1.

Seorang anak kecil bersama pengawalnya sedang berdiri didepan pintu gerbang istana. Wajahnya sangat datar ketika ia berdiri didepan pintu gerbang itu. Dia menunggu seorang gadis seorang gadis bernama Estevania Lautner. Dia keluar pergi kekebun ubi hanya karena tidak tahan dengan keangkuhan yang mulai ia tunjukan pada gadis itu. Dibalik rambut bersurai abu-abu, dia masih menunggu kapan gadis kecil miliknya akan kembali.

Sang pengawal melihat wajah Clifft. Sejak dia ditunjuk menjadi, raja wajahnya tampak tertekan. Diusia yang sangat muda dia menjadi raja. Bahkan kedekatan ia dan Estevania tak sehangat dulu. Miris bukan? Ia memikirkan, mulai esok dan seterusnya ia akan tumbuh bersama dengan gadis itu. Tapi, apakah ia akan bertahan?

Beberapa saat, seorang anak laki-laki datang menghampiri. Namanya Danne. Dia menggendong Estevania dari belakang.

"Maaf yang Mulia, kami terlambat pulang" Kata Danne panik.

Clifft tak merespon apapun. Dia hanya diam dengan wajah yang begitu dingin menatap Estevania. Sementara gadis itu masih tertidur dengan wajah yang pucat. Apakah dia hipotermia akibat dia keluar disaat musim salju.

"Zidane, kau bawa dia" kata Clifft dengan wajah yang kembali dingin. Zidane menggendong Esti. Clifft membalikan badan dengan wajah dinginnya didepan Danne. Ini bukan pertunjukan yang biasa bagi Danne.

"Yang mulia, Berhenti!" kata Danne dengan suara lantang. Bocah berhenti, hingga membuat Zidane juga ikut terhenti.

"Apakah aku bisa mempercayakan adikku tumbuh bersamamu?" tanya Danne mulai menunjukan sikap dinginnya. Mendengar itu, Clifft memberikan Kode kepada Zidane supaya meninggalkan ia dan Danne. Pengawalnya meninggalkan mereka berdua sambil membawa Esti. Setelah pengawalnya pergi, yang tersisa memang tinggal mereka berdua. Clifft membalikan badannya, ia tahu bahwa saat ini kakak iparnya sedang marah kepadanya. Dia bukan seperti yang dulu. Clifft telah menjadi orang lain buat Estevania dimata Danne untuk saat ini. Tatapan dingin itu, membuat Danee mulai sedikit kesal.

"Ini adalah salju pertamanya saat dia sudah menjadi istri anda. Seharusnya anda sibuk bermain dengannya bukan?"

Clifft dia dan mulai menatap sinis.

"Aku ini suami sekaligus seorang raja. Dan aku tidak akan sempat bermain-main dengannya seperti dulu. Mungkin aku akan sulit menemukan waktu kosong bersamanya kembali" kata Clifft dengan nada datar.

"Apa?"

"Tugasku sangat berat. Mungkin setelahnya, aku akan dipenuhi oleh selir ketika aku dewasa. Tapi kau tenang saja, aku tak akan membagikan hatiku pada yang lain" kata Clifft.

"Mustahil. Suatu saat, kau akan mudah tergoda pada gadis lain. "

"Mungkin"

"kalau aku tau kehidupan kerajaan seperti itu, maka aku tidak akan mengizinkan dia beraamamu" ucap Danee.

Clifft kembali kekastil kerajaan tanpa mempedulikan Danee. Mungkin ucapan itu terdengar kasar keluar dari mulutnya. Yah, apa yang tak mungkin terjadi dikerajaan? Mungkin dia yang awalnya setia, bisa saja berpaling ketika ia sudah dewasa. Wanita cantik diantara para bangsawan, suatu saat nanti mungkin dia bisa menjadi istri keberapa. Ini dunia kerajaan. Penuh dengan intrik politik.

"CLIFFFT AKU BELUM SELESAI BERBICARA !!!!"

Clifft, tidak peduli. Yang ia pedulikan hanyalah, hari esok dan seterusnya bila ia akan jarang bertemu dengan Estevania nanti. Dia berharap dari sekarang hingga ia mati, ia akan tetap Estevania. Kala malam menurunkan butiran salju, percayalah cinta Clifft pada Estevania akan mengalami lika-liku yang amat tajam. Dia berharap Estevania bisa bertahan ditengah kemelut politik yang akan terjadi kedepannya.

÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Gadis berambut gelap masih tidak sadarkan diri dalam kamarnya. Perawat istana,sedang berupaya membalikan Estevania seperti semua. Saat gadis itu tertidur, tiba-tiba seorang gadis lain berusia 14 tahun datang membawa sebaskom air hangat kuku. Dia adalah Barbara. Kakak kandungnya Clifft. Dia membawa baskom besar serta ada dayang lain menyusul membawakan segelas air.

"ini airnya Yang Mulia" kata Barbara mengambil segelas air itu. Gadis itu meletakannya diatas meja.

Ketika gadis kecil itu tertidur, ia berada disebuah hamparan bunga yang tepatnya dimusim semi. Disana, dia melihat seorang bocah laki-laki bersurai putih mengajaknya bermain.

"Esti....! ayo main" kata anak itu. Anak itu ialah Clifft. Ia masih tetap hangat tidak seperti yang ia lihat belakangan ini.

"Maurer" ucap Estevania menyebut panggilan kesayangannya dari Clifft. Clifft tersenyum seperti dulu sebelum ia menjadi istrinya. Mereka bermain bersama layaknya teman. Memetik bunga, menangkap kupu-kupu yang kemudia mereka simpan dalam topless. Setelah mereka semua aktivitas layaknya anak-anak bukan suami istri, Clifft mengajaknya kesebuah pondok yang Indah, disekitar hamparan bunga.

"Esti..."

"uhm....??!" kata Esti menyahut. Clifft mengeluarkan sebuah makhota yang terbuat dari bunga. Bunga itu tampak mewangi dan segar. Dia menaruhnya diatas kepalanya. Esti menjadi malu atas perlakuan Clifft terhadapnya. Terlebih lagi, rasa suka tumbuh sejak dini membuat pipinya merona.

"Kau akan menjadi ratuku, seumur hidup. Makhota ini, adalah bentuk perasaan yang murni adanya. aku tak mengubah hati. Kita tak akan berpisah. Kita tetap bersama. Tapi aku harus pergi sejenak, dan aku pasti akan kembali. "

Mendengar itu Estevania mulai panik. Clifft akan pergi kemana?

"Kau kemana Maurer, aku ikut. Jangan pergi Maurer"

"Dengar, aku suka padamu. Tapi aku harus pergi sejenak. Aku harus meninggalkanmu dulu, dan aku pasti kembali" Ucap Clifft. Clifft meninggalkan dia dipondok area taman berbunga. Clifft berjalan meninggalkan Estevania. Gadis itu beranjak dari pondok kecil itu, lalu dia mengikuti jejak Clifft. Namun temannya menghilang bagai butiran debu ditengah mentari memancarkan warna senja.

"Maureeeerrrrrrrrrrrrrrrrr"

Seketika, gadis itu terbangun. Dia terbangun dari tidurnya. Ketika dia terbangun, dia melihat kiri-kanan dayangnya sudah berdiri didepannya. Disana ada kakak iparnya, yaitu Barbara.

"Estevania?" Barbara memandang wajah adik iparnya yang mendadak mengeluarkan airmata. Dia menggenggam tangan Barbara dengan begitu erat. Semua orang bingung dengan kelakuan Estevania ketika dia sudah terbangun dari tidurnya. Estevania menangis ketika ia bermimpi melihat Clifft hilang bagaikan butiran debu. Dia menangis dipelukan Barbara. Barbara bingung kenapa dengan Estevania? Barbara memerintahkan semua dayang yang berdiri untuk keluar dari bilik Estevania. Setelah keluar, Barbara lalu bertanya ada apa dengannya?

"Kenapa kau menangis?"

"kakak..."

"ya??"

"Aku bermimpi Maurer meninggalkan aku. Dia menghilang bagai butiran debu."

"hey..dia tidak akan meninggalkanmu."

"Tapi, aku bermimpi dia meninggalkan aku."

"Dia tidak akan meninggalkanmu"

Barbara memeluk adik ipar kecilnya dengan lembut.

Dilain tempat, raja kecil dan pengawalnya berdiri diruang lantai dua dengan tatapan kosong. Dia melihat butiran salju melalui jendela kamarnya di istana.

"Aku seorang raja...dan aku bukan anak kecil lagi" kata Clifft dengan tatapan yang kosong.

Sang pengawal kerajaan menunduk sambil menahan rasa iba. Diusia 12 tahun, dia tidak bisa menikmati masa bermainnya lagi. Ayahnya sudah mangkat, begitu juga dengan sang ibu. Dia dan saudara-saudaranya yang ada diistana.

"Aku tak bisa bermain kelereng sepuasnya lagi. Aku tak bisa bermain layangan lagi. Aku bukan anak kecil lagi. Begitukan Zidane?"