Sheldon Navyera & Aliendra Railhoun

Aku dan Diva memasuki kelas yang diisi 10 orang. Sementara Bu Secondary dan Bu Elevert meninggalkan kelas kami dan segera langsung menuju ke kelas yang diajarkan oleh mereka masing-masing. Aku dan Diva duduk dengan tempat duduk yang agak berjauhan. Tak lama kemudian, para siswa muncul satu persatu di dalam kelasku.

Aku memalingkan pandangan mereka dan mulai memandang pemandangan kota Winfield dengan cuaca yang cukup cerah dari kejauhan. Bel akademi berbunyi dengan nyaring sehingga pelajaran akan dimulai dengan biasanya. Kami menunggu selama 10 menit, namun guru itu belum datang.

Tiba-tiba, sebuah pintu terbuka tanpa ada seorang pun yang membuka pintu itu. Kami berpikir tidak mungkin pintu itu terbuka dengan sendirinya.

"Kenapa pintunya terbuka tuh?"

"Benar juga."

"Aku tidak melihat seseorang membuka pintu itu."

"Waduh! Jangan-jangan sekolah ini ada hantunya, `kan?"

"Jangan pikir hal yang sekotor itu!"

Di tengah bisikan siswa itu, muncullah seseorang yang berbadan kecil dengan 4 cm di meja guru. Ia adalah seseorang bermata satu dengan dua antena di kepalanya. Ia mengeluarkan megaphone miliknya dan mulai membuka suaranya.

"Selamat pagi nona-nona dan orang-orang payah. Aku adalah Sheldon Navyera. Hari ini aku akan mengajarkan suatu ilmu kepada kalian yang p*******g ini menjadi seorang militer yang gagah berani…." pidato Pak Sheldon dengan lantang.

Ilustrasi

Sheldon Navyera

Namun, para siswa tidak mendengarkan apa yang ia ucapkan. Mereka memilih untuk mengobrol saja sambil tidak mempedulikan ocehan Pak Sheldon. Aku hanya memandang jendela seolah-olah tidak mempedulikan Pak Sheldon. Melihat tingkah laku itu, Pak Sheldon sangat marah dan mulai mengeraskan megaphone nya menjadi level 10.

"Hey! Kalian! Bisakah kalian diam saja seperti anak kecil? Aku sedang berbicara padamu, p*******g." murkanya kepada semua murid di kelasku.

"Huh?! Loser?!!"

"Orang ini membuatku kesal. Aku akan menghajarmu."

"Heh, Diam kau!"

"Jangan berbicara lagi, ****!"

"Emangnya kau pikir kau siapa?"

Aku dan Diva hanya terdiam lesu di tengah kerusuhan yang dibuat oleh teman sekelasku. Mereka mengejek Pak Sheldon karena ia sangat kecil dan terlihat merendahkan orang lain. Namun, tiba-tiba

"Hey. Ada orang yang tidak ada moral disini." Seseorang mulai berdiri di atas meja sambil mengoceh.

Seseorang yang berdiri dengan sombong adalah seorang siswa yang terpandang dari strata sosial dan memiliki latar belakang yang sangat baik dengan hak istimewa. Dia adalah Aliendra Railhoun.

Ilustrasi Aliendra Railhoun.

"Hey, Sheldon. Are you really the teacher in this class? Hahaha. Come on! Are you kidding me! You shouldn't be here, l$&#r. If you still keep your babble , I'll challenge you to playing DEATH GAME!! This is awesome, isn't it? (Hei, Sheldon. Apakah kamu benar-benar guru di kelas ini? Hahaha. Ayo! Apakah kamu bercanda! Kamu seharusnya tidak berada di sini, p*******g. Jika kamu masih menjaga ocehanmu, aku akan menantangmu untuk memainkan DEATH GAME!! Ini luar biasa, bukan?)" Aliendra terus mengoceh sambil merendahkan Pak Sheldon sehingga menimbulkan kericuhan yang tidak diinginkan.

"Jaga ucapanmu, dasar konglomerat lemah! Aku disini mengajar atas perintah Dr. Guren. Dan kau harus duduk manis seperti bayi dan dengarkanlah aku!" Pak Sheldon menyanggah pernyataan Aliendra.

"What if you say that? (Memangnya kenapa kamu bilang begitu?)" Aliendra tanya kembali.

"This is what I want and you should accept what I say. Otherwise, you will regret your attitude. We are all challenging you to DEATH GAME!! (Inilah yang aku inginkan dan kau harus menerima apa yang aku katakan. Kalau tidak, kau akan menyesali dengan sikapmu. Kami semua menantangmu untuk DEATH GAME!!)"

"DEATH GAME!!" Seru siswa lainnya sambil menunjuk Sheldon sebagai penghinaan.

Di tengah keributan, Aliendra berjalan menghampiriku dan membujukku, "Hey, kid. Why do you shut up and look at the sad sight? Come on! Join with me and you will be satisfied with this moment. (Hey, kid. Why do you shut up and look at the sad sight? Come on! Join with me and you will be satisfied with this moment.)" dengan arogannya.

"Cih, menyebalkan." keluhku dengan bujukan itu dan menerima bujukan itu tanpa pikir panjang. Namun, Diva berdiri seketika dan menghampiriku dan Aliendra. Lalu, ia mengancam, "You shouldn't do it. You are destroying his pride. Look what you do! (Kau tidak boleh melakukannya. Kau menghancurkan harga dirinya. Lihat apa yang kamu lakukan!)" sambil memegang kerah baju Aliendra dengan erat.

"Ahahaha. B***h like you, shut up and follow what i do!. If you beat me up, i and my client will be send you to prostitution forced, then you'll spend your life to satisfying u**y b*****d.. P*****r sepertimu, diam dan ikuti apa yang saya lakukan! Jika kau memukulku, aku dan klienku akan mengirimmu ke prostitusi secara paksa, lalu kau akan menghabiskan hidupmu untuk memuaskan b******n j***k.)" aku hanya memandang pemandangan dari jendela kelas dengan menyedihkan.

"Try it if you can! Sheldon, I'm your side. (Cobalah jika kau bisa! Sheldon, aku di sisimu.)"

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan keluar dari sini. Kalian tunggu 30 menit untuk bersiap-siap. Kalian bisa mempersiapkan senjata kalian selama 8 menit. Dan kau…." Sheldon mulai mengoceh.

"Diva Lexton." Diva menyebut namanya kepada Pak Sheldon.

"Terserah. Kau ikut denganku! Yang lain, tunggu saja dengan ruangan yang menyedihkan itu!" Sheldon meninggalkan ruangan kelas dan Diva mengikuti Pak Sheldon.

Aku hanya menunggu sambil mengabaikan ke-delapan orang itu. Aliendra mulai merencanakan sesuatu kepada murid lainnya untuk mengalahkan Pak Sheldon dan Diva sementara aku menyendiri dekat jendela. Aku kurang peduli apa yang mereka rencanakan. Mereka yang memulai, tapi aku yang terlibat dalam masalah yang seperti ini.

Mereka membuat formasi untuk mendesak lawannya. Mereka juga mempersiapkan rencana cadangan untuk menghadapi kondisi yang mendesak. Aliendra Railhoun, ia adalah seorang anak dari konglomerat di bidang politik, ayahnya adalah anggota senator (anggota DPR di Indonesia) yang sangat penting dan memiliki jabatan yang dipercaya oleh menteri.

Aku tidak membutuhkan hal yang seperti itu. Itu malah membuatku muak. Aku ingin dia harus jatuh miskin akibat perbuatannya yang arogan itu. Dia berpura-pura akrab denganku dan membuatku harus berkaitan erat dengannya. Aku sering sekali melihat orang yang seperti itu.

30 menit berlalu dengan pikiranku dan ocehan Railhoun, kami di teleportasikan menuju ruang senjata yang aku kunjungi sebelumnya. Aku sudah terbiasa dengan tempat ini sejak bertarung dengan Dr. Guren. Aku, Aliendra, dan tujuh orang lainnya telah mempersiapkan untuk memilih senjata dan pakaian untuk bertarung melawan Diva dan Pak Sheldon.

Sementara aku mengambil senjata cakar serigala dan mengenakan pakaian seperti assassin, Aliendra mengambil sebuah dua Desert Eagle warna putih dengan campuran setelan pakaian CEO dan tuxedo. Sementara yang lainnya ada yang mengenakan pakaian militer, ksatria, penyihir, dan setelan prajurit WW2 (world war 2).

Namun, aku mendengar suatu kata yang tidak boleh dibantah olehku. Suatu kata yang keluar dari mulut seseorang. Ia adalah Inspektur Elevert.

"Kalahkan musuh… Saat DEATH GAME!! berlangsung…. Menangkanlah, Nak!"

"Rizel yang manis…. Jika kalah DEATH GAME!! Terima saja."

"Aku tak mau…. Kalau kamu kalah…. Bisa bahaya."

Aku tidak akan kalah kali ini. Aku tidak boleh kalah setelah kekalahanku yang menyedihkan oleh orang yang kubenci, Dr. Guren yang tak terkalahkan.

Persiapan untuk DEATH GAME!! yang kedua kalinya. Aku harus menang apapun yang terjadi. Railhoun dan lainnya memandangi sebuah arena yang diisi oleh penonton yang bersorak meriah.

Saatlah untuk DEATH GAME!! kedua.

{{{•••}}}