Ting!
Terdengar suara notif dari handphone Kezy, gadis itu segera merogoh handphonenya dari saku almameternya. Ia harus waspada. Jangan sampai Pak Anton mengetahuinya membuka Handphone dalam proses belajar.
"Siapa sih yang kirim pesan?" tanya Kezy entah kepada siapa.
Sedangkan Marvel yang duduk bersebalahan dengan Kezy terus memperhatikan gadis itu.
"Kenapa Key? Siapa?" Marvel ikut bertanya dengan pelan. Takut Pak Anton-guru killer itu mendengar mereka. Bisa-bisa mereka mendapatkan bom dari guru killer itu.
Kezy menggeleng sebagai tanda tidak tahu. Gadis itu mengusap layar handphonenya. Begitulah Kezy, gadis itu tak suka jika harus menggunakan kata sandi atau pola di handphonenya sebagai keamanan. Baginya itu terlalu ribet.
Kemudian, Kezy menekan aplikasi WhatsApp.
[Bawain gue bakso].
Begitulah pesan yang tertera dari nomor yang tidak dikenal sama sekali oleh Kezy. Setahunya, ia tidak pernah memberikan nomor WAnya ke sembarang orang kecuali Marvel dan sahabat perempuannya Rani dan Elsa serta kedua orangtuanya.
Hanya ada sekitar lima kontak di dalam WhatsApp Kezy. Meski orangnya petakilan, Kezy itu tidak terlalu dekat dengan banyak orang. Entahlah, Kezy hanya nyaman dengan tuga sahabatnya ini.
"Lihat, Vel." Kezy menyodorkan handphonenya kepada Marvel. Memberitahukan pesan aneh yang dikirimkan kepadanya.
"Bawain gue bakso? Salah server nih orang. Gausah diladenin, biarin aja." Saran dari Marvel.
Kezy merasa bingung dengan pesan tersebut. Aneh sekali, pikir gadis itu. Ia juga sudah melihat profil WA pengirim. Namun, nihil. Foto profilnya tidak ada. Jujur saja, Kezy takut dengan pesan itu, tapi sedikit lucu.
Bawain bakso? Emang nih orang mikir dia tukang bakso gitu? Ada-ada saja.
"Tapi Vel gue bingung dia tahu darimana WA gue," ucap Kezy sedikit berbisik.
Marvel angkat bahu. "Ya entahlah. Masa gue tahu? Kagak mungkin?"
"Yehhh, cuma nanya doang. Mana tahu lo punya insting, 'kan biasanya insting lo kuat banget."
Marvel tertawa samar. "Bercanda nih anak."
Kezy hanya bisa terkekeh pelan melihat ekspresi kesal Marvel. Sesekalilah buat Marvel kesal.
Gadis itu kembali fokus dengan handphonenya. Berandai-andai siapa yang ngirim pesan aneh ini. Kezy terus menatap pesan itu. Apa mungkin Arka?
Entah dari dorongan mana Kezy memikirkan hal itu. Namun, bisa mungkin, 'kan Arka yang mengirimnya? Ah! Ia hampir lupa dengan perjanjian semalam bahwa ia harus mengikuti apapun ucapan lelaki itu selama dua minggu.
Tapi anehnya darimana Arka tahu nomor WhatsAppnya.
Kezy tak mau terus mengada-ngada. Untuk membuktikan kecurigaannya, Kezy pun membalas pesan tersebut.
[Siapa?]. Kezy.
Typing ...
Ting!
[Gue Arka. Buruan bawain gue bakso sekarang ke kampus].
Shit!
Benar dugaan Kezy bahwa pengirim pesan itu adalah Arka. Sialan. Kezy merasakan darahnya mendidih karena merasa dirinya dijadikan budak oleh lelaki itu.
Kezy sebenarnya malas sekali memenuhi permintaan lelaki itu, tapi karena ini sudah menjadi perjanjian, maka mau tak mau ia harus menurut. Persetanlah dengan semua ini. Kezy tidak mau disebut sebagai pecundang karena mengingkar janjinya.
Ting!
[Cepetan! Jangan lemot kek siput].
Segera mata Kezy melihat handphonenya. Emosi Kezy seketika memuncak dengan sindiran itu. Sekalian saja ia naik Helikopter untuk membawa pesanan monster itu. Monster berwujud manusia.
[Iya, bawel!!!]. Kezy.
Kezy tersenyum tipis. Pesannya hanya diread. Mungkin lelaki itu kesal karena dikatain bawel olehnya.
"Dari Arka, saudara gue," ujar Kezy menatap Marvel.
"Terus dia mau, apa?" tanya Marvel menaikkan alisnya dua-dua.
"Bawain dia bakso," jawab Kezy pelan. Sesekali melirik Pak Anton yang fokus menulis di papan tulis.
"Terus lo mau bawain?" Kezy mengangguk.
"Gue antar?"
"Gak usah, Vel. Gue bisa sendirian," ucap Kezy meyakinkan Marvel.
"Tap ...."
"Gue bisa!" tegas Kezy menekan ucapannya disertai dengan mata melotot membuat nyali Marvel seketika menciut.
Apalah dayanya. Kezy sangat keras kepala, pikir
Marvel.
"Permisi, Pak! Aku mau bolos!" seru Kezy mengangkat tangannya membuat perhatian tertuju kepadanya.
Pak Anton, sedikit raut kekesalan di wajahnya karena ulah Kezy ia terpaksa menghentikan aktivitasnya.
"Bolos? Lo gila, Key?" Marvel terkejut bukan main atas penuturan gadis itu. Kezy memang tidak berhenti membuat jantungnya ingin copot dari tempatnya.
"Apa gak salah dengar nih, Key?" Elsa ikut menimpali. Wajahnya menatap Kezy penuh selidik. Nih, Kezy ada-ada saja. Terang-terangin bilang bolos.
"Gausah heran. Namanya juga Kezy. Pasti dibuat heboh." Rani yang duduk di sebelah Elsa hanya terlihat malas.
Bukannya ia marah. Hanya saja sudah terbiasa dengan sikap gadis itu.
"Kenapa kamu ingin bolos?" tanya Pak Anton berusaha merendam kekesalannya sambil duduk di kursinya.
Kezy berdiri. "Ada tugas, Pak. Dari Ayah." Alibi Kezy.
Semua tahu siapa Kezy. Jika berbicara tentang Ayahnya, semua guru pada mingkep dan mau tak mau menyetujui jika gadis itu bolos karena kata Ayahnya.
Pak, Anton menghela nafas. "Beneran? Kamu tidak bohong?"
Kezy segera menggeleng tidak. Padahal, jelas-jelas dirinya berbohong. Marvel yang mengetahui Kezy berbohong menutup wajahnya merasa malu.
"Bukan sahabat gue," lirih Marvel.
"Yasudah, sana."
Kezy tersenyum manis. Pak Anton memberikannya izin untuk membawa bakso kepada monster peliharaannya di kampus. Jam masih menunjukkan pukul 10 menjelang siang. Benar, ini waktu makan bagi monster peliharaannya.
•••___---
"Hei! Kalian ada yang tahu dimana monster peliharaan gue gak?" tanya Kezy berteriak membuat penghuni kampus terkekeh lucu melihat tingkahnya.
Ada yang merasa Kezy adalah orang gila. Ada juga yang tak sedikit terpesona dengan kecantikan Kezy.
"Hei, adik cantik," sapa seorang lelaki.
Kezy tersenyum menanggapi lelaki itu. Dengan sedikit canggung Kezy menghampiri lelaki itu yang lumayan tampan, tapi mungkin tak setampan Arka, Erka, dan Marvel tentunya.
"Kakak tahu anak baru di kampus ini?" tanya Kezy malu-malu.
Lelaki yang tengah berkumpul dengan teman-temannya itu di halaman kampus terlihat berpikir. Bahkan, dari mereka ada yang menggoda membuat pipi Kezy memerah bak kepiting rebus.
"Kamu cantik," puji salah satu dari mereka. Lelaki itu berkacamata dan fokus terhadap bukunya.
"Heemm?" Kezy berdehem. Matanya mencari lelaki yang memujinya itu tadi.
"Ehk, curut! Sini!"
Panggilan seseorang membuat Kezy langsung berbalik ke belakang melihat siapa yang memanggilnya itu. Ia sudah tak heran. Siapa lagi kalau bukan Arka yang memanggilnya anak curut.
Nampak, Erka yang berdiri di samping Arka menyunggingkan senyum yang begitu tipis. Sangking tipisnya, Kezy tidak tahu apakah Erka tengah tersenyum kepadanya. Yang i tahu adalah wajah dingin Erka yang menghiasi wajah tampan itu.
Kezy memuji kemiripan adik kakak kembar itu. Sungguh, semuanya terlihat sama. Hanya ada perbedaan, yaitu wajah Erka yang datar dan mata Arka yang tajam.
Kezy segera menghampiri adik kakak kembar itu. Sesampainya, ia langsung menyodorkan kantongan hitam tepat di depan wajah Arka.
"Ini bakso, lo. Puas? Gue anterian dengan sehat walafiat. Bakso maksudnya."
Arka menggelengkan kepalanya. Mengambil kantongan itu dari tangan Kezy.
"Pulang sana," titah Arka.
"Gak mau! Gue males kembali ke sekolah, males belajar." Kezy bersidekap dada.
"Jadi, lo maunya terus di sini?"
Kezy mengangguk.
Tanpa berkata lagi, Arka segera menarik tangan Kezy entah ingin membawanya kemana. Sedangkan Erka, lelaki itu tak ada respon sama sekali. Malah ia berjalan ke arah sebaliknya daripada mengikuti kakak kembarnya itu.
DI TAMAN KAMPUS
Arka dan Kezy duduk berdampingan di bangku taman. Kezy tak henti-hentinya memutar bola mata dengan malas karena Arka sibuk melahap baksonya tanpa memikirkan dirinya yang juga mau baksonya.
Arka melirik Kezy yang tengah menatapnya. Lebih tepatnya menatap baksonya. Arka bergantian menatap bakso dan wajah Kezy yang sepertinya menginginkan bakso.
"Lo mau?"
"Hah?" Kezy tertarik dari lamunannya. "Mau," ucap Kezy ceplos.
Arka hampir saja terkekeh karena tingkah lucu dari adiknya itu. Untung saja ia mampu menahan nasfunya. Jika tidak, maka reputasinya dan harga dirinya mau ditaruh dimana.
"Ini." Arka memberikan mangkok baksonya kepada Kezy.
"Lo mau ngasih ke gue?" Rasa tidak percaya menghampiri gadis itu. Ternyata Arka jika diperhatikan orangnya baik juga, pikir Kezy.
"Malah nanya lo. Cepetan ambil kalo gak gue berubah pikiran, nih."
Tanpa basa-basi lagi Kezy meraih mangkok bakso itu dan melahapnya dengan nikmat. Perutnya sedaritadi keroncongan karena tidak sarapan pagi. Alhasil, Kezy bagaikan orang yang tidak makan setahun menghabiskan bakso tersebut dalam hitungan menit.
Selesai makan, Kezy tanpa pikir panjang lagi mengambil tempat minum Arka dan meminumnya hingga tandas.
"Ahh, leganya." Kezy menghela nafas merasakan perutnya tidak keroncongan lagi.
Sementara Arka, matanya hampir keluar dari tempatnya sangking ia tidak percaya dengan apa yang baru terjadi tadi.