Bab 4

Jam kuliah Ayla telah usai namun gadis itu merasa gusar kala sempat mendapatkan beberapa panggilan tak terjawab dari Kakaknya Damar. Ayla pun segera keluar dari kelasnya dan berusaha menghubungi Kakaknya.

"Halo Kak Damar, ada apa? Maaf tadi Ayla masih di kelas." seru Ayla saat panggil telefon tersambung oleh sang Kakak.

"Ay, tolongin Kakak, Kakak kecelakaan dan enggak kuat bawa motor." ucap Damar bergetar yang membuat gadis itu terkejut.

"Apa? Kakak kecelakaan dimana?" tanya Ayla panik.

"Nanti Kakak Share lock alamatnya ya, Ay, nanti kamu segera ke sini." pinta Damar dengan nada memohon yang membuat Ayla ingin segera menemui sang Kakak.

"Iya, Kak, Kirim secepatnya ya." kata Ayla lagi lalu menutup panggilan telefon nya.

Tak lama ia pun mendapatkan pesan dari Kak Damar yang letaknya tidak jauh dari kampus Ayla.

"Ayla.." panggil Doni sambil menepuk bahu gadis itu.

"Eh, Don." sapa Ayla saat ia menoleh ke arah lelaki itu.

"Gimana kita jadi ke Cafe tempat aku kerja?" tanya Doni. Ayla menepuk dahinya karena ia baru teringat janjinya dengan Doni.

"Astaga." pekik Ayla.

"Kenapa, Ay?" Doni terlihat bingung dengan ekspresi gadis itu.

"Maaf banget aku enggak bisa interview sekarang, Don." Jawab Ayla yang menyesal.

"Ya sudah enggak apa-apa tapi kamu kenapa? kok wajah kamu pucat seperti itu?" tanya Doni.

"Kakak aku kecelakaan dan sekarang aku mau ke sana buat jemput dia, Don." jawab Ayla.

"Ya sudah aku antar saja gimana?" tawar Doni.

"Boleh tapi Ratna gimana? dia masih di kamar mandi."

"Enggak apa - apa dia kan sudah besar bisa pulang sendiri nanti." jawab Doni santai sambil menarik tangan Ayla untuk mengikutinya menuju tempat parkir.

Di tempat Parkir Doni langsung memasangkan helm di kepala Ayla. ia pun mulai menyalakan mesin motor spot berwarna merah miliknya.

"Yakin enggak apa - apa, Don? aku enggak enak sama Ratna." tanya Ayla yang masih ragu.

"Udah santai, cepat naik kasihan Kakak kamu sudah nungguin di sana." seru Doni saat ia sudah siap mengenakan helm dan tinggal tarik gas untuk segera pergi.

Ayla pun langsung naik ke atas motor spot berwarna merah milik Doni. saat Doni mulai memasukkan gigi dan menarik gas mereka pun langsung meluncur meninggalkan area kampus. Ayla yang kaget karena Doni mengebut tanpa sadar memeluk pemuda itu erat.

# # #

"Permisi, Pak Damar." Seru Putra saat ia telah kembali menemui Damar. Damar pun menoleh ke arah Putra.

"Dimana Bos anda, Mas?" tanda Damar yang masih tidak tenang karena ia sudah merusak mobil mahal tersebut.

"Begini sebenarnya Bos saya akan memanfaatkan Pak Damar kalau-" Danu ragu untuk melanjutkan ucapannya karena ia merasa tidak enak.

"Kalau apa, Mas? saya bersedia melakukan apa pun agar bisa mengganti kerugian yang saya buat." Pinta Damar kepada Putra agar lelaki itu mau melanjutkan ucapannya lagi. Putra pun menarik nafas panjang untuk mengumpulkan keberaniannya setelah itu ia membuangnya.

Dalam hati Putra ia baru menyesali apa yang ia usulkan kepada Juna, Atasannya itu. namun di sisi lain semua yang ia lontarkan sudah terlanjur di dengar dan di setujui oleh Juna.

"Kalau Adik perempuan Bapak mau menikahi Bos saya yang sedang mencari seorang istri." kata Putra yang membuat Damar sangat terkejut.

"Tapi tenang Pak, Bos saya adalah seorang pengusaha sukses dan masih muda. beliau pun orang yang sangat baik." tambah Putra yang berusaha meyakinkan Damar.

Baik? darimana baiknya kalau ia memberikan syarat menukar Adiknya sendiri untuk ganti rugi sebuah mobil?

"Apa tidak ada cara lain, Mas?" tanya Damar sambil menelan Saliva nya.

"Putra.." panggil seseorang lelaki tampan yang baru saja datang dan menghampiri keduanya yang tak lain adalah Juna.

"Tuan Arjuna." seru Putra seraya bangkit dari tempat duduknya dan menghadap Juna.

"Bagaimana? apakah beliau setuju?" Tanya Juna sambil tersenyum pada keduanya. Damar pun melihat Juna dari ujung kaki hingga ujung kepala. sebagai lelaki Arjuna terlihat sempurna dan tak cacat satu apa pun hingga Damar berpikir lelaki itu pantas menjadi pasangan Adiknya terlebih jika dilihat - lihat Juna tampan dan juga kaya raya.

"Maaf, tapi bisakah kita menunggu Adik saya? karena saya tidak bisa memutuskannya sendiri." pinta Damar yang tak ingin salah mengambil keputusan karena ini menyangkut masa depan Adiknya.

"Baiklah." kata Juna santai lalu ia duduk di hadapan Damar sambil memainkan ponselnya. sementara Putra kembali menyiapkan hal selanjutnya yang akan ia lakukan nanti saat adik Damar datang.

"Don, di sini tempatnya." kata Ayla sambil menepuk bahu Doni saat ia menemukan lokasi persis sang Kakak kirimkan tadi. Doni pun menghentikan motornya dan Ayla langsung turun serta melepaskan helm yang ia kenakan.

"Mau aku temani, Ay?" tawar Doni namun Ayla menggeleng karena ia merasa sudah sangat merepotkan Doni yang telah mengantarnya sampai di sini. lagi pula Ayla juga belum tahu bagaimana keadaan Damar yang sebenarnya.

"Kamu hati - hati ya, kalau ada apa - apa hubungi aku." Seru Doni setelah meraih helm yang di berikan oleh Ayla. gadis itu menganggu pelan sambil tersenyum "Terima kasih ya, Don, aku duluan."

Ayla yang berpisah dengan Doni segera berlari masuk ke dalam restoran. jujur Ayla bingung katanya Kakaknya kecelakaan tetapi kenapa tidak di bawa ke rumah sakit? tapi ini malah berada di sebuah restoran mewah. apakah ada hal lain yang menimpa Kakaknya? Jujur Ayla bingung dan perasaannya kini tak menentu.

Ayla pun masuk menyusuri setiap sudut Restoran tersebut dan mencari keberadaan Kakaknya. Langkahnya terhenti saat ia melihat Kakaknya sedang duduk dengan dua orang yang tak di kenal. ia sempat melihat wajah Kakaknya yang terlihat pucat.

"Kak Damar.." Panggil Ayla kepada Kakaknya saat ia sudah dekat. kedua lelaki yang bersama Kakaknya pun menoleh ke arahnya namun kini fokus gadis itu hanya kepada sang Kakak.

"Ayla.."

"Kakak, enggak kenapa - kenapa kan? ada yang luka? atau ada yang sakit?" Ayla memburu Damar dengan beberapa pertanyaan karena ia begitu khawatir.

"Kakak, baik - baik saja, Ay. Hanya sekedar lecet dan memar saja." jawab Damar.

"Ya sudah sekarang kita ke dokter saja ya. motor Kakak dimana?" ajak Ayla yang ingin segera pergi dari tempat tersebut dan membawa Kakaknya berobat ke rumah sakit atau klinik.

"Tunggu, Ay.." seru Damar menahan Ayla. gadis itu menoleh ke arah sang Kakak yang semakin pucat.

"Ada apa?" tanya Ayla bingung.

"Ada satu masalah yang masih harus kita selesaikan." kata Damar sambil menelan Saliva Nya.

"Masalah? apa?" tanya Ayla yang bingung.

Hai buat kalian yang enggak sengaja mampir dan baca ceritaku jangan lupa tinggalkan komentar dan rate kalian untuk Ayla. Kamsamida.