Hari ini Fathan berangkat kesekolah seorang diri, karena Fanya sakit. Semalam saja Fathan duduk di teras rumah Fanya hingga larut malam membiarkan gadis itu menangis dibahunya.
Mungkin karena itu dipagi harinya Fathan merasakan tangannya keram. Fanya memang menyebalkan, selalu saja menyusahkan orang. Tapi ia tidak tega melihat sahabatnya rapuh seperti itu.
Fathan bersenandung riang, dari awal berkendara sampai kini sampai disekolah. Rasanya hari ini adalah hari paling tenang selama hidupnya. Karena biasanya masih pagi pun ia selalu beradu argument dengan Fanya.
Sedari tadi, setiap kali Fathan melewati para gadis yang tengah duduk-duduk didepan kelas, para gadis itu langsung terkesima melihat Fathan yang biasanya berwajah datar kini tengah tersenyum sambil berjalan.
Bisa dibilang ini adalah hari keberuntungan untuk para gadis-gadis itu.
Setibanya dikelas, si Hulk, maksudnya Nico. Teman sekelas Fathan yang rese itu tiba-tiba saja menjitak kening Fathan.
"Apaan sih lo!" ucap Fathan kesal.
Nico tertawa kecil, "seneng aja gangguin lo."
Fathan berdecak, kemudian melewati Nico begitu saja dan duduk di kursinya.
"Weh Than, ngomong-ngomong cewek lo kemana? Tumben gak berangkat bareng." Tanya Nico berniat menggoda Fathan.
"Gue gak punya cewek. Kalau cewek yang lo maksud adalah Fanya dia sakit dan lagi dia sahabat gue." Jawab Fathan.
"Wah, wah, sampai kapan lo mau gengsi kek gitu. Kalau Fanya denger omongan lo barusan gue yakin dia bakal benci sama lo."
"Bodo amat."
Nico meringis, "miris gue liat lo. Dengerin gue baik-baik ya Fathan, gak ada cewek-cowok temenan itu gak ada rasa, bisa jadi salah satu atau dua-duanya punya."
"Jadi lo maunya apa?" tanya Fathan sudah malas menanggapi Nico.
"Kalian jadian lah. Coba lo peka sedikit, masa lo gak sadar Fanya punya sih."
Fathan menghembuskan nafas, masih pagi Nico sudah membuat moodnya buruk. Sungguh menyebalkan.
"Udah?" tanya Fathan saat Nico berhenti berceloteh.
Cowok bertubuh tinggi besar itu hanya mengangguk.
"Kalau udah gue mau baca buku, tolong jangan ganggu gue."
"Cikh dasar kutu buku." Ledek Nico sambil merebut buku yang baru saja Fathan keluarkan dari ranselnya.
"Apa ini? lo baca komik, kayak bocah SD aja."
Nico memang begitu, suka sekali membuat Fathan darah tinggi. Kadang Fathan suka heran, dari sekian banyak orang dikelas si Hulk alias Nico mengapa hanya suka mengganggunya. Rasanya Fathan seperti di bully.
Setelah membolak-balik, membaca sekilas komik Fathan, Nico akhirnya mengembalikannya.
"Komiknya gak seru, nih gue balikin gue juga mau main basket."
"Ya udah sana!" usir Fathan.
"Sebentar, satu lagi hal yang mau gue omongin sama lo. Gue harap lo gak sia-siakan Fanya, jangan sampe lo nyesel." Setelah mengatakan itu Nico melesat pergi, meninggalkan Fathan yang jengkel setengah mati dibangkunya.
"Nico awas aja lo!" Ucap Fathan, saat mendapati salah satu halaman komiknya disobek oleh Nico.
–🌼–
Seharian sekolah terasa sepi tanpa kehadiran Fanya. Eh maksudnya tenang, sangat tenang sampai Fathan merasa bosan.
Biasanya jika ada Fanya, ada saja keributan yang dibuat gadis itu. Dan biasanya Fathan lah orang yang membereskan keributan yang Fanya buat.
Fathan melirik jendela kelasnya, salah satu jendela itu pernah pecah akibat Fanya. Saat itu Fanya ribut dengan salah satu gadis yang terus-terusan mengikuti Fathan akhirnya dihari itu rasa dongkol Fanya memuncak gadis itu sampai menonjok jendela kaca demi memojokkan gadis yang gatel pada sahabatnya.
Lalu setelahnya Fanya dan gadis itu dibawa ke ruang BK tentu saja Fathan juga ikut terseret. Tapi untungnya masalah terselesaikan dengan baik pada saat itu, dan kini gadis itu tidak lagi mengikuti Fathan. Semua berkat Fanya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya kesal. Saat itu tangan Fanya robek, sampai gadis itu susah menggerakkan tangannya sendiri karena habis dijahit. Alhasil gadis itu meminta Fathan membantunya hampir semua hal seperti makan, menulis tugas dan lainnya. Dan jika Fathan tidak mau, gadis itu akan mengungkit-ungkit jasanya yang sudah membantu Fathan sampai tangannya begitu.
Eh tapi–mengapa sedari tadi ia memikirkan Fanya sambil melamun dan senyum-senyum begini. Rasanya Fathan seperti orang tidak waras, untung dikelas tidak ada siapapun selain dirinya.
"Fathan!" seseorang memanggilnya dari arah pintu, cowok itu lantas menoleh.
Gadis itu berjalan mendekati Fathan, sambil membawa sebuah kantong plastik berisi roti dan kopi.
"Kok sendirian aja, tumben." Tanya gadis itu.
"Iya Lis, Fanya sakit dia gak sekolah."
Alisa tampak terkejut, "dia bisa sakit juga ya, biasanya dia selalu energik."
Fathan tertawa lirih, "bisalah dia juga manusia."
"Oh iya, ini aku ada roti sama kopi. Kamu makan yah. Karena kamu gak kelihatan dikantin aku jadi khawatir, ternyata benar kamu belum makan."
"Makasih Lis. Tapi gue lagi gak nafsu makan, gue makan nanti yah."
Alisa tampak terkejut, "ah iya gak apa-apa."
"Kamu murung banget, lagi ada masalah kah?" tanya Alisa.
Fathan menggeleng. "gue cuma lagi kepikiran Fanya, anak itu gak bisa apa-apa tanpa gue. Gue khawatir dia juga belum makan."
Alisa tidak memberikan tanggapan, gadis itu justru beranjak dari tempat duduknya.
"Than maaf aku gak bisa lama-lama, Nico pasti nyariin aku karna gak ada dilapangan basket."
"Iya, hati-hati."
Alisa mengangguk kemudian pergi keluar kelas. Namun tak berselang lama gadis itu kembali lagi.
"Fathan pulang sekolah kamu sibuk gak?" tanya gadis itu.
"Gak, ada apa?"
"Emm, Nico ada latihan gabungan dengan sekolah lain dan bakal lama. Kamu bisa temenin aku ke toko buku?"
Fathan tersenyum hangat, "tentu bisa."
"Okay, aku tunggu sepulang sekolah diparkiran yah."
"Iya."
Setelah itu Alisa benar-benar pergi, dan Fathan sedang senyum-senyum sendiri didalam kelas.
–🌼–
"Jadi kamu bakal pergi sama Fathan gitu?" Tanya Nico pada Alisa sambil mengenakan helm.
"Iya, gak apa-apa kan? Kamu percaya Fathan kan?"
"Emm okay, kabarin aku kalau ada apa-apa. Dan jangan pulang lebih dari jam 7, ingat itu!"
Alisa mengangguk, "iya Nico, bakal aku inget."
"Ya udah aku jalan duluan. Kamu hati-hati ya, kalau Fathan centil bilang, biar nanti aku patahin lehernya."
Alisa tercengang, "kok serem banget. Jangan gitu ahh, aku gak mau punya cowok psikopat."
"Bercanda Aliss."
Nico dan Alisa masih asyik mengobrol, sampai teman-teman Nico meledek dan menyuruh ketua tim basket itu untuk bergegas.
"Pak ketu masih lama gak apelnya?" ucap salah satu dari mereka.
Alisa tertawa mendengar suara protes dari teman-teman Nico, sedangkan Nico, cowok itu malah berdecak sebal.
"Ganggu aja lo!" Tutur Nico pada teman-temannya yang langsung dibalas derai tawa.
"Maaf yah aku gak bisa nemenin kamu, jaga diri baik-baik. Byee Alis."
"Santai aja Nico, byee!"
Nico kemudian mulai melajukan motornya bersama dengan teman-teman satu tim basketnya.
Alisa memandangi kepergian Nico sampai cowok itu menghilang dari pandangannya.
"Hai!" sapa Fathan dari belakang Alisa, sampai gadis itu terkejut.
"Jadi?" tanya Fathan, saat Alisa hanya diam memandangi dirinya.
"Ayok kita jalan-jalan." Jawab Alisa antusias.