Hari Minggu. Fathan berencana menonton pertandingan basket Nico bersama Alisa.
Cowok itu pagi-pagi sekali bangun dan langsung mandi. Ia akan bertemu Alisa didepan GOR pukul 7 pagi.
Setelah 10 menit, Fathan akhirnya keluar dari kamar mandi hanya melingkarkan handuk sebatas pinggang.
"AAKKHHHH!"
Fathan langsung masuk lagi ke kamar mandi, saat Fanya berteriak histeris.
"OMG, Fathan mata gue gak suci lagi gara-gara lo!" Heboh Fanya.
"Lagian lo ngapain pagi-pagi di kamar gue!"
"Gue mau bangunin lo, kata bunda lo belum bangun."
Kriet...
Fathan keluar dari kamar mandi lagi dengan handuk sebatas dada. Matanya menatap Fanya tajam, sedangkan Fanya malah nyengir kuda tanpa rasa bersalah.
"Gue baru tau perut lo rata, ada kotak-kotaknya pula." Ledek Fanya sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
Fathan melempari bantal tepat ke muka Fanya. "Sialan lo! Keluar sana gue mau pake baju."
Bukannya keluar kamar seperti yang Fathan bilang, Fanya justru menarik selimut sampai kepalanya.
"Sok aja, gue gak bakal ngintip."
Bughh!
Lagi-lagi Fathan melempari Fanya dengan bantal. Cowok itu menarik selimut lalu mendorong-dorong tubuh Fanya sampai jatuh ke lantai.
"Awww! Sakit Fathan bego!"
"Ya makanya keluar cepetan."
Fanya cemberut sambil mengelusi kepalanya yang terbentur lantai.
"Emang lo mau kemana sih? Tumben banget hari minggu gini udah rapi."
"Kepo, udah sana keluar." Usir Fathan untuk kesekian kalinya.
Fanya tidak mau mengalah, gadis itu tiduran dilantai. "Gak mau sebelum lo bilang mau kemana."
Fathan menarik nafas panjang, "gue mau nonton pertandingan basketnya Nico, puas lo!"
Fanya bangkit, "gue mau ikut tunggu gue lima menit aja."
Gadis itu lalu berlari ke rumahnya, hendak mandi. Tanpa menunggu persetujuan Fathan.
Fathan hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah sahabatnya.
—🌼—
Lima menit berlalu, Fanya betulan ikut Fathan menonton pertandingan. Gadis itu sudah duduk manis di motor Vespa Fathan.
Gadis yang memakai rok tutu selutut, dan kaos putih polos itu melambai-lambai tangannya pada Fathan saat cowok itu keluar dari rumah.
Dilihat saja Fathan sudah tau gadis itu amat bersemangat ingin menonton pertandingan, makin tidak tega ia jadinya.
Apa boleh buat, karena Fanya terus-menerus memaksa akhirnya Fathan mengizinkan gadis itu ikut.
"Ayok cepet jalan!" Ucap Fanya saat Fathan baru saja duduk di motor.
"Sabar."
"Fathan lelet."
"Bisa diem ga? Kalau ga gue turunin nih!"
Fanya melotot, "jangan gitu dong, iya gue diem."
Kemudian Fathan mulai mengendarai motornya dengan kecepatan sedang ke GOR Singa Lodra.
Selama diperjalanan, Fanya menurut untuk tetap diam. Fathan sampai keheranan sendiri, tumben sekali gadis itu menurut.
"Udah sampai, cepet turun."
"Udah?"
"Iya cepetan turun."
Fanya menatap takjub kerumunan orang-orang yang ada didepan GOR. Mulai dari orang-orang yang mengantri tiket, sampai para pemandu sorak yang sedang pemanasan.
"Gitu aja kagum, lo norak banget." Ledek Fathan.
Fanya menjitak kepala Fathan, "maklum gue baru pertama kali nonton pertandingan."
"Fathan!"
Teriakkan seseorang membuat Fathan dan Fanya kompak menoleh ke sumber suara.
Rupanya Alisa, gadis itu berdiri tak jauh dari mereka sambil membawa dua tiket masuk GOR.
Senyum manis gadis itu hilang saat mendapati Fanya berdiri disebelah Fathan.
Gadis itu menghampiri dua sahabat karib itu, "Fathan kok dia ikut?"
Yang dimaksud 'dia' oleh Alisa sudah jelas Fanya lah orangnya.
"Memangnya kenapa?" Tanya Fanya.
Alisa itu tersenyum miring, "maaf tapi gue cuma beli dua tiket."
Sadar benih-benih pertikaian akan muncul, Fathan bergegas menarik Alisa menjauh dari Fanya untuk mengontrol.
"Alisa, maaf. Tapi untuk kali ini biarin Fanya ikut, kali ini aja yah." Pinta Fathan memohon.
Alisa hanya bisa menghembuskan nafas gusar. "Ya udah, tapi untuk kali ini aja."
Fathan tersenyum senang mendengar penuturan Alisa. "Makasih Alisa. Oh iya, karna lo udah beli tiket, lo sama Fanya masuk duluan aja. Gue nanti nyusul, gak papa kan?"
Alisa hanya mengangguk, ia tidak tega menolak Fathan yang kelihatan senang begitu. Akhirnya ia mengajak Fanya untuk masuk lebih dulu ke GOR, meski suasana amat sangat akward.
Sekitar sepuluh menit Fathan akhirnya menghampiri Fanya dan Alisa. Untungnya cowok itu tidak terlambat, pertandingan lima menit lagi akan dimulai.
Fathan memberikan minuman dan makanan kepada Alisa dan Fanya. Kemudian duduk di sebelah Alisa.
"Kok duduknya disitu sih Fat!" Proses Fanya.
Saat Fathan hendak menjawab, Alisa lebih dulu menjawab Fanya.
"Memangnya kenapa? Suka-suka dia dong."
Fanya mengerutkan keningnya. "Dih! Kenapa malah lo yang jawab. Gue kan nanya Fathan!"
Fathan tercengang melihat cekcok kedua gadis itu, ia akhirnya memutuskan duduk ditengah-tengah keduanya.
"Udah ya udah. Sekarang adil kan?"
Kedua gadis itu tidak menjawab, malah saling memalingkan wajah. Sudahlah tidak apa, lebih baik seperti ini dari pada keduanya terus adu mulut.
"Fathan, Fathan! Itu Nico!" Heboh Alisa saat beberapa pemain masuk ke area lapangan.
Melihat kehebohan dua orang disampingnya, Fanya hanya menggelengkan kepalanya.
Saat Fanya perhatian cowok yang Fanya kenali bernama Nico teman sekelas Fathan itu, seperti sedang mencari seseorang.
Cowok yang mengenakan baju Jersey itu melambaikan tangan saat mendapati Alisa dan Fathan ada di tribun penonton.
Jangan sebut Fanya, dirinya sejak awal tidak diajak menonton. Anggap saja ia tamu tidak diundang.
Setelah sesi melambaikan tangan akhirnya pertandinganpun dimulai.
Fanya asik menonton sambil mengemil dan minum soda yang Fathan berikan tadi.
Saat pertandingan sudah berjalan seperempat waktu, gadis itu merasa kebelet buang air kecil. Ia pun pergi ke toilet sendirian, tanpa mengatakan ke Fathan maupun Alisa.
Sudah sepuluh menit berlalu Fathan akhirnya menyadari sahabatnya tidak ada di kursinya. Cowok itu panik sampai keliling GOR bersama Alisa mencari Fanya, keduanya tidak lagi fokus pada pertandingan yang tengah berlangsung.
"Giamana di toilet ada tidak?" Tanya Fathan saat Alisa baru saja keluar dari toilet.
Alisa hanya menggeleng.
"Sekarang sudah bisa dihubungi belum?"
Fathan menggeleng, "ponselnya gak aktif."
"Haduh, dia kemana sih! Seharusnya kamu dari awal gak usah ngajak dia."
"Iya maaf, udah ayo sekarang kita cari dia lagi."
Fathan dan Alisa kemudian mencari Fanya diluar GOR, sampai ke area car free day didekat GOR.
"FANYA!" Teriak Fathan saat sosok sang sahabat sedang duduk manis memakan ice cream disebuah kedai.
Tanpa merasa berdosa telah menyusahkan orang-orang, gadis itu malah tersenyum lebar sambil melambai ke arah Fathan dan Alisa.
"Hai! Pertandingannya udah selesai? Kalau gitu ayok sini makan ice cream aja."
Sadar ada ekspresi wajah Fathan dan Alisa menatapnya kesal. Gadis itu lantas bertanya, "kalian kenapa?"
"Lo kenapa gak bilang kalau keluar dari GOR. Gue sama Alisa sampai muter-muter nyari lo!" Ucap Fathan terdengar khawatir.
"Fathan maaf, tapi gue udah bilang ke lo pas tadi mau keluar. Tapi lo diem aja nggak ngejawab."
Fathan menghela nafas panjang, "ya setidaknya kalau ditelpon itu diangkat."
Fanya menunjukkan ponselnya yang basah kuyup serta terdapat beberapa retakan pada layarnya. "Tadi ponselnya jatuh pas ditoilet."
Fanya dan Fathan terlalu asik mengobrol tanpa sadar ada Alisa diantara mereka.
"Emm, kalian pulang aja, lagian pertandingannya sudah mau selesai. Gue mau nungguin Nico selesai pertandingan." Tanpa menunggu persetujuan Fathan dan Fanya, Alisa terlebih dahulu meninggalkan keduanya.
"Dia tadi bantuin gue nyari lo." Tutur Fathan.
"Iya, nanti gue ucapin makasih."