. Pas pulang kemaren habis", ujar Liany sambil menunjuk satu kedai roti di jalan menuju rawat inap Hendrawan.

"Kalian masuk aja bilang keluarga Nathan Utama, ini kasih lihat kartu ini aja sama security jadi kalian bebas keluar masuk", ujar Nathan sambil memberikan ID BOX Group nya kepada Oskar.

"Kami duluan ya", ujar Alex menarik tangan Oskar.

"Lihat anak dua itu, uda kaya anak kembar kalau berjalan bersama gitu. Dulu mereka berdua kerjanya bertengkar mulu, aku yang sering marahin mereka. Sekarang malah akur kaya gitu", ujar Liany.

"Bagus dong. Kamu mau beli yang mana?", tanya Nathan di depan kasir.

"Selamat Pagi pak. Mau pesan apa?", tanya kasir dengan sopan. Seseorang yang sepertinya manajer counter memperhatikan Nathan dengan seksama dan kemudian menghampiri.

"Maaf bapak ini pak Nathan Utama ya?", tanya pria itu.

"Apa kita pernah bertemu?", tanya Nathan.

"Belum si pak tapi saya pernah lihat foto bapak di lobby rumah sakit. Bapak kan CEO dari BOX Group, pemilik rumah sakit ini", ujar pria itu. Nathan hanya tersenyum.

"Jadi berapa?", tanya Liany.

"Tidak usa dibayar bu. Ini bonus dari kami karena kami diperkenankan membuka counter disini dengan biaya yang sangat memadai", ujar pria itu sopan.

"Jangan begitulah, nanti kalian rugi", ujar Nathan sopan.

"Tidak pak Nathan. Ini masuk dalam biaya promosi kami kok. Mohon diterima", ujar pria itu lagi lebih sopan.

Kasir yang sempat terbingung-bingung hanya diam saja mendengar kan percakapan mereka.

"Ya sudahlah. Terimakasih ya. Sukses terus ya. BTW apa kalian berminat buka counter baru? Mall kami ada yang baru buka lagi di daerah pasar baru", ujar Nathan.

"Oh benarkah pak? Tentu saja kami berminat. Terima kasih infonya pak, kami akan segera hubungi marketing BOX Group", ujar pria itu antusias.

"Kamu cari saja Dendy di Marketing. Bilang saja Nathan Utama yang kasih tau kamu, dia akan kasih kamu harga bagus untuk sewa counter nya", ujar Nathan.

"Siap pak. Terima kasih banyak", ujar pria itu bersemangat.

"Ya sudah, terima kasih ya untuk rotinya. Ini istri saya ngidam dari semalam", ujar Nathan tersenyum lalu menggandeng tangan Liany.

"Makasih ya", ujar Liany tersenyum.

"Pak, itu istrinya pak Nathan yang sangat dirahasiakan wajahnya. Pantaslah, cantik gitu pasti pak Nathan sangat menjaga istrinya pak", bisik kasir setelah mereka menjauh.

"Iya cantik banget istrinya. Uda jangan kasih tau sama yang lain, pak Nathan menutupi wajah istrinya dari publik pasti ada alasannya. Kita jangan cari gara-gara sama mereka", ujar pria itu kemudian kembali mengerjakan tugasnya.

Tak lama counter roti itu mulai dipenuhi para pelanggan.