Bab 3

"Kakak, ini ada titipan dari ibu." ujarnya, memberiku bingkisan yang katanya dari ibunya. ini ucapan terimakasih atas apa yang tak ku mengerti.

Rupanya bingkisan itu tak lain adalah brownies coklat kukus, baunya harum, sambil berjalan ku makan brownies itu, rasanya juga enak.

"Kakak~~~ ekpresi wajah yang kamu buat sangat menjijikan untuk dilihat." sontak saja perkataan itu membuatku tersedak, setelah mengataiKu dia pun membantu ku dengan cara menepuk punggungKu.

"Apa yang kamu katakan? aku hanya menikmati brownies yang enak ini." ujarku, kepadanya. kami pun melanjutkan perjalanan pulang, kini sisa potongan brownies ku simpan tak lagi aku makan dihadapannya.

"Kakak! boleh aku mampir sebentar, sampai sore?" Mau menolaknya atau tidak ia tetap akan memaksa untuk kerumahku seperti waktu itu, jadi aku pun mengiyakan saja toh apa gunanya melarangnya lagi.

"Aku pinjam kamar mandinya dulu." dan langsung ia berlari kekamar mandi, dan aku mengambil piring saji untuk menaruh brownies itu, kemudian membuatkan teh manis dingin, dan beberapa biskuit.

Dia keluar dengan pakaian yang sedikit basah, "apa yang kamu lakukan sih?" dia langsung sadar saat aku melihatnya, dan kembali masuk kekamar mandi dan berteriak bahwa aku mesum dengan begitu kerasanya.

"Aliza, ini pakailah baju ku ini, lalu keringkan bajuMu." ujarku, mengetuk pintu kamar mandi, ia buka sedikit pintu kamar mandi itu, mengambil pakaian yang ku berikan dan lalu menutup lagi pintu itu.

entah kenapa ia sangat lama keluar dari kamar mandi, entah apa yang ia lakukan selama itu? aku hanya bisa duduk di sopa, meminum teh dingin, dan brownies pemberianNya.

"Astaga Aliza!" pekik ku, dengan keterkejutan yang melampaui imajenasiKu.

"Baju kakak kebesaran." ucapnya menahan malu, memalingkan wajahnya, dengan pose seperti itu ia sungguh imut, aku tak bisa berkata-kata melihat mahakarya yang menakjubkan ini.

ku dekati dirinya, menuntunya untuk duduk disopa, dan berkata untuk menahan ini, sebelum bajunya kering. dia mulai bisa sedikit lebih tenang walau pun tetap tak bisa melihat kearahku.

"Kue ini enak, apa kamu juga bisa membuatnya Liz?" tanyaku, yang tanpa sadar menyentuh sisi sensitif dari percakapan itu, ia tanpak tak senang, bukannya mengalihkan pembicaraan aku malah menyulut api lagi.

"Ahahaha... tak perlu khawatir jika kamu tak bisa, minta diajarin ibuMu kan bisa?" dia langsung menoleh kepadaKu, menatap ku dengan tatapan tajam.

"MAKSUDMU, BILA AKU TAK PANDAI MEMASAK AKU BUKAN SEORANG PEREMPUAN KAKAK!?"

Aku tak dapat lagi berucap, ia berjalan ke arah yang aku ketahui bahwa arah itu ia lah arah pintu keluar rumah ku.

"Aliz, apakah kamu akan pulang degan pakaian begini, bagai mana bila kamu digoda laki-laki lain?" cegahku, aku menyuruhnya untuk masuk kembali, aku meminta maaf atas apa yang aku katakan tadi, aku katakan bahwa aku tak bermaksud untuk mengejeknya, tak ada sedikit pun maksudKu untuk mengejeknya.

Entah kepan, kami berdua terlelap disopa. saat aku bangun ia masih tidur, awalnya aku ingin membangunkannya namun saat melihat wajahnya itu aku urungkan niatku.

aku tertunduk dengan kedua siku tangan ku letakan di lutut kaki ku sedangkan telapak tangan saling menggenggam erat.

aku memikirkan, banyak hal yang terjadi selama ini, aku memikirkan hubungan ini.

wanita yang tertidur disopa ini

"Andai kamu tau."