Chapter 3 : “ Sin & Promise ”

Amarah dan kebencian mengisi penuh hati dan pikiran Haygair, teringat akan temannya Armura yang tergeletak penuh luka tak bergerak sedititpun dari tempat dimana ia terhempas oleh pukulan sang jenderal. Sang jenderal yang berdiri dengan angkuh dan senyum yang menyeringai melihat ke arah Haygair.

"Kau pikir bisa mengalahkan ku yang sudah mengeluarkan seluruh kekuatan dari benda iblis yang ada pada tubuhku ini hah !?"

"Cukup di sini Mythian bodoh, ku kirim kau untuk menjumpai teman mu di alam lain,HUAHAHAHAHAHAHAH!!!"

Tatapan Haygair kepada Jenderal tak berkedip sedikitpun,tatapan tajam layaknya elang yang siap menerkam mangsanya, seketika itu pula Aura Haygair berubah, aura ke Emasan keluar dari bilah pedangnya, menyebar lebih besar dan besar lagi di sekitar tubuhnya. Kekuatan kristal yang di tahan selama ini keluar untuk mengakhiri pertempuran di divisi I ini, para prajurit kedua belah pihak pun sudah terlihat berkurang pesat dan hampir sama jumlahnya, Haygair memutuskan untuk mengakhiri dengan kekuatan yang di tahannya,Kristal Berkah "Excallibur" merupakan kristal yang berlambang pedang yang memperkuat keahlian baik pengguna pedang dan pedangnya. Nama yang di ambil dari pedang legendaris zaman dahulu, yang mampu membelah 3 Raja Iblis sekali tebasan. Sekarang akan bangkit dan bersatu bersama Haygair.

"Ohh, Jadi ini aura berkah itu. Sebaiknya kau gunakan dari tadi, aku bosan dengan pertarungan setengah – setengahmu."

ucap Jenderal dengan angkuhnya.

Mendengar itu Haygair hanya diam, dan fokus dengan apa yang sedang di lakukakannya,dan lalu ledakan cahaya keluar dari kristal yang ada pada bilah pedangnya, cahaya yang menyilaukan yang hampir bisa menerangi medan perang Divisi I. Bahkan Divisi II dan II pun menyadari itu.

"Ku harap lawan yang di hadapi Haygair tak merasakan sakit pada saat kematiannya"

ucap Arcanoa yang tetap masih memantau keadaan di medan perang miliknya.

"Dasar bodoh, Sampai mengeluarkan itu untuk musuhnya. Haygair.., selemah itu kah dirimu. Dan lebih bodoh lagi adalah lawannya, hal apa yang ia perbuat hingga Haygair menggunakan itu. "

Berthold bergumam dengan santai di tempat dia memantau peperangan dari kursinya.

Seketika setelah ledakan itu sang jenderal tetap tak bergeming dan merasakan takut.

"Kau sudah meningkatkan kemampuan mu kan, maka dari itu segeralah law.."

"buugh". suara benda jatuh ke tanah terdengar.

Kata – katanya terhenti, dan melihat lengan kirinya telah ada di tanah, darah mengucur deras dari luka di lengan kiri yang terpotong. Tak ada teriakan rasa sakit, hanya rasa penasaran yang ada di pikirannya, apa yang sebenarnya terjadi..

"Cukup Ocehan mu jenderal tua, berdoalah semoga dewa mengampuni keserakahan kerajaanmu dan dirimu."

mendengar suara Haygair yang ada di belakang dirinya, sang jenderal pun tersadar bahwa wujud Haygair yang ada di hadapannya mengilang. Ia pun menoleh kebelakang sembari berkata.

"Dewa telah meninggalkan kita, hanya kekuatan yang manusia perlukan sekarang, dan itu ada di tanga.."

Sekali lagi, kata-katanya terhenti dan sekarang tubuhnya merasakan melayang kebawah dan tergeletak di tanah, kesadarannya masih ada ketika melihat bagian setengah tubuhnya kebawah masih berdiri mengucurkan darak segar sebelum menyusul jatuh kebawah.

"Sudah kubilang hentikan ocehanmu, kau sudah tak di perlukan di dunia ini Jenderal."

ucap Haygar yang sedang membersihkan pedang nya dari darah sang jenderal.

"Hahahahaha, hukk,uhukkk..."

tawa dan batuk darah keluar dari mulut sang jenderal.

"Jadi ini hadiah dari dewa yang kalian terima, kekuatan yang bahkan diriku tak bisa dapat serta gapai, bahkan dengan bantuan iblis sekalipun, uhukk, huaarggh,uhuukk.."

"Jika ingin menebus kesalahan leluhur kalian, maka.."

Sang jenderal menggenggam jubah Haygair berwarna merah bercampur lumpur.

"Habiskan bangsa iblis licik itu tak tersisa sedikit pun dari dunia ini, cuma itu pintaku pada mu, dasar Mythian bo...doh.."

Setelah kata-kata itu sang jenderal kaku, tak bersuara dan darah berhenti mengucur dari tubuhnya.

"Aku tak mengerti maksudmu jenderal, tapi itu pun menjadi tujuan kami setelah melindungi negeri ini. Beristirahatlah dengan tenang Jenderal."

Haygair menutup mata sang jenderal yang terbelalak. Para prajurit Mythian yang melihat pun bersorak kegirangan.

"Jenderal Leonard Albus Sudah dikalahkan! Jenderal Musuh sudah di kalahkan !!".

Sontak prajurit musuh yang mendengar dan juga yang telah melihat kejadian tersebut membuang senjata mereka dan menyerah, jenderal yang mereka agungkan serta puji telah di kalahkan oleh Haygair. Sorak sorai kebahagian dari divisi I menjadi cahaya yang sedikit memberikan harapan akan kemenangan Mythia melawan para penjajah.

Haygair pun bergegas menuju Armura yang tergeletak, dan setelah itu ia mencoba membangunkan dan menyadarkan Amura, melihat keadaan Armura Haygair takut hal buruk terjadi.

"Armura, bangun!!"

"Jangan berani kau mati Gorilla Gila, atau Istri ku akan memukuli ku dengan kejam di rumah jika dia tahu kau mati untuk melindungiku.Bangun Armura, bangun !!!"

Haygair tak henti-hentinya mengguncangkan tubuh Armura yang masih belum merespon, namun perlahan Haygair pun berhenti dan terdiam, bola matanya memerah dan mulai berair.

"ARMUUURAAAAA!!!!"

teriakan sedih Haygair memecah sorak sorai kemenangan divisi I,para prajurit mythian pun sudah mulai terlihat ada yang menangis. sadar akan apa yang mereka lihat, seorang pahlawan yang mereka sayangi dan hormati sebagai guru sekaligus mentor para prajurit Mythian tergeletak tak bergerak.Tangis pecah di kerumunan prajurit. Mohdemar pun tertunduk lesu di kejauhan bersama Dayanna yang sudah menangis tersedu-sedu. Sementara Terry menutup wajahnya dan terdiam di tempat dia mengatur rencana.

"PLLAAKK!!!"

Sebuah tamparan keras melayang di pipi Haygair, bukan sakit yang Haygair rasakan tapi bingung dengan yang terjadi, karena tamparan itu berasal dari tangan Armura.

"Berisik Kau Haygair !!! Kau mengganggu tidur siangku kau tahu !!"

"Kalian juga para prajurit bodoh, apa yang kalian tangiskan ! Kalian kira aku mati hah!"

Mendengar suara kencang Sang Guardian yang masih tergeletak di tanah,para prajurit berhenti menangis dan memasang wajah bahagia, begitu pula para pahlawan lainnya. Tidak ada lagi orang di Mythian dengan suara kencang seperti itu kecuali Armura. Kesedihan seakan tidak pernah terjadi, tangis kembali menjadi tawa bahagia serta sorak sorai yang lebih ramai dari sebelumnya.

"Kau Hidup Armura, syukurlah. Aku bisa pulang ke rumah tanpa mendapat pukulan dari istriku."

"Dan untuk apa tamparanmu itu, kau terlalu keras menamparku dasar kau Gorilla Gila".

Ucap Haygair dengan nada masih terisak dan sedikit memasang wajah malu kepada Armura.

"Tenanglah, aku masih bisa menahan pukulan itu, tapi jujur itu bahkan hampir menyamai pukulan si Naga Bodoh itu".

Armura memegang memar di tubuhnya bekas hantaman dari sang Jenderal, lalu ia pun melihat tubuh jenderal yang berada jauh di belakang Haygair.

"Kau sebegitu putus asanya kah hingga menggunakan itu Haygair?" tanya nya

"Tak ada pilihan lain, semakin cepat ku akhiri, semakin cepat kemenangan untuk Mythia".

jawab Haygair.

"Yah syukurlah tidak sampai melebihi batas waktunya, jika tidak kau tahu sendirikan".

ucap Armura sembari mencoba berdiri dibantu oleh Haygair.

"Ya,begitulah".

Armura pun berjalan di bantu oleh Haygair menuju tenda perawatan Divisi I melewati para prajurit divisi I Mythian yang tak berhenti bersorak sorai. Namun di dalam sorak sorai kegembiraan tersebut masih ada yang megganjal di pikiran Haygair, apa yang dimaksud dengan Kesalahan Para Leluhur Mythian yang di ucapkan oleh sang jenderal, ucapan itu jelas membuat pikirannya penuh dengan pertanyaan. Kenapa sang jenderal besar sebegitu bencinya kepada Mythian padahal sesama ras manusia dan rela berkubang dengan para iblis, Leonardh merupakan jenderal Ambisius dan Haygair paham itu, namun jika bukan suatu alasan yang jelas ia yakin Leonardh tak akan bergabung walau di hadiahkan berkah Dewa oleh para Iblis.Namun sekarang dia mesti fokus, untuk membawa Armura ke tenda perawatan dan memulai persiapan untuk persiapan berikutnya.

Kemenangan yang di dapatkan divisi I sampai pada Divisi II terlebih dahulu,

"Jadi mereka berhasil, baguslah. Setidaknya Mythia mempunyai harapan untuk menang dari hal ini."

ucap Arcanoa, sembari melihat medan tempurnya yang semakin sengit melawan Kerajaan Binatang Buas Dan Monster.Kerajaan yang mempunyai kekuatan yang melebihi Ras manusia, bahkan mempunyai sebuah senjata Utama, Sebuah Naga Legenda "Disastrium" yang telah mereka simpan untuk menghancurkan Mythia, dan Naga itu di tunggangi oleh tak lain dan tak bukan oleh sang raja Binatang Buas, Raja Beliash Firoga.