Pertandingan berakhir dengan kemenangan bagi tim basket SMA Panduwinata. Nico tersenyum lebar saat berhasil mencetak kemenangan bagi sekolahnya.
Cowok yang mengenakan Jersey merah itu mengedarkan pandangannya ke tribun penonton mencari sosok Alisa dan Fathan, namun tidak ia temukan di manapun.
Padahal jelas-jelas sebelum pertandingan dimulai cowok itu melihat Alisa, Fathan dan seorang gadis sahabat karib Fathan.
Nico berganti pakaian diruang loker kemudian keluar lebih dulu dari GOR tanpa menunggu teman-temannya yang masih asik merayakan kemenangan.
Saat keluar dari GOR ia mendapati Alisa berdiri didepan pintu sambil membawa air mineral dan nasi kotak yang gadis itu beli di stand makanan dekat GOR.
"Hai!" Sapa Alisa.
Nico menghampiri gadis itu sambil tersenyum lebar, "aku pikir kamu pulang duluan."
Alisa balas tersenyum, "gak mungkin aku ninggalin kamu. Kamu pasti cape makan yuk!"
"Yuk!"
Alisa dan Nico kemudian berjalan kearah taman didekat GOR.
—🌼—
"Fathan!"
"Fathan!"
"Aww! Bahaya Fan!" Tutur Fathan saat pinggangnya dicubit Fanya.
Keduanya kini tengah menaiki motor Vespa yang dikendarai Fathan, hendak pulang.
"Makanya kalau dipanggil jawab."
"Kalau mau mati gak usah ngajak-ngajak!" Ucap Fathan kesal.
"Iya maaf."
"Kenapa?"
"Kita ke mall dulu yuk!" Ajak Fanya.
"Gak." Jawab Fathan cepat.
"Fathan pleasee. Bantu gue kali ini aja, gue gak mau pulang."
"Gak mau. Pulang ke rumah gue aja, kan biasanya juga gitu."
"Than gue mohon yah. Papah gue ada dirumah sekarang."
Fathan akhirnya mengalah, "iya deh, tapi sampe sore aja."
"Makasih Fathan!"
Fathan pun mengendarai motornya ke arah mall terdekat. Sesampainya disana cowok itu langsung memarkirkan motornya.
"Kita mau ngapain disini?"
Fanya menggeleng pelan, "ga tau."
Fathan mengandeng tangan sahabatnya itu, menggenggamnya erat. "Kita makan siang aja dulu, habis itu nonton yuk!"
Fanya hanya mengangguk.
"Mau makan apa?" Tanya Fathan saat keduanya tengah memesan menu di sebuah restoran Japanese food.
"Ramen aja."
Selesai memesan keduanya kemudian duduk dimeja yang kosong. Hari ini mall ramai dikunjungi orang-orang, wajar sih inikan hari libur.
Saat makanan Fanya hanya mengaduk-aduk Ramennya. Kelihatan sekali gadis itu tengah bad mood.
"Udah jangan dipikirin terus, semua pasti baik-baik aja." Ucap Fathan sambil mengelus kepala Fanya.
Fanya hanya diam sambil memandangi wajah Fathan, mata mereka bertemu selama beberapa menit. Fathan kemudian mengacak-acak rambut panjang Fanya dengan gemas.
"Ahhgg! Jangan diacak-acak, Fathan rese!"
Tawa Fathan pun meledak saat Fanya bibir Fanya mengerucut. "Ahahaha!"
"Diem lo Fathan! Udah ahh cepetan makan!" Ucap Fanya sambil menjejeli mulut Fathan dengan pangsit.
Ketika Fathan kesusahan mengunyah pangsit ukuran jumbo itu, Fanya tertawa terbahak-bahak.
"Lo lucu kayak marmut." Ucap Fanya meledek.
Tiga puluh menit berlalu, Fathan dan Fanya selesai makan. Keduanya langsung menuju ke tempat membeli tiket bioskop.
"Mau nonton apa nih?" Tanya Fathan, sambil mengantri.
"Emmmm. Spiderman aja gimana?"
"Gak deh, lebih seru film horor."
Fanya menggeleng, "gak mau. Nonton Spiderman aja."
Giliran mereka tiba untuk membeli tiket, akhirnya kedua sahabat karib itu memutuskan menonton film Spiderman No Why Home.
"Kenapa harus Spiderman?" Tanya Fathan saat keduanya tengah membeli popcorn.
"Karena ada pacar guee." Jawab Fanya cepat.
"Hah?"
Tampaknya Fathan tidak mengerti perkataan Fanya.
"Maksudnya yang meranin tokoh Spiderman adalah pacar gue, Tom Holland."
"Cikh, cikh, cikh. Kayaknya habis ini lo mesti ke rumah sakit."
Fanya mengerutkan keningnya, "ngapain gue gak sakit."
"Secara fisik memang gak sakit, tapi kejiwaan lo!"
Fanya geram, gadis itu memukuli punggung Fathan tidak peduli ditempat ramai sekalipun. Sampai-sampai keduanya menjadi pusat perhatian orang-orang dilobi bioskop.
"Udah Fan sakit!"
"Bodo amat, sampe lo ngaku pacar gue Tom Holland."
Fathan tertawa terbahak-bahak, "yaampun Fan, gue gak nyangka lo sesakit ini."
Ucapan Fathan membuat Fanya semakin geram, gadis itu semakin kuat memukuli Fathan. Aksi memukuli Fathan akhirnya berhenti, saat pemberitahuan bahwa film Spiderman sebentar lagi akan diputar. Itupun berkat Fathan yang akhirnya mengalah.
"Udah yah Fanya cantik pacarnya Tom Holland, bentar lagi filmnya diputer tuh!"
Tidak meminta maaf ataupun merasa bersalah, Fanya berjalan lebih dulu masuk ke bioskop meninggal Fathan yang masih mengelusi punggungnya.
"Fanya tungguin woi!" Teriak Fathan.
"Berisik, Fathan lelet!"
—🌼—
"Woahh Puas banget! Tom Holland emang pacar idaman." Tutur Fanya saat baru saja keluar dari bioskop.
"Heran, sebenarnya lo nonton filmnya atau si tom tom sih?"
"Dua-duanya, tapi lebih fokus ke Tom Holland sih." Jawab Fanya sambil nyengir kuda.
Brukk!
Fanya asik mengobrol dengan Fathan saat berjalan sampai tanpa sadar menyenggol bahu seseorang.
"Ahh, maaf kak!" Tutur Fanya.
Sosok gadis yang ia tabrak menengok, diikuti dengan cowok si gadis itu.
"Fathan, Fanya." Tutur Alisa terkejut.
"Loh! Kalian juga habis nonton?" Tanya Fanya pada dua sejoli itu dan dibalas anggukan kompak keduanya.
"Kalian mau langsung pulang atau makan dulu?" Tanya Nico pada Fathan dan Fanya. "Kalau makan dulu bareng aja yok! Biar sekalian doble date."
Fathan menjitak kepala Nico, "sembarangan, gue ama Fanya sahabatan woi."
"Ayoklah Fan kita pulang aja. Gue males makan bareng Hulk."
Fathan kemudian menarik tangan Fanya dan berjalan menjauh meninggalkan dua sejoli itu.
Nico tertawa kecil melihat tingkah Fathan, "Mereka lucu ya Lis. Saling suka tapi gengsi ngaku, gak kayak kita."
Alisa menanggapinya hanya dengan mengulas senyum tipis.
Sedangkan Fathan masih terus menarik tangan Fanya hingga mereka sampai parkiran.
"Fathan katanya pulang sore aja, ini masih jam dua lebih lima belas menit." Tutur Fanya protes.
"Mendingan kita makan dulu aja." Ajaknya.
"Gak. Gue berubah pikiran, kita pulang sekarang."
"Yah Than! Jangan gitu lah please..."
Fathan menatap Fanya Yanga tengah merengek, kemudian cowok itu berkata dengan nada rendah. "Pulang yah, cuacanya mendung."
Mau tak mau, akhirnya Fanya menurut. Gadis itu diam saja saat Fathan memakaikannya helm dan mulai berkendara dijalan yang padat kendaraan. Weekend memang hari yang menyebalkan untuk berkendara.
Sesampainya dirumah Fanya turun dari motor Fathan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Gadis itu sudah panik gara-gara melihat kondisi rumahnya. Pintu depan terbuka lebar, beberapa pot tanaman pecah dan berserakan di halaman. Gadis itu segera berlari ke dalam rumah mencari sosok ibunya.
Sang Mamah tidak ditemukan disudut rumah manapun, bahkan dikamarnya yang terletak di lantai dua. Inilah alasan Fanya malas berada dirumah ketika ayahnya pulang, perang pasti terjadi dirumahnya.
"Fan!" Ucap Fathan saat Fanya baru saja keluar rumah dengan raut wajah panik yang sungguh kentara.
"Mamah lo ada dirumah gue." Sambungnya.
Seketika Fanya langsung berlari, disusul Fathan dibelakangnya.
"Mamah!" Ucap Fanya yang mendapati ibunya tengah menangis di pelukan bunda Fathan.
Melihat ibunya yang menangis hati Fanya seketika hancur. Semua ini gara-gara papahnya. Karena papahnya memiliki keluarga lain.
Fanya keluar dari rumah Fathan dengan nafas memburu, ia menghampiri Fathan.
"Than kunci motor, gue mau pinjem."
Fathan mengerutkan keningnya, "buat apa? Lo mau kemana?"
"Sini aja! Gue mau nyamperin itu jalang yang udah ngerusak keluarga gue."
Fathan menghembuskan nafas gusar, "Fanya, dengerin gue ya. Kalau lo kayak gini masalahnya gak akan selesai dan malah akan semakin panjang."
Fanya hanya bisa diam, menimbang-nimbang perkataan Fathan.
"Sekarang lo tenangin diri, terus temenin mamah lo. Itu pilihan yang tepat buat sekarang."