"Liany tumben loe masuk ke kelas? Emang loe ambil mata kuliah ini", tanya Tika saat melihat Liany sudah duduk di dalam kelas.
"Aku tuh rencananya mau konsul judul skripsi sama pak Yuan tapi tadi pas masuk ke ruangan nya dia bilang nanti setelah dia ngajar. Dia yang nyuruh aku ikut kuliahnya hari ini", ujar Liany ceria.
"Ya ampun loe dikerjain sama pak Yuan?", tanya Tika.
"Ngga apa-apa si kebetulan juga hari ini aku ambil cuti seharian. Kerjaan papa juga uda beres semua jadi uda tenang tinggalin kantor", jawab Liany.
"Gimana jadi CEO LH Group? Enak dong perintah sana sini?", ujar Tika.
"Cape iya. Aku berangkat pagi pulang malam karena selama papa sakit banyak pekerjaan nya yang terbengkalai. Satu-satu aku beresin, sekarang uda biasa jadinya bisa cepat dikerjakannya", ujar Liany.
"Eh si pak Yuan tuh masuk", ujar Liany saat menangkap sosok dosen nya yang masih terbilang muda.
Pria itu masuk sambil tersenyum pada semua mahasiswa nya dan saat sudah berdiri di depan kelas, matanya menyapu sekeliling ruangan.
"Liany pindah ke depan ya", ujar Yuan memanggil Liany.
"Waduh ada apaan nih. Pindah depan yuk Tika", ajak Liany.
"Ngga akh, loe aja. gw nyaman disini. Good luck ya", ujar Tika tersenyum memberikan semangat. Liany lalu maju ke bangku terdepan.
"Duduk disini biar saya gampang komunikasi sama kamu. Waktu saya terbatas hari ini", ujar Yuan lembut.
"Baik pak", ujar Liany menurut.
"Wah kayanya ada bahaya ni. Mesti info Nathan", desis Tika lalu ia mengeluarkan handphone nya, tapi kemudian ia menghapus kembali chat yang akan ia kirimkan kepada Nathan.
"Akh semoga ngga ada apa-apa deh. Jangan ntar gara-gara prasangka gw mereka malah bertengkar lagi", ujar Tika. Tika kemudian memasukkan lagi HP nya ke dalam tas dan kembali konsentrasi mendengarkan kuliah.
Saat kuliah berlangsung, sementara mahasiswa lain mencatat mata kuliah, Liany tampak beberapa kali berdikusi dengan Yuan. Akhirnya kuliah berakhir demikian juga dengan materi yang dikonsultasikan oleh Liany kepada Yuan.
"Liany saya mau makan siang ke kantin, kamu mau bareng?", tanya Yuan sambil menghampiri Liany. Bisik-bisik terdengar, teman-teman Liany menunggu jawaban Liany.
"Ngga deh pak Yuan, terimakasih. Saya masih ada urusan", ujar Liany.
"Oh ok. Kalau gitu saya minta nomor HP kamu deh jadi nanti kalau kamu mau konsul lagi bisa chat saya dulu", ujar Yuan.
"Saya lagi ngga bawa HP pak", ujar Liany berbohong. Tak lama terdengar suara telepon dari dalam tasnya.
"Itu suara HP kamu", ujar Yuan sambil menunjuk ke arah tas Liany.
"Oh ada di tas, tadi saya cari-cari ngga ada soalnya", kata Liany malu dan akhirnya ia memberikan nomornya pada Yuan.
Yuan kemudian meninggalkan Liany dengan senyum sementara muka Liany merah padam menahan malu.
"Hei loe ada apa sama pak Yuan?", tanya Tika ketika dia sudah ada disamping Liany kemudian mereka berdua berjalan keluar kelas.
"Ngga ada apa-apa kok. Aku cuma konsultasi untuk judul skripsi aku", ujar Liany.
"Tapi loe kaya ngga nyaman sama pak Yuan?", tanya Tika penasaran.
"Tika, aku kan udah menikah, jadi karena dosen nya masih single, aku mesti jaga perasaannya Nathan. Sumpah my hubby itu jeles nya ampun-ampunan", gerutu Liany kesal.
"Aku mau ganti dosen tapi kata sekretariat yang sekarang jadi pembimbing skripsi ya pak Yuan itu", lanjut Liany lagi.
"Ya uda nikmati aja ya. Bagus tadi gw ngga jadi laporan sama big bos", celetuk Tika.
"Hah kamu mau kasih laporan soal pak Yuan sama Nathan?. Aduh Tika jangan dong. Aku masih sayang nyawa ku. Kasihanilah temanmu ini", ujar Liany memelas dan membuat Tika terkikik.
Tak lama HP Liany berbunyi dan muka Liany langsung berubah.
"See. Bahkan cuma diomongin doang dia langsung kupingnya nyaring", ujar Liany sambil memperlihatkan nama yang muncul di layar HP nya.
Tika makin tertawa dan Liany menutup mulut nya dengan tangannya yang lain. Tika berusaha menahan tawanya melihat sahabatnya yang panik saat menjawab telephone dari suaminya.
"Halo Nathan. Iya aku baru selesai. Ini aku sama Tika kok baru turun dari atas. Iya tadi aku masuk kelasnya Tika", ujar Liany.
Liany berdiri di depan Tika, sementara Tika sudah melihat Nathan berjalan menuju ke arah mereka namun Nathan telah menaruh telunjuk di depan mulutnya pertanda jangan memberitahukan Liany keberadaan nya.
Banyak yang memperhatikan Nathan yang begitu tampan dengan jas dan dasinya khas seorang eksekutif muda. Nathan mematikan teleponnya dan berdiri tepat dibelakang Liany dan Tika makin terkikik.
"Jangan bilang dia sudah berdiri di belakang ku", ujar Liany saat melihat Tika dan Tika mengangguk. Liany langsung berbalik badan.
"Hai kok kamu ternyata ada disini?", tanya Liany salah tingkah.
"Aku ada janji sama teman", ujar Nathan tersenyum.
"Gw tinggal ya, gw masih ada kuliah lagi. Bye", ujar Tika lalu buru-buru dia naik lagi ke lantai atas sebelum Liany sempat berbicara lagi dengannya. Liany menangkap angin saat ia ingin menarik tangan Tika yang lari dengan cepat naik ke lantai atas.