Bab 2

Esok hari Ayla berangkat ke kampus lebih awal karena sesuai rencananya semalam ia ingin mencari info lowongan pekerjaan sambilan di internet dan juga bertanya pada teman- temannya.

"Na, kamu ada info lowongan kerja nggak?" tanya Ayla saat mereka berdua sedang duduk di kantin kampus.

"Belum ada sih, tapi emang kamu butuh banget pekerjaan sambilan?" tanya Ratna sahabat dari Ayla yang satu jurusan juga dengannya. Ayla mengangguk pelan dan ragu karena ia tak percaya diri mencari pekerjaan tanpa kemampuan apa pun kecuali nekat yang saat ini ia punya.

"Nanti deh, kalau ada info aku kabarin ya, La." seru Ratna sambil melanjutkan menguyah makanan yang telah mereka pesan.

"Woi.." seru Doni mengagetkan Ayla dan juga Ratna yang sedang menikmati makanan mereka. Doni adalah sahabat Ayla dan juga Ratna.

"Bisa enggak kalau kamu datang enggak usah ngagetin begitu." ucap kesal Ratna.

"Maaf Ratna cantik." goda Doni seketika membuat wajah Ratna merah padam karena pasalnya Ratna menyimpan perasaan pada lelaki tampan itu.

"Enggak usah modus." seru Ratna yang berpura- pura kesal padahal dalam hatinya ia sangat senang di goda seperti itu oleh Doni.

"Aku enggak modus, Ratna cantik." tambah Doni yang semakin membuat irama jantung Ratna gak menentu. sedangkan Ayla hanya tertawa melihat tingkat keduanya yang terlihat tak pernah akur layaknya Tom and Jerry.

"Oh ya Ay, turut berduka atas kepergian Ayah kamu ya. Maaf kemarin enggak bisa datang soalnya ada urusan lain." kata Doni yang menyesal tak bisa menghadiri pemakaman Ayah Ayla karena satu alasan yang sangat mendesak.

"Enggak apa- apa kok, Don. tapi terima kasih ya." balas Ayla sambil meneruskan makannya.

"Eh iya Don, di Cafe tempat kamu bekerja ada lowongan pekerjaan sambilan enggak?" tanya Ratna yang membuat Doni menautkan kedua alisnya.

"Bukan buat aku tapi buat Ayla." tambah Ratna sebelum lelaki itu bertanya.

"Loh Ayla, mau kerja sambilan? buat apa?" tanya lelaki itu bingung karena pasalnya keluarga Ayla tak pernah merasa kekurangan sedikit pun walau hidup sederhana tapi semua di rasa cukup. apalagi Almarhum Ayah Ayla selalu mengutamakan keperluan Ayla pasti beliau punya sedikit tabungan agar anak kesayangannya itu tidak kesusahan.

"Enggak apa- apa adalah masalah keluarga, Don. tapi aku mau sekalian hidup mandiri." jawab Ayla yang tak mau membeberkan apa yang ia dengar semalam dari mulut Kakak dan Kakak iparnya itu.

"Coba deh nanti sore kita ke Cafe tanya sama bos aku di sana siapa tahu masih butuh pegawai." Seru Doni yang membuat Ayla tersenyum bahagia walau tak pasti ia dapat pekerjaan tapi setidaknya ia mendapat titik terang.

Disisi lain Damar bingung harus memulai dari mana untuk membangun kembali usaha toko bangunan miliknya karena ia sungguh sudah tak punya modal. sang Ayah pun juga tak meninggalkan warisan apa pun karena mereka hidup cukup sederhana. andaikan ia tak pernah di tipu oleh orang lain dalam usahanya ini mungkin ia tak akan bingung seperti ini.

Beberapa anak buahnya meminta pembayaran atas tenaga yang mereka berikan untuk toko Damar. sementara uang sewa atas tempat usahanya ini pun masih terus berjalan. di tambah anak - anak Damar tahun ini baru saja naik kelas dan butuh banyak keperluan sekolah.

"Asep, Saya pergi sebentar ya. kalau ada apa- apa hubungi saya." Pamit Damar sambil berjalan menuju tempat parkir. ia butuh sekali angin segar untuk menjernihkan pikirannya kali ini.

Selama perjalanan Damar masih menimbang- nimbang ucapan sang istri untuk meminjam uang kepada rentenir itu tapi ia masih enggan kalau ada hal buruk dalam keputusannya itu. mengingat sang Rentenir itu begitu kejam, ia takut hal buruk menimpanya atau keluarganya termasuk sang Adik Ayla.

"Pak, Awas.." teriak seseorang kala Damar masih mengemudikan motor tua pemberian ayahnya tersebut. Damar menoleh ke arah pemotor lain yang ada di sampingnya namun kejadian na'as itu kini menimpa dirinya. ia menabrak sebuah mobil mewah yang tengah terparkir di pinggir jalan.

"Astaga, apalagi ini?" pekiknya sambil menahan rasa sakit di tubuhnya akibat tubuhnya yang sempat oleng dan kini ia terjatuh ke aspal dengan kaki kanannya tertindih motor.

beberapa orang yang melihatnya segera berlarian untuk membantu Damar. sementara seseorang baru saja keluar dari mobilnya. ia melihat bagian belakang mobil tersebut dan betapa terkejutnya. lelaki itu bingung apa yang akan ia katakan nantinya kepada sang pemilik mobil yang pasalnya sedang berada di dalam sebuah restoran.

"Mas, saya sungguh minta maaf." ucap Damar meminta maaf saat ia melihat pemuda yang umurnya lebih muda darinya sedang berdiri di hadapannya.

Damar kini berusaha berdiri dan bersimpuh kepada orang itu namun pemuda tadi memegang kedua lengannya karena ia tak ingin orang yang ada di hadapannya berbuat seperti itu diantara kerumunan banyak orang. pemuda itu sejujurnya bingung harus berbuat apa karena pada dasarnya itu bukan mobilnya.

"Sebenarnya ini bukan mobil saya, Pak. tapi mungkin kita bisa selesaikan kejadian ini di dalam saat anda bertemu dengan pemilik mobil yang sebenarnya." ucap pemuda tadi yang memang tak punya pilihan.

"Tapi Mas, saya benar- benar tak punya uang untuk mengganti kerugian ini." lirih Damar yang di tatap iba oleh pemuda tadi. pemuda itu semakin bingung apalagi kerusakan mobil tersebut lumayan parah. ia sendiri belum tentu bisa menganti setiap kerusakan mobil tersebut dikarenakan mobil ini cukup mahal dalam biaya perawatan apalagi kerusakannya.

"Kita coba ke dalam saja ya, Pak. nanti anda bisa bicarakan pada pemilik mobil ini saya yakin beliau pasti akan mengerti." ucap pemuda tadi yang membuat Damar cukup tenang. entah kenapa rasa sakit di tubuhnya tak terasa karena ia lebih memikirkan bagaimana caranya untuk mengambil hati sang pemilik mobil agar tidak menuntutnya.

Dengan di bantu pemuda tadi dan Damar masuk bersamanya untuk bertemu dengan yang empunya mobil tersebut. Damar berharap pemilik mobil ini berbaik hati kepadanya seperti apa yang pemuda ini ucapkan tadi kepadanya. jika memang harus bersujud akan ia lakukan asalkan semua masalahnya tidak semakin melebar. namun sebelum masuk pemuda tadi sempat mengambil beberapa gambar di bagian mobil yang rusak. Damar pun juga sempat menghubungi Ayla, adiknya agar bisa menjemputnya karena ia merasa tak mungkin pulang seorang diri dengan keadaan tubuhnya yang memar dan ad beberapa goresan luka.

Hai buat kalian yang enggak sengaja mampir dan baca ceritaku jangan lupa tinggalkan komentar dan rate kalian untuk Ayla. Jangan lupa follow ig Author @iinyoursoul2807

Kamsamida.