Chapter 20

"Nathan ... Nathan", panggil seseorang saat Liany dan Nathan keluar lift di lantai 9 tempat kamar perawatan Hendrawan.

Nathan mencari sumber suara dan ketika ia menemukan nya ia tersenyum. Liany yang kebetulan berada di belakangnya langsung berjalan menjauh dan Nathan sempat mencari Liany di belakang nya.

"Aku langsung saja ke papa", bisik Liany langsung berjalan menuju ke kamar perawatan Hendrawan.

Nathan hanya menggelengkan kepalanya melihat istrinya yang kabur dengan cepat. Nathan mendekati temannya yang memanggil yang ternyata seorang wanita cantik ditemani seorang pria.

"Hai apa kabar", ujar Nathan mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh kedua orang yang memanggilnya.

"Kamu sedang apa di sini? Siapa yang sakit?", tanya wanita yang bernama Putri.

"Itu, papa mertua ku yang sakit", ujar Nathan tenang lalu ia duduk di sofa di depan mereka.

"Kamu sudah menikah?", tanya Putri kaget.

"Dia menikah sudah beberapa bulan lalu", kata pria yang bernama Omar.

"Sama siapa? Cantik? Cantik mana sama aku?", tanya Putri agak sombong.

"Cantik istri ku lah. Jauh banget cantik dia daripada kamu. Dia semua serba alami bukan polesan", ujar Nathan sarkas membalas.

"Akh karena pengantin baru saja makanya bilang istrinya cantik. Coba kalau sudah punya anak dan tubuhnya berubah", ledek Omar.

"Ngga lah. Buatku dia yang tercantik dari semua wanita yang aku kenal. Aku telah jatuh cinta padanya belasan tahun dan tidak pernah berubah sedikitpun. Eh ngomong-ngomong kalian sedang apa di sini?", tanya Nathan.

"Ini si Putri, lagi mau operasi hidung nya yang kedua. Biar tambah mancung katanya", ujar Omar.

"Omar jangan buka rahasia dong", gertak Putri kesal.

"Loh dia yang punya rumah sakit ini, kalaupun ngga ngasih tau juga dia akan tau sendiri", ujar Omar.

"Mau diapain lagi hidungnya? Mau dibuat kaya Pinokio?", ledek Nathan.

"Hei kalau kamu yang punya rumah sakit ini, beritahukan ke dokter nya dong biar aku diperlakukan istimewa", ujar Putri.

"Apa urusanku. It's not my business", ujar Nathan cuek.

"Hei aku dengar proyekmu yang di Kalimantan sudah gol ya?", ujar Nathan beralih kepada Omar.

"Iya, thanks ya uda dikasih jalan. Kalau ngga karena BOX Group, susah tembus di sana. Mana rekening mu, nanti aku transfer fee, ya walau kecil lumayan lah buat tamasya ke Paris", ujar Omar.

"Akh kaya sama siapa aja si. Engga lah. Itu kalian sendiri yang jalan. Aku cuma sekedar omong pepesan kosong sama teman yang tau proyek itu", ujar Nathan.

"Jangan gitulah, mana sini kasih nomor rekening mu. Eh iya kamu kenal sama siapanya? Aku juga perlu berterimakasih sama dia", ujar Omar.

"Abraham Wahyudianto namanya", ujar Nathan nyengir.

"Lah itu mah CEO nya pantas saja proyekku gol. Wah thanks berat loh. Nih salah satunya hasilnya. Ditodong dia buat bayarin biaya operasi plastik nya", ujar Omar. Putri mencibirkan bibirnya.

"Eh jangan gitu, ntar hasil operasi kemaren jadi jelek", ujar Omar.

"Aduh berapa banyak operasinya?", tanya Nathan kaget.

"Ya gitu deh", ujar Putri lemah.

"Kak Nathan dipanggil papa tuh", ujar Alex yang keluar dari kamar rawat inap dan berjalan mendekati Nathan.

"Eh aku tinggal ya. Papa mertua manggil", ujar Nathan langsung bangun dan mengikuti Alex masuk ke dalam kamar perawatan. Putri akan bangun mengikuti tapi Omar mencegahnya.

"Jangan cari gara-gara sama Nathan. Mau operasimu dibuat amburadul? Kalau menyinggung dia, nanti ngga ada lagi yang untuk bayar operasi plastik mu", ujar Omar. Putri langsung diam dan kembali duduk di tempatnya.

Tak lama dokter yang ditunggunya datang, Putri lalu berjalan mengikuti dokter untuk masuk ke dalam ruang perawatan.

Saat melewati kamar rawat inap Hendrawan, Putri akan mengintip ke kamar rawat inap tetapi ternyata ruangannya benar-benar tertutup tidak terlihat dari luar. Omar menarik Putri segera masuk ke ruang perawatan nya.

"Iya papa, Nathan disini", ujar Nathan lalu berdiri disamping Liany.

"Makasih ya uda jaga anak anak. Mereka kalau nakal, pukul aja", ujar Hendrawan lemah.

"Jangan dong pa, masa papa ngga sayang kami si", protes Alex.

"Tau ngga kenapa dia protes?", tanya Liany dan Nathan menggeleng.

"Karena dia yang paling bandel makanya dia nyadar diri pasti yang paling banyak kena pukulan kalau kamu beneran pukul mereka", ujar Liany.

"Sssttt kakak jangan buka rahasia", desis Alex.

"Iya tuh kak, Alex yang paling Bangor", ujar Oskar yang sedang memeluk Linda di Sofa.

"Tuh dengar kan", ujar Liany.

Nathan membelai lembut kepala Liany dan Hendrawan tersenyum melihat mereka.

"Kalau mereka nakal, tinggal kasih Liany aja pa, dia yang jadi hansip nya mereka berdua", ujar Nathan.

"Wah kalau itumah siap-siap mesti sering kontrol ke dokter THT", celetuk Oskar.

"Oh gitu ya. Sejak kakak pindah rumah, kalian tenang ya ngga ada yang bawel lagi", ujar Liany sewot.

"Apaan. Ngga ada kakak, mama tuh tangannya langsung kasih cubitan emas. Mending sama kakak yang cuma bawel dibandingkan mama", ujar Alex meringis.

"Belum pada biru kan?", tanya Linda.

"Uda mama. Ini pahaku uda pada biru ma", gerutu Alex.

"Duduk disana yuk", ajak Liany lalu menggandeng Nathan duduk di sofa.

Linda melepaskan pelukan Oskar lalu duduk dikursi samping Hendrawan. Linda mengambil tangan Hendrawan dan menggenggamnya.

Liany menyandarkan tubuhnya bermanja dengan Nathan yang merangkulnya. Linda memberikan kode pada Hendrawan.

"Papa ngga usah khawatir lagi ya. Mereka sudah saling mencintai kok", bisik Linda pada Hendrawan.

"Iya ma. Papa senang banget", bisik Hendrawan berkaca-kaca. Linda menghapus air mata Hendrawan dengan tisue dan Hendrawan kembali tersenyum.

Tak lama team dokter masuk ke dalam ruangan rawat inap dan setelah mereka melihat Nathan, mereka membungkuk hormat pada Big Boss mereka.

Nathan bangun dan mendekati team dokter yang memeriksa dan mendiskusikan mengenai kesehatan Hendrawan. Hendrawan begitu bangga melihat menantunya dan makin bersyukur karena pilihannya untuk putri kesayangannya tidaklah salah.