"Ayo, temani aku bertemu temanku", ujar Nathan lalu menggandeng tangan Liany memaksanya mengikuti langkah Nathan menuju ke arah kantin kampus.
"Kok ke arah kantin, memangnya teman kamu anak sini juga?", tanya Liany heran.
"Ntar juga kamu tau kok", ujar Nathan misterius.
Saat telah tiba dikantin masih belum terlihat banyak mahasiswa karena sebagian besar berada di ruang kelas, hanya sebagian kecil sedang bercengkrama ataupun makan siang yang ketelatan. Nathan lalu berjalan menuju ke satu tempat setelah ia menemukan yang dicarinya dengan masih menggandeng Liany erat dan Liany sempat melihat sekelilingnya. Liany kaget karena ternyata Nathan menghampiri Yuan yang akan makan siang.
"Hai, Have you been waiting for so long?", tanya Nathan sambil menyalami Yuan yang berdiri saat melihat Nathan.
"Not that long. Hai Liany, kan tadi saya sudah ajak ke kantin, kamu ngga mau si" ujar Yuan menggoda.
"Kalian saling kenal?", tanya Liany kebingungan.
"Of course. We have been friend since collage. Kami berdua satu university waktu mengejar gelar S2 di luar negeri", ujar Nathan.
"Iya, Nathan ini sahabat baikku. Aku sering menginap di rumah nya di luar. Salam sama om Benny. kangen masakan mami kamu", ujar Yuan tersenyum.
Nathan duduk di depan Yuan dan Liany disebelah Nathan.
"Apa tadi loe uda ajak dia ke sini juga? Soalnya gw ngga bilang dia mau kesini", ujar Nathan.
"Jangan jeles. Bini loe malah curiga sama gw waktu gw ajak makan siang. Bahkan tadi dia ngga mau kasih nomor HP nya ke gw padahal kan gw dosen pembimbing dia skripsi", ujar Yuan melirik Liany.
"Ya aku kan ngga tau kalau pak Yuan temannya Nathan", ujar Liany dengan muka memerah.
"Tapi saya salut loh sama kamu Liany. Kamu bisa menempatkan diri kamu dengan baik pada lawan jenis. Ada punya ade atau saudara ngga yang mirip kamu? Kenalin dong", ujar Yuan.
"He jangan lirik-lirik bini gw", herdik Nathan kesal.
"Makanya gw minta dikenalin sama ade atau saudaranya yang mirip dia sifatnya. Gw tau elo Nathan. You're always posesif to the one that you love", ujar Yuan.
"She is mine and she'll always be mine", ujar Nathan ketus.
"Sayang, aku akan selalu jadi milikmu. Percaya aja kenapa si", ujar Liany lembut.
"Jiah jangan mesra-mesraan deh depan gw", celetuk Yuan kesal.
"Maklum sayang dia masih jomblo", ujar Nathan sambil merangkul Liany. Yuan melengos kesal. Dia melanjutkan makan siangnya.
"Kamu mau makan apa? Aku mau pesan nih", ujar Liany lalu bangun dan hendak ke kedai makanan.
"Apa aja deh. Aku malas mikir", ujar Nathan.
Liany lalu menuju ke kedai soto dan memesan dua porsi soto. Saat akan membayar ada yang menyodorkan uang untuk membayar makanannya.
"Saya bayarin ya", kata cowo itu sok akrab.
"Oh ngga usah, saya bayar sendiri aja lagian saya pesannya 2 porsi kok", ujar Liany.
"Ngga apa-apa, saya bayarin tapi sebagai balasannya saya minta nomor HP kamu", ujar cowo itu nyengir.
"Kalau kamu mau minta nomor HP saya, minta sama suami saya aja tuh ya", ujar Liany sambil menunjuk Nathan.
"Hah kamu sudah menikah? Bohong kali ya?," tanya cowo itu tak percaya.
"Tanya aja sendiri ke orangnya", ujar Liany cuek lalu kemudian berjalan menuju ke arah Nathan.
Cowo itu ternyata masih tidak mau menyerah. Dia mengikuti Liany sampai ke tempat duduknya namun sempat ia ragu saat melihat mata tajam Nathan.
"Sayang, dia mau minta nomor HP aku, aku uda bilang minta sama suamiku, dia mau minta nomor HP aku sama kamu tuh katanya", ujar Liany lalu dengan cueknya duduk disebelah Nathan.
"Siapa kamu? Uda bosan kuliah di sini?", tanya Nathan ketus.
"Elo ini kakaknya aja kan? Gw mau minta nomor HP adik loe yang cantik ini", ujar cowo bandel itu dengan percaya diri.
Yuan yang sedang mengunyah makanannya menahan tawanya saat melihat sahabatnya mulai terpancing amarahnya.
"Wah beneran ngajak perang ni anak", ujar Nathan kesal.
Yuan saling melirik pada Liany yang juga sedang menahan tawa. Nathan bangun dari duduknya namun oleh Yuan di tahan untuk duduk kembali.
"Kamu di semester berapa? Saya sepertinya pernah lihat kamu di kelas saya", ujar Yuan menghadapi cowo itu.
"Saya semester 4 pak Yuan. Bapak kenal dengan cewe ini pak?", tanya cowo itu lagi.
Yuan mencari seseorang dan saat menemukan nya dia lalu memanggil nya.
"Kenapa pak Yuan?", tanya Denny.
"Eh Nathan ada di sini? Dono ngapain loe di sini? Dia ganggu ya pak?", tanya Denny.
"Bawa nih adik kelasmu", ujar Yuan tegas.
"Dia ganggu kamu ya Liany? Maaf ya dia memang kurang seons kalau lihat cewe cantik. Sorry Nathan, pak Yuan. Saya bawa nih anak", ujar Denny lalu memiting leher cowo bandel itu menyeretnya berjalan ke arah teman-teman Denny.
Tak lama tampak beberapa kawan-kawan Denny memukul anak itu dengan buku yang mereka bawa dan anak itu langsung berlari menghilang menjauh dari kantin.
"Kamu mesti aku ikat aja ya apa aku pakaikan topeng biar ngga ada yang lirik-lirik lagi", ujar Nathan kesal.
Tak lama pesanan Liany datang. Nathan hanya melirik sebentar ke arah makanannya, sementara Liany yang menahan tawa saling lihat dengan Yuan yang juga sedang menahan tawanya.
"Makan dulu ya, nanti asam lambung kamu naik lagi, aku yang repot", ujar Liany lembut.
"Aku ngga nafsu makan", ujar Nathan kesal.
"Makan dulu lah. Kan uda gw bilang, bini loe ini bisa jaga dirinya. Loe percaya aja sama dia, jangan terlalu posesif lah. Perempuan kalau terlalu diposesifin yang ada ntar dia kabur mau loe?", sindir Yuan.
"Kamu ngga akan meninggalkan aku kan?", tanya Nathan memelas pada Liany.
"Engga cintaku. Uda makan dulu ya", ujar Liany lembut sambil memberikan sendok pada Nathan.
Nathan akhirnya mulai menyendok kan makanan ke mulutnya namun dengan matanya tetap melihat ke arah istrinya, Liany yang sangat ia cintai.