Bab 2

Aku mulai terbiasa dengan keberadaan dirinya, yang selalu mengacaukan diriku, kapan ini akan menjadi tenang lagi?

"Kakak... Apakah aku bisa mampir ketempatMu?" sontak saja pertanyaan itu membuat pikiran ku menjadi tak menentu, mulai berpikir kotor, bukannya tanpa sebab, ya... karena aku hidup sendiri jauh dari orang tua ku, jika aku mengajaknya mampir kerumahku, enahlah aku juga peria normal.

Namun, seberapa kerasa aku menolaknya, ia tetap ingin kerumahKu, "Silahkan masuk, tunggu disini. Aku akan membuatkan minuman." Ujarku, sesampainya didapur, aku mengintip gerak-geriknya, awalnya biasa. namun, setalah sekitar dua menitan ia begitu salah tingkah, berpindah-pindah tempat duduk dan seperti memikirkan sesuatu.

"Kak! orang tuaMu mana?" tanya ia, aku hidangkan teh manis dingin dihadapannya dan baru ku jawab pertanyaannya tadi.

"Mereka tinggal dikota, kerena pekerjaan." ujarku dan seketika itu, ia mulai tak enak.

"Ma-maaf harusnya aku tak datang!" dengan cepat ia beranjak dari sopa, kemudian hendak melangkah kearah pintu depan rumah ku, aku kejar, dan mencoba mencegahnya.

"Jangan begitu, diwaktu itu bukankah kamu yang antusias mau kerumahku, aku sudah melarangnya. namun kamu tetap saja tak paham, dan aku juga bukan laki-laki berengsek yang seperti didalam pikiranMu." mendengar itu wajahnya memewah, dan ia kembali duduk namun kali ini agak tenang sedikit.

entah capek atau apa ia tertidur pulas di sopa ruang tamu, melihat ia yang tertidur pulas, aku mencoba mendekat dan hendak membangunkannya, namun niat ku menjadi terhenti disaat aku melihat wajahnya yang tertutup rambut, ku sibak rambutnya terlihatlah wajah tidur yang begitu cantik.

"Andai kamu paham perasaanku." gumam ku, kemudia pergi kedapur mengambil air minum, seraya menenangkan dada yang didalamnya berdegup kencang.

ia masih tidur, aku pun mulai mengerjakan tugas yang diberikan dosen kepadaku, besok aku mempunyai sedikit waktu untuk berehat.

Malam tiba, dia tak kunjung bangun. aku mulai berinisiatif membangunkan dirinya, ku goyang tubuhnya dan memanggil-manggil namanya.

"Maaf kak, aku ketiduran." aku hanya bisa tersenyum, dan lalu mengantarnya pulang. didalam perjalanan dengan sepeda motor, ku bonceng dirinya, beberapa kali aku merasakan ia menghimpitkan tubuhnya ke punggungku, dadanya menyentuh pungguku, aku tak bisa konsentrasi.

kemudian aku menghentikan motor dipinggir jalan, dan menanyakan ada apa garangan. "Aku kedinginan." ujarnya, segera aku lepaskan jeketKu, lalu kemudian memakaikannya kedia.

Untung aku memakai baju lengan panjang, jadi bisa sedikit mengurangi hawa dingin, entah kenapa tiba-tiba aku mempunyai niat untuk berhenti membeli roti bakar, dan wedang jahe, kemudian melanjutkan lagi perjalanan yang masih sekitar lima belas menitan.

"Kak boleh aku memelukMu?" awalnya aku sedikit terkejut, saat ia berkata begitu. mana lagi angin membuat suaranya sedikit tak bisa kudengarkan.

"Nih, buat Ayah dan Ibu kamu." ucapku, memberi plastik roti bakar itu kepadanya, kemudian juga, "sebenarnya ini telat sih, tapi ambil ini agar nanti kamu tak kedinginan." dan juga memberinya wedang jahe, tak lupa untuk orang tuanya juga.

ia menawarkan aku untuk mampir sebentar, namun aku tolak dengan dalih hari sudah larut malam, namun aku berpikir sejenak, kemudian turun dari motor dan memasuki perkarangan rumahnya.

di teras sudah ada ayahnya, aku salami ayahnya, seraya permisi untuk pulang.

saat aku menghidupkan motorku, ia melambaikan tangan, dan tersenyum kepada ku dimalam itu