WebNovelIneffable39.53%

Hadiah-17

Davis keluar dari kamar mandi, tak mendapati Alenia di dalam mamar, ia merasa lega. Karena ia pulang di bawah jam sembilan malam, dipastikan jika Alenia belumlah tidur.

Ia beralasan ingin ke rumah teman dengan urusan yang ia ada-adakan pada Alenia. Isterinya hanya bertanya apakah dia sudah makan atau belum.

Tentu saja aku sudah makan, bahkan dalam tanda kutib pun sudah, Al. Lezat sekali makanannya.

Davis melangkah pergi meninggalkan Alenia di rumah sendirian. Meski terbesit rasa sedih di hatinya, ia tak bisa berterus terang soal hubungannya dengan Manda, paling tidak bukan dalam waktu dekat.

Langkah Davis benar ke rumah temannya, hanya saja mereka hanya mengobrol biasa. Teman yang dimaksud adalah pria yang ia temui di halte sebelum melamar ke Emerald. Pria jangkung itu bernama Bayu, di juga staf sama sepertinya.

"Wuih! Bos Davis datang! Tumben ke sini? Duduk," pinta Bayu di dalam rumah kontrakannya.

"Bos apa? Ada-ada saja!" Davis mengelak.

"Kayak aku enggak ada matanya saja, ngapain kau masuk ke mobil Bu Manda setiap jam pulang kerja kalau enggak ada hubungan? Gila kau bisa gaet wanita tajir!" Bayu menjelaskan.

"Isteriku enggak pernah temui kamu 'kan tanya jam kerjaku?" tanya Davis.

"Enggak. Tapi, Dav, isterimu juga cantik apa kurang pelayanannya? Dia tahu hubungan kalian?" tanya Bayu.

"Kalau tahu jelas dia sudah marah-marah, Bay!"

"Saranku nih ya sebagai teman baikmu, kau hentikan hubungan terlarangmu dengan Bu Manda, selain suaminya dikenal keras dan cemburuan, kau sudah beristri, Dav!" Bayu memberi saran baik pada Davis.

"Tidak semudah itu aku melepas Manda, aku jatuh cinta dengannya, bahkan aku berniat mau menikahinya setelah ia menceraikan suaminya." Davis mengelak dan menerawang bagaimana pamasnya hubungannya dengan Manda.

"Gila kau! Terus isterimu gimana?" tanya Bayu lagi.

"Mau enggak mau, dia harus dimadu." Davis memutuskan.

Bayu hanya tertawa kecil dengan ide Davis. Ia memastikan bahwa hanya Bayu saja yang tahu soal ini, karena memang dia pernah memergoki dirinya bersama Manda.

Setelah cukup lama berbincang dengan Bayu, Davis pamit pulang, berharap Alenia sudah tidur. Namum justru melihat Alenia duduk manis menggunakan baju tidur tipis, mendekatinya dengan pelukan yang jarang ia berikan sejak bertemu Manda. Ia tahu makna sikap manja Alenia, tentu saja ia ingin diberi kehangatan olehnya, sayangnya Davis justru tak meresponnya baik.

"Al, aku lelah sekali, kau tahu 'kan aku baru pulang?" Davis menolak halus keinginan Alenia.

"Aku sudah nunggu kamu dari tadi, Dav. Kita jarang melakukannya, apa salah jika aku menginginkan kehangatanmu?" tanya Alenia.

"Sungguh, aku lelah, Al." Davis tetap menolak.

"Nanti kupijat setelahnya," bujuk Alenia.

Davis justru menutup tubuhnya dengan selimut. Tak mengindahkan Alenia yang berharap penuh bisa bercengkerama mmeadu kasih dengan Davis.

Alenia merasa ditolak, memungut kembali baju tidurnya dan berbaring membelakangi Davis. Ia mengusap air matanya tanpa suara.

Davis berubah, dulu dialah yang selalu meminta, tetapi kini? Aku malu sekali, aku malu ...

Mata Davis benar terpejam, tetapi ia tak benar tidur. Ia justru berancang-ancang jika saja Alenia memaksa dan melepas kausnya, melihat cupangan Manda ia merasa tak bisa menjelaskannya.

Untung ada di pihak Davis, ternyata Alenia hanya diam saja, tak marah atau memaksa seperti perkiraannya dan berbaring di sisinya. Davis merasa sedih pada Alenia, tetapi ia tak bisa menyentuhnya.

Maafkan aku, Al, kau cantik dan sayang padaku, hanya saja sungguh aku tak bisa melayanimu dengan cupangan Manda di tubuhku, aku belum siap memberitahukan keberadaanya di antara kita.

-

Di ruang tamu rumah orangtua Manda, Papa dan Mama Manda sedang menunggu kedatangan puteri mereka. Dan benar, Manda benar datang saat jarum jam menunjuk angka sembilan malam.

Ia tak pernah makan malam bersama kedua orangtuanya, di weekend pun Manda keluar seharian. Tak kurang akal, mamanya meminta ornag untuk memotret segala kegiatan Manda, ternyata membuatnya tercengang.

Manda terbukti pergi bersama pria lain, bukan suaminya. Bahkan mereka terlihat sangat dekat. Itu menjadikan alasan mengapa Kian memutus hubungan kerja sama dengan keluarganya.

"Kamu tahu sendiri bukan, kalau Kian itu adalah suamimu! Sadar Manda!" seru Papa Manda.

"Aku tidak mau berurusan dengannya lagi, Pa. Dia kasar pada Manda!" Manda menjelaskan.

"Jadi itu benar? Kamu ada hubungan sama pria rendahan ini, huh??" tanya Mama Manda.

"Ya, benar. Meski dia cuma pria rendahan, tapi aku mencintainya, Pa, Ma." Manda menjawab.

"Cinta, cinta! Cinta tidak akan bisa beri kamu makan kenyang!" seru Papa Manda.

"Terserah Papa, Manda sudah menuruti kemauan Papa dan Mama buat nikahin Kian yang kasar. Kali ini, Manda mau melakukan apa yang Manda inginkan." Manda meninggalkan ruang tamu keluarganya.

Orangtua Manda hanya bisa saling pandang. Kehidupan mereka sekarang bergantung pada puterinya. Keduanya pikir bahwa keinginan Manda kali ini tak muluk.

Kian sudah memutus segalanya. Selama proses perceraian sepihak yang ia lakukan, selama itulah Manda belum tahu jika sudah diceraikan.

Pagi ini, Manda tidak berangkat bersama kekasihnya, Davis. Karena ia mau melayangkan surat perceraiannya dengan Kian, ia merasa tak tahan lagi.

Namun fakta lain, membuatnya tercengang. Bahwa namanya sudah didaftarkan oleh Kian Callison dua minggu yang lalu. Pihak pengadilan justru mau menelepon Manda untuk mengambil akta cerainya dan kebetulan Manda muncul.

Manda tercengang namun juga senang bersamaan. Ia tak menyangka jika Kian mau memceriakannya sejak du minggu lalu, artinya itu saat ia tahu jika Kian memutus hubungan kerjasama apapun dengan keluarganya.

Jadi saat itulah kamu juga memutus segalanya denganku? Ini lebih baik, semoga tak ada wanita yang terpesona padamu, sepertiku.

Kian mendapat kabar bahwa akta perceraian milik Manda sudah diambil oleh Manda sendiri. Selangkah lebih cepat dari Manda. Ia duduk menatap lurus ke depan, seolah di sana ada mantan isterinya.

"Aku akan ungkap kejahatan keluargamu, tepat di depan matamu, jika sampai itu semua benar." Kian berjanji.

-

Davis berangkat ke kantornya menggunakan bus, bersama pekerja lain seperti dulu. Dikarenakan Manda tidak bisa menjemputnya, guna pergi ke pengadilan mendaftarkan perceraiannya.

Alenia pagi ini bersikap seperti biasa, hanya saja ia sering menunduk dan terlihat sedih. Davis berjanji jika cupangan Manda hilang, dia akan merangkul isterinya itu seperti sebelumnya.

Sebagai tebusan rasa bersalahnya, ia berniat sepulang kerja akan membelikannya ponsel yang bagus untuk Alenia. Davis meminta pada Manda jika mereka bertemu saja di rumah Mama biar aman.

Jika pagi hari Davis harus menahan rindu bertemu Manda, saat malam hari Manda harus merasakqn rindu pada Davis yang sedang bersama isterinya.

Alenia tersenyum lagi saat Davis mengajaknya makan malam di luar, ia pulang tepat waktu, tentu saja hal itu membuat Alenia senang sekali. Ia mengenakan gaun putih belian Davis, juga sepatu berhak tinggi.

Davis memesan taksi yang akan membawa mereka ke restoran. Mereka makan malam dengan romantis, sementarq Manda di rumahnya tersiksa menahan rindu, gejolak di area sensitifnya seolah tak mau jauh dari Davis. Ia ingin dan ingin selalu dibelai kehangatan Davis.

Ponsel baru. Davis membelikan Alenia ponsel baru, sebuah smartphone segarga jutaan rupiah. Alenia ingin menolak, tetapi Davis mengatakan jika itu untuk menebus kesedihan Alenia atas sikapnya selama ini.

Bukan ini yang aku mau, Dav. Tapi, kamu. Hanya kamu.

Alenia mau tak mau harus menerima hadiah dari Davis. Seumur usia pernikahannya, barang inilah yang paling mahal belian Davis.